ACCIDENT (28)

41.3K 1.7K 6
                                    

Davin mengikuti sebuah mobil BMW i8 putih yang merupakan mobil milik Caitlin, gadis yang ia cari sejak tadi. Davin semakin menambah kecepatan laju mobilnya saat mobil Caitlin mulai menjauh.

Davin mengikuti sebuah mobil BMW i8 putih yang merupakan mobil milik Caitlin, gadis yang ia cari sejak tadi. Davin semakin menambah kecepatan laju mobilnya saat mobil Caitlin mulai menjauh.

Davin melihat mobil Caitlin siap untuk berbelok ke kanan, namun tanpa Caitlin ketahui ada sebuah truk yang berjalan dengan kencang dari arah berlawanan. Caitlin pun membanting stirnya ke kiri, Caitlin yang mulai merasakan mobilnya kehilangan kendali pun membuka paksa pintu mobil saat mobilnya masih melaju kencang lalu melompat keluar. Mobilnya terus melaju sampai jatuh ke bahu jalan yang menjorok ke dalam lalu meledak dan terbakar. Tetapi, tubuh Caitlin sudah penuh darah terutama kepalanya. Karena saat ia melompat dari mobilnya, kepala gadis itu tak sengaja terbentur pada sebuah batu yang cukup besar.

Davin sangat panik saat melihat kejadian itu, ia segera turun lalu berlari menghampiri tubuh Caitlin yang terbaring lemah di aspal.

"Cait? Caitlin? Hei? Cait bangun!" panggil Davin sambil menepuk - nepuk wajah Caitlin yang berlumuran darah. Namun, tak ada jawaban.

"Cait? Cait bangun!" panggil Davin lagi. Lalu, tangan Caitlin bergerak memegang tangan Davin yang ada di pipinya. "Cait? Lo masih sadar?" tanya Davin cemas.

"Hm... Kak, Cait bol...eh min...ta to..long?" tanya Caitlin sambil terbata - bata.

"Tentu, lo mau minta tolong apa?" tanggap Davin cepat.

"To...long kak Da...vin jang...an ka...sih ta...hu Dad..dy Mom..my kak Willy dan kak Alan so..al keja..dian ini." ucap Caitlin terbata-bata.

"Tapi?" seru Davin tak yakin.

"Cait mohon. Jangan sampai mere...ka ta..hu. Cait eng..gak mau mere...ka ta..hu. Please!" mohon Caitlin pada Davin dengan air mata yang kembali meluncur dari kedua matanya.

"Iya, gue janji, gue enggak bakal ngasih tahu mereka. Tapi, please lo harus bertahan!" jawab Davin mencoba menggendong tubuh Caitlin. Namun, Caitlin menahannya dan kembali berucap.

"Terima kasih, kak" ucap Caitlin sambil menunjukan senyuman indahnya, lalu menutup matanya dan tangannya yang sempat menahan tangan Davin tadi terkulai lemas di sisi tubuhnya.

"Cait, bertahanlah!" ucap Davin lalu menggendong tubuh Caitlin dan membawanya ke rumah sakit.

***

"Bagaimana keadaan Caitlin saat ini, dok?" tanya Davin pada Dokter Rey.

"Masih belum ada perkembangan. Tapi, enggak perlu khawatir dia pasti bisa melewati masa kritisnya. Karena Caitlin adalah gadis yang kuat" Jawab Dokter Rey sambil menatap nanar Caitlin.

"Iya, dokter benar. Dia selalu bangkit lagi disaat terjatuh tanpa dukungan orang lain sekalipun ia selalu berusaha bangkit dari keterpurukannya" Ujar Davin dengan tatapan menerawang.

"Oh iya, saya hampir lupa hari ini Tuan Aldian akan datang kemari. Dan kamu bisa ceritakan apa yang Caitlin katakan pada kamu sebelum ia tak sadarkan diri" ucap Dokter Rey.

"Baik. Terima kasih, dok" kata Davin sambil tersenyum ramah pada Dokter Rey.

"Kamu tidak perlu berterima kasih pada saya karena Caitlin itu pasien pribadi saya. Jadi saya sudah tahu dengan keadaannya yang sebenarnya. Kalo begitu saya permisi dulu, ada pekerjaan yang harus saya kerjakan." pamit Dokter Rey lalu meninggalkan ruangan itu.

"Gue yakin lo pasti bisa melewati masa kritis lo. Lo harus kuat!" ucap Davin sambil mengelus kepala Caitlin lembut.

***

Pagi ini Kenan, Diana, Alan dan Joshua memakan sarapan mereka dalam suasana hening tak ada satupun yang memulai pembicaraan. Pikiran mereka hanya tertuju pada dimana keberadaan Caitlin saat ini dan bagaimana keadaan gadis itu. Diana melahap roti yang diolesi selai kacang dengan air mata yang meluncur bebas ke pipinya.

"Sudah, jangan menangis lagi! Kita pasti akan menemukannya, tenanglah!" bujuk Kenan sambil mengelus - ngelus tangan sang istri sekedar menenangkannya.

"Ini semua terjadi karena aku. Ini semua salahku. Kini putriku membenciku. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak ingin kehilangan dirinya" ucap Diana penuh penyesalan.

"Mommy tidak boleh menyalahkan diri Mommy seperti ini. Karena semua yang terjadi adalah rencana Tuhan dan kita tidak pernah tahu apa yang Tuhan rencanakan untuk kita. Jadi jangan salahkan diri Mommy seperti ini. Mungkin saat ini Caitlin cuma butuh waktu untuk sendiri." bujuk Joshua lalu mengusap air mata Diana.

"Iya, Joshua betul. Mommy enggak usah khawatir kita akan berusaha temuin keberadaan Caitlin. Mommy tenang saja! Caitlin pasti baik - baik saja" tambah Alan lalu mereka bertiga memeluk Diana bersamaan.

Hari ini adalah hari penerimaan raport semester 1. Kenan dan Diana berniat mengambil raport kedua anaknya yaitu Caitlin dan Joshua. Sesampainya di sekolah, Kenan bergegas menuju kelas XII IPA 1 bersama Joshua sedangkan Diana menuju kelas XI IPA 1. Diana memasuki kelas dan duduk di bangku yang kosong untuk menunggu giliran.

Saat gilirannya tiba, Diana maju dan duduk di depan Bu Nita selaku wali kelas XI IPA1. Bu Nita mulai menjelaskan keseharian Caitlin menurut pengamatan dirinya. Lagi - lagi, Diana tak kuasa menahan air matanya saat Bu Nita membahas tentang prestasi yang Caitlin capai, baik bidang akademik maupun non akademik.

"Kenapa ibu Diana menangis?" tanya Bu Nita pelan.

"Ah, maaf. Saya tidak apa - apa. Kalo begitu saya permisi. Terima kasih" ujar Diana lalu bergegas keluar dari kelas itu.

Kenan dan Joshua sudah menunggu Diana di depan kelas XI IPA1. Diana segera menghampiri mereka dengan sedikit berlari lalu memeluk erat keduanya. Tanpa kedua laki - laki itu ketahui, eDiana kembali menangis dalam pelukan mereka.

"Ada apa?" tanya Joshua cemas dengan Diana yang tiba - tiba memeluk dirinya dan Kenan, daddynya. Diana hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Setelah itu, Diana melepaskan pelukannya lalu menatap dua laki - laki kesayangannya dengan mata memerah.

"Aku benar - benar merasa bersalah pada Caitlin" seru Diana dengan mengalihkan pandangannya dari tatapan kedua laki - lakinya. "Dia selalu saja berusaha membuat kita bangga padanya, padahal kita selalu membuatnya terpuruk. Dia selalu memberikan yang terbaik untuk kita, tapi kita justru selalu memandangnya sebelah mata. Dia selalu bangkit disaat kita selalu membuatnya terjatuh. Dia mencoba bertahan disaat tak seorang pun mendukungnya. Dia terlalu baik untuk tersakiti oleh masa lalu. Sungguh aku sangat menyesal atas apa yang telah aku perbuat. Ini semua salahku" lanjutnya sambil menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

"Mom?" gumam Joshua.

"STOP! Untuk menyalahkan diri sendiri. Ini terjadi di luar kendali kita" ketus Kenan.

"Saat ini aku dapat merasakan rasa sakit yang Caitlin rasakan. Rasa sakit yang aku kasih buat dia. Kini aku pun mulai merasakannya juga" tambah Diana tanpa mempedulikan perkataan suaminya, Kenan.

"Sudah cukup! Yang terpenting saat ini kita harus menemukan keberadaan Caitlin terlebih dahulu" tukas Kenan mencoba menenangkan Diana.

Mereka bertiga pun berjalan menuju parkiran lalu meninggalkan sekolah.

Drrt...Drrt...Drrt...

Ponsel Kenan bergetar menandakan ada panggilan masuk. Dengan cepat, Kenan mengangkat panggilan itu.

"Hallo"

"Boss, kami sudah menemukan mobil Caitlin, tapi mobil itu berada di bahu jalan dan dilihat dari tampilan, mobil ini habis terbakar."

"Lalu bagaimana dengan Caitlin?"

"Kita belum menemukan Caitlin, yang kami lihat mobil ini sudah kosong."

"Cari Caitlin sampai ketemu! Saya tidak mau tahu!"

Tut... Tut... Tut...

Daddy yakin kamu baik - baik saja, karena kamu putri daddy. Putri daddy yang kuat. Oh God, i hope you always being beside my daughter. Kenan berdoa dalam hati.

🌹🌹🌹

TBC

01 Desember 2017

𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang