(33)

40.4K 1.6K 20
                                    

Jadi benar mereka memang mencari ku. Apa Mommy pingsan? Batin Caitlin saat mendengar berita di tv mengenai dirinya.

"Grandpa? Apa Caitlin boleh jenguk Mommy? Caitlin khawatir padanya" seru Caitlin cemas.

"Tidak! Jika kamu menemuinya itu sama saja kamu menyerah sebelum berperang," tukas Aldian.

"Tapi..."

"Sudahlah. Nanti Grandpa akan cari cara bagaimana kamu bisa menjenguk Diana tanpa mereka ketahui" bujuk Aldian sambil mengelus punggung cucunya. Dan Caitlin menggangguk sebagai jawaban.

🌿🌿🌿

Dua jam sebelumnya...

Setibanya di rumah Aldian, Grandpa-nya, Caitlin segera masuk saat penjaga rumah itu membukakan pagar yang sedari tadi terkunci.

"Selamat datang, Nona Caitlin" sapa penjaga itu ramah.

"Yah, Terima kasih" jawab Caitlin dengan memberikan senyuman terbaik nya.

Caitlin memasuki rumah itu dan mencari keberadaan Grandpa-nya karena dari info yang dia dapat dari asisten rumah tangga disini Grandpa-nya sedang bersantai di halaman belakang.

Sesampainya Caitlin di halaman belakang, ia melihat seorang laki - laki tua walaupun dari wajah dan postur tubuhnya belum bisa dikatakan tua padahal umurnya sudah hampir 75 tahun.

"Halo, Grandpa" sapa Caitlin membuat Aldian, Grandpa-nya sedikit terlonjak karena terkejut.

"Caitlin? Kamu hampir membuat Grandpa heart attack jika seperti itu," protes Aldian, Grandpa dan hanya dibalas cengiran tak bersalah dari cucu nya.

"Maaf, Grandpa. Aku hanya terlalu senang. Maafkan aku" ujar Caitlin dengan nada suara yang lembut.

"Hmm, kemarilah dan duduk disamping Grandpa!" Pinta Aldian sambil menepuk - nepuk bagian bangku yang kosong disampingnya.

Caitlin ingin mengatakan apa yang ingin dia katakan pada Grandpa-nya, namun lidah Caitlin seakan mati rasa.
Mengingatnya saja sudah membuat dadanya sesak. Namun, Caitlin harus memberitahu Grandpa-nya bagaimana pun caranya.

Aldian tahu saat ini cucunya sedang berperang dengan pikirannya sendiri. Aldian mengerti jika cucunya belum bisa menceritakannya, tetapi anak itu tetap bersih keras untuk menceritakan hal itu padanya. Walaupun setelah beberapa menit mereka duduk dalam keheningan dan tak satu kata pun keluar dari mulut Caitlin. Bahkan, dia sibuk mengatur napas yang terasa berat.

"Caitlin, are you okay?" tanya Aldian cemas. Bukan masalah Caitlin menceritakan hal itu atau tidak, tetapi ia mengkhawatirkan keadaan Caitlin yang lain. Aldian takut jika penyakit itu kambuh lagi dan membuat cucunya harus menahan rasa sakitnya.

"I'm okay" jawab Caitlin pelan.

"Jangan dipaksakan kalau dirimu belum mampu, nak!" ujar Aldian sambil menggenggam tangan cucunya untuk sekedar menyalurkan kekuatan.

𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang