PAIN (18)

41.3K 1.7K 7
                                    

-Ketika melihat lo bersedih itu bikin hati gue sakit. Gue pengen selalu ada buat lo, jagain lo, dengerin keluh kesah lo dan menghibur lo, tapi setengah hati gue masih belum bisa nerima lo lagi seperti dulu.-

Joshua Willy G.

°°°°°

Hari ini adalah hari terakhir ujian bagi siswa SMA Tunas Harapan. Setelah itu, mereka akan bebas karena hanya kegiatan class meeting dan perbaikan nilai, itupun bagi mereka yang nilainya kurang.

Ujian berlangsung selama satu minggu, begitupun dengan Caitlin yang menyibukkan dirinya dengan buku - buku. Dan selalu berangkat pukul enam pagi selama ujian berlangsung. Setidaknya dengan kesibukannya menghadapi ujian ia bisa melupakan sedikit beban yang ada di pikirannya dan hanya fokus pada ujian. Tetapi, yang membuat Caitlin kecewa adalah saat hari pertama ujian dimana dirinya dan Joshua duduk berdampingan. Dan itu membuat Caitlin tidak bisa berlama - lama dan sesegera mungkin untuk menyelesaikan soal ujian, lalu mengumpulkannya dan keluar dari ruang ujian.

Srekk...

Terdengar suara kursi bergeser, dan semua mata tertuju pada Caitlin yang bangkit untuk mengumpulkan lembar jawabannya.

"Anjrit! Baru 20 menit mulai dia udah selesai aja. Sepintar apa dia? Bisa ngerjain soal Fisika 40 PG dan 5 Essay dalam waktu 20 menit" ucap salah satu siswa heran.

"Widih! Boleh juga tuh cewek"

"What's? So fast? Ngerjain Fisika dalan waktu 20 menit itu mustahil"

"Vid, kayaknya bakal ada yang gantiin posisi lo sebagai master fisika deh" ucap Adrian teman sekelas Caitlin pada David. David yang juga satu ruangan dengan Caitlin menatap punggung gadis itu heran.

Wow! I like it. Kata David dalam hatinya.

Pembicaraan mereka terdengar sampai telinga Joshua. Karena merasa terganggu Joshua pun sedikit membentak mereka.

"Kalian bisa diem gak? Ini lagi ujian!" ketus Joshua.

"Jangan berisik! Kerjakan masing – masing! Kalo kalian berisik lagi saya akan robek kertas ujian kalian!. Kembali bekerja" ancam pengawas yang ada di ruangan itu.

Setelah mendengar itu, seluruh siswa yang ada di ruangan itu menundukan kepalanya dan mulai mengerjakan soal ujian kembali.

"Dan kamu Caitlin boleh keluar" ucap pengawas itu pada Caitlin dan hanya diberi anggukan paham dari Caitlin.

Fisika merupakan pelajaran terakhir dan jika sudah selesai mengerjakan siswa diperbolehkan untuk pulang. Namun, tidak dengan Caitlin. Ia lebih memilih menghabiskan waktunya di sekolah. Tepatnya, di perpustakaan.

Caitlin sedang serius membaca buku ensiklopedia edisi terbaru. Tiba - tiba terdapat tetesan darah di lembaran buku tersebut. Dengan cepat, Caitlin mengusap hidung yang dipenuhi darah. Darah itu terus mengalir sampai Caitlin sendiri kewalahan untuk mengelapnya. Karena setiap kali di lap darahnya akan terus keluar. Lalu, Caitlin memasukkan buku itu kedalam tasnya dan berlari menuju toilet.

Di toilet Caitlin membasuh wajahnya terutama yang terkena darah dengan air. Caitlin memejamkan matanya sejenak ia merasa lega karena mimisannya telah berhenti. Lalu, Caitlin pun bergegas untuk pulang, namun bukan ke rumah orang tuanya melainkan apartemen miliknya. Ia akan beristirahat sejenak disana.

***

Setibanya di apartemen, Caitlin memesan makan siangnya hari ini. Entah kenapa Caitlin merasa tubuhnya lemas, dan mudah lelah sehingga ia tidak cukup kuat untuk memasak makanannya sendiri.

𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang