-Dibalik perubahan sikap seseorang pasti ada hal menyakitkan yang terjadi. Dan itu menjadi alasan bagi orang itu untuk berubah. Entah berubah menjadi lebih baik atau sebaliknya-
°°°°°
01.20 WIB
Caitlin melirik jam di ponselnya, ia segera bangkit dari posisinya dan mengenakan jaket boomber army miliknya. Lalu, mengambil kunci mobil yang ada diatas nakas. Caitlin berjalan keluar dari apartemennya. Sepulang Caitlin dari makam Viona, gadis itu beristirahat terlebih dahulu di apartemennya.
Caitlin melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi, karena jalanan sudah sepi. Setibanya di rumah, Caitlin berjalan gontai sambil tas hitam polos miliknya. Caitlin masuk melalui pintu dapur yang terhubung langsung dengan garasi. Saat ia hendak melangkah menuju tangga, ia melihat kedua kakaknya berdiri menghadapnya dan menatap tajam dirinya.
"Darimana saja kau?" tanya Alan sedikit membentak.
"Aku habis dari rumah teman" jawab Caitlin santai walaupun hatinya merasa sedikit takut.
" Tapi, setidaknya kau bisa kan kabari kami terlebih dahulu?" tanya Alan menginterogasi.
"Yah, maaf aku lupa." alibinya.
"Lupa katamu? Kau membuat kami semua khawatir dan kau seakan tak berbuat kesalahan sama sekali. Ini sudah kedua kalinya kau hilang kabar dan membuat khawatir seisi rumah. Sekali lagi kau seperti ini, tidak akan aku biarkan" ancam Alan lalu pergi menuju kamarnya. Dan tersisa Caitlin dan Joshua yang masih bertukar tatapan tajam.
"Sepertinya hobby mu saat ini udah berubah yah?. Hobby untuk pulang malam. Apa kau ingin menjadi anak berandal seperti anak di luaran sana? Apa kau tidak sayang pada dirimu sendiri? Hah?!" bentak Joshua. Namun, yang dibentaknya tak mengeluarkan suara sama sekali dan menundukan kepalanya.
"Mana prinsipmu yang tidak akan mengenal dunia malam? Mana? Apa itu sudah sirna dari hatimu?" lanjutnya. "Kenapa kau jadi seperti ini? Kau berubah. Kau bukanlah Caitlin yang ku kenal dulu. Caitlin yang selalu ceria, berani, cuek, dan tidak suka dunia malam. Mana dirimu yang dulu? Kenapa kau jadi seperti ini? Apa yang telah membuatmu jadi seperti ini? Hah?!" tambah Joshua lalu beranjak dari tempatnya. Tanpa ia sadari perkataannya itu sangat menusuk ke hati Caitlin dan menyakitinya.
"Yah, aku akui. Aku memang berubah. Tapi, alasan kenapa aku sering pulang malam bukan berarti aku melakukan hal yang merusak diriku sendiri. Aku tidak sebodoh itu. Aku melakukan itu karena aku.... Karena aku hanya ingin mendapatkan kebahagiaan & kesenangan yang tidak pernah aku dapatkan lagi disini. Di rumah ini. Aku seperti ini karena aku merasa kesepian. Mungkin di mata kalian aku memang berubah 180 derajat. Tapi, apa aku salah untuk itu?. Jujur, aku tidak pernah merasakan kehangatan lagi dirumah ini. Dan jika aku berada di rumah ini hati dan pikiranku selalu tidak tenang. Dan yang harus kalian tahu! Aku seperti ini, itu juga karena sikap kalian padaku. Jadi, aku mohon jangan larang aku untuk melakukan hal yang membuatku bisa merasakan kedamaian. Karena aku muak dengan semua beban yang ada di hati dan pikiranku ini. Tolong jangan menambah beban di hidupku lagi!." jelas Caitlin. Joshua hanya terdiam mendengar pengakuan dari adiknya itu. Dia tak menyangka jika Caitlin merasa tertekan saat berada di rumah ini. Dan itu semua terjadi karena sikap dirinya dan keluarganya yang lebih mementingkan diri sendiri. Tanpa peduli, Caitlin berlalu melewati Joshua yang masih terdiam dan mencerna semua perkataannya.
Maafkan aku, kak. Sesal Caitlin dalam hatinya.
***
Dua minggu setelah kejadian itu, setiap harinya sepulang sekolah Caitlin selalu pulang ke apartemennya dan pulang ke rumahnya saat menjelang makan malam. Setelah kejadian itu, Caitlin menjadi pendiam dan irit bicara. Bicara hanya sepenting dan sekenanya saja. Caitlin berubah menjadi pribadi yang lebih cuek, dan dingin. Bahkan Rachel dan Stella pun menjadi korban sikap dinginnya setiap hari. Namun, kedua temannya itu tidak pernah menyerah untuk berusaha menjadi sahabat Caitlin. Walaupun, sekarang gadis itu selalu mengacuhkan mereka berdua. Caitlin lebih suka menyendiri dibanding bercerita bersama kedua temannya yang ia kenal sejak 5 bulan yang lalu. Caitlin seakan menutup diri dari siapapun, bahkan ia mungkin tak menganggap keberadaan orang - orang di sekitarnya. Caitlin selalu merasa kesepian dan akan selalu begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃)
Teen Fiction#3 on remaja (041119) #1 on remaja (071119) #1 on cool (030220) Caitlin Emma Gibson. Gadis remaja cantik blasteran Amerika-Indo harus menerima kenyataan pahit sejak kejadian 11 tahun silam. Dia menutup dirinya kepada siapapun. Ditambah kebencian dar...