Seminggu berlalu, namun Caitlin tak kunjung sadar dari masa kritisnya. Aldian, sang kakek setia menunggu dan menemaninya di rumah sakit selama seminggu ini. Dan Davin yang datang menjenguknya setiap hari. Caitlin masih terbaring tanpa ada pergerakan dia akan sadar.
Di lain tempat, Kenan, Diana, Alan dan Joshua sedang menunggu kedatangan anak bungsu mereka di pintu kedatangan. Tak lama kemudian muncullah seorang gadis cantik yang memiliki wajah yang mirip dengan Caitlin. Kenan, Diana, dan Alan tersenyum bahagia melihat gadis itu, tetapi tidak dengan Joshua yang hanya tersenyum tipis. Karena yang Joshua pikirkan saat ini adalah Caitlin, ia merindukan dan mengkhawatirkan adik kecilnya, Caitlin. Saat Kenan, Diana, dan Alan menghampiri gadis itu lalu memeluknya, Joshua hanya terdiam di tempat tak berniat menghampiri gadis itu.
Kak Willy kangen kamu, Cait. Kangen kamu, my chubby bear. Ucap Joshua dalam hatinya.
Tiba - tiba gadis itu, mendekati Joshua yang masih terdiam.
"Hai, kak Jo!" sapa gadis itu tetapi tak mendapat jawaban dari Joshua.
"Kak Jo, Aku kangen banget sama kakak. Aku senang bisa bertemu kalian dan bisa tinggal bersama kalian lagi" ucap gadis itu lagi.
"Kak, kok diem aja sih? Jawab dong. Emang kakak enggak kangen sama aku?" tanya gadis itu karena tak mendapat jawaban dari Joshua.
"Bisa diem enggak!" pinta Joshua sambil menatap tajam gadis di depannya.
"Kok kakak malah marah? Kan Catherine cuman pengen ngobrol sama kakak. Udah lama juga kita enggak pernah ngobrol kayak gini" protes Catherine.
"Gue lagi males ngomong," ketus Joshua lalu pergi meninggalkan Catherine yang masih terdiam di tempatnya.
Sesampainya di rumah, Catherine segera memasuki kamarnya yang serba pink itu. Catherine membaringkan tubuhnya di atas kasur berukuran king size. Baru saja ingin memejamkan matanya, Catherine teringat pada saudara kembarnya. Ia sangat ingin menemui saudara kembarnya. Dengan cepat, Catherine berlari menuju kamar saudara kembarnya. Saat memasuki kamar itu, ia berdecak kagum karena kamar itu sangat rapi, bersih, dan wangi. Dan Catherine yakin aroma wangi yang menyeruak di kamar ini adalah aroma parfum yang biasa sang kakak pakai.
"Woah!" decaknya kagum.
Catherine berjalan masuk sambil menatap setiap sudut kamar itu. Walaupun kamar ini di dominasi warna putih, hitam, dan abu - abu, kamar ini terlihat sangat elegan. Saat sedang melihat - lihat kamar itu, ada seseorang datang.
"Caitlin!" panggilnya sambil tersenyum lebar.
Catherine pun segera memutar tubuhnya ke orang itu.
"Kak Jo? Aku Catherine bukan Caitlin," jawab Catherine yang membuat senyuman di bibir Joshua berubah menjadi memberenggut. Lalu, Joshua bergegas meninggalkan kamar Caitlin setelah ia mengetahui yang berada di kamar Caitlin, bukanlah sang pemilik kamar itu melainkan Catherine.
***
Setelah dokter Rey memeriksa keadaan Caitlin, ia memberitahu pada Aldian tentang keadaan Caitlin saat ini.
"Grandpa, Caitlin sudah melewati masa kritisnya, dan mungkin sebentar lagi dia akan segera sadar," seru Rey pada pria paruh baya yang sudah ia anggap seperti kakeknya sendiri.
"Syukurlah, kalo begitu. Terima kasih, nak Rey. Sudah membantu kesembuhan Caitlin" ujar Aldian.
"Itu sudah menjadi tugas saya sebagai dokter, grandpa," jawab Rey. "Saya permisi dulu, ada pekerjaan lain yang harus saya kerjakan. Maaf tidak bisa menemani grandpa" pamitnya.
Selang beberapa menit, Caitlin pun tersadar dari pingsannya sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing.
Kenapa badanku sakit semua?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃)
Teen Fiction#3 on remaja (041119) #1 on remaja (071119) #1 on cool (030220) Caitlin Emma Gibson. Gadis remaja cantik blasteran Amerika-Indo harus menerima kenyataan pahit sejak kejadian 11 tahun silam. Dia menutup dirinya kepada siapapun. Ditambah kebencian dar...