(30)

39.2K 1.6K 37
                                    

Dua hari setelah Caitlin tersadar dari masa kritisnya, gadis itu memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Berat bagi Caitlin untuk kembali lagi ke rumah itu, tetapi ini harus dia lakukan. Awalnya Aldian tak menyetujui permintaan Caitlin yang ingin pulang, karena keadaannya belum sehat. Tetapi Aldian menyerah juga pada akhirnya menghadapi cucu kesayangannya yang keras kepala itu.

"Ayolah, grandpa ijinkan aku. Aku akan baik - baik saja. Yah? Yah? Yah? Please!" mohon Caitlin sambil menyatukan kedua tangannya di depan dada dengan wajah memelas.

"Baiklah. Tapi, jika kamu merasa tidak baik segera hubungi grandpa!" pinta Aldian. Caitlin pun berhambur memeluk Aldian dari samping.

"Thank you so much, Grandpa." ucap Caitlin dalam pelukan.

🌿🌿🌿

Caitlin menghela napasnya berat, saat ia berdiri di depan pagar putih yang menjulang tinggi. Lalu, ia mendorong pagar itu, dan kemudian masuk ke pekarangan rumah yang selama ini menjadi alasannya untuk pulang. Namun, entah kenapa saat ia memasuki rumah itu lagi justru dirinya merasa asing dengan rumah ini. Rumah yang selama ini menjadi tempatnya berlindung, berteduh, dan tempatnya beristirahat.

Tok... Tok... Tok...

Caitlin mengetukkan tangannya pada pintu rumah itu dengan ragu. Tak lama kemudian, munculah seorang gadis yang memiliki wajah yang mirip dengannya. Gadis itu terkejut ketika melihat Caitlin, dengan senyum mengembang ia berhambur memeluk tubuh Caitlin yang masih membeku di tempatnya sambil menatap gadis itu.

"Hai" sapa gadis itu sambil melepaskan pelukannya dari tubuh Caitlin. Tak ada jawaban dari Caitlin, dia masih sibuk dengan pikirannya saat ini.

"Hai, aku Catherine saudara kembar mu. Apa kau tidak senang bertemu denganku?" sapa Catherine lagi dengan menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Caitlin.

"Oh. Aku sudah tahu. Kapan kau tiba?" jawab Caitlin dingin dan tak menghiraukan tangan Catherine yang sedari tadi ia sodorkan.

"Seminggu yang lalu." jawab Catherine kikuk. Caitlin yang sudah malas berhadapan dengan Catherine pun menerobos masuk dan tak mempedulikan Catherine yang masih terdiam di depan pintu.

"Aku merindukannya, tapi sikapnya dingin sekali. " bisik Catherine pada dirinya sendiri dan menatap nanar kepergian Caitlin.

Caitlin berjalan memasuki rumahnya tanpa mempedulikan keluarganya yang sedang berkumpul di ruang keluarga yang berada diantara ruang tamu dengan dapur dan bersebelahan dengan tangga. Caitlin terus melangkahkan kakinya pada anak tangga tanpa peduli dengan kebahagiaan yang keluarganya rasakan saat ini. Melihat itu, hati Caitlin terasa perih karena keluarganya masih bisa berbahagia disaat dirinya menderita. Untuk sekian kalinya, Caitlin merasa tak dianggap oleh keluarganya tetapi yang saat ini ia rasakan jauh lebih menyakitkan dibanding sebelumnya.

Joshua menyadari kedatangan Caitlin, namun berusaha untuk biasa saja. Dan berpura - pura tidak melihat Caitlin, sampai perhatiannya teralihkan oleh kedatangan Catherine.

"Mom?, Dad?. Caitlin pulang" seru Catherine sedikit berlari.

"Oh yah? Dimana dia?" tanya Diana terkejut.

"Di kamarnya" jawab Catherine.

"Ya sudah, biarkan dia untuk istirahat dulu" ujar Kenan lalu kembali fokus pada film komedi yang mereka tonton.

Di tempat lain, dua orang laki - laki sedang menyusuri koridor rumah sakit. Dan salah satunya terlihat sangat panik sedangkan yang satu terlihat panik namun berusaha tetap tenang.

"Dimana ruangannya?" tanya laki - laki itu panik.

"Ikut gue" jawab laki - laki yang satunya lalu berjalan mendahului laki - laki yang sedang panik itu.

Setibanya di depan ruangan yang dituju, mereka terkejut saat melihat ke dalam ruangan itu tak ada seorang pun disana.

"Dimana Caitlin? Kenapa dia enggak ada?" tanya laki - laki itu lagi.

"Gue enggak tau. Tapi, terakhir gue kesini tuh kemarin dan dia masih ada"

"Kak Davin pasti tahu kan dimana dia? Tolong kasih tahu David! David cuma pengen ketemu sama dia dan mastiin keadaannya baik - baik aja." pinta David.

"Tapi, gue enggak tahu dimana dia sekarang." Jawaban Davin membuat David semakin panik. David berlari meninggalkan Davin menuju lobby rumah sakit itu.

"Permisi, sus. Eh, pasien atas nama Caitlin Emma Gibson yang dirawat di ruang VVIP no. 04 ada dimana yah sus?" tanya David dengan napas yang tersengal-sengal.

"Oh, nona Caitlin sudah pulang sejak jam 10 pagi tadi," seru perawat itu.

"Oke kalo begitu, terima kasih, sus" ucap David lalu bergegas menuju parkiran.

"Gimana? Lo udah tahu dimana dia?" tanya Davin tiba - tiba saat melihat adiknya berjalan kearahnya.

"Udah. Dia udah pulang." jawab David lesuh.

"Terus kenapa muka lo di tekuk kayak gitu? Yang penting sekarang dia udah baik - baik aja." ujar Davin dan di sambut tatapan jengah oleh sang adik, David.

"Terus gue harus senang, ketawa - ketawa disaat gue khawatir sama dia. Gue pengen ketemu dia, tapi gue tahu dia dimana sekarang?" ujar David.

"Lo coba datengin aja rumahnya. Siapa tahu dia ada disana." saran Davin dan senyuman lebar merekah di bibir sang adik.

"Bener juga, lo. Kalo gitu gue ke rumahnya sekarang. Thank's brother" ujar David girang.

"Ur'well bro"

🌿🌿🌿

Tok... Tok... Tok...

Mendengar itu, Bibi Ira pun bergegas membukakan pintu dan mempersilahkan orang itu masuk.

"Oh, den David, silahkan masuk den. Mau ketemu siapa yah den?" tanya Bi Ira sambil mempersilahkan David.

"Eh, anu bi. Caitlin nya ada?" seru David yang balik bertanya.

"Ada. Den David, mau ketemu non Caitlin. Saya panggilkan dulu non Caitlin nya." ujar Bi Ira lalu meninggalkan David sendirian dan menuju kamar Caitlin.

"Non, non, non Caitlin. Maaf ganggu, dibawah ada den David mau ketemu sama non Caitlin katanya." teriak Bi Ira di depan pintu kamar Caitlin.

"Iya, bi. Bentar lagi Cait turun" jawab Caitlin sambil menghapus air mata yang membasahi pipinya sedari tadi.

Setelah membasuh wajahnya, Caitlin pun turun untuk menemui David. Namun, langkahnya terhenti saat melihat David sedang memeluk erat Catherine. Entah kenapa Caitlin merasa ada sesuatu yang menusuk dadanya. Caitlin tak beranjak dari tempatnya sedikitpun. Lalu, ia mendengar David memanggil Catherine dengan namanya 'Caitlin'. David tak tahu jika Caitlin memiliki saudara kembar, jangankan David, Caitlin saja baru mengetahuinya seminggu yang lalu.

"Cait, kamu baik - baik aja kan? Lukanya enggak parah kan?" tanya David cemas pada Catherine.

"Iya, aku udah baik - baik aja kok. Kamu enggak usah khawatir" jawab Catherine tanpa rasa bersalah.

Itu Catherine, kembaran gue. Gue, Caitlin yang lo cari, bukan dia. Jeritnya dalam hati.

🌹🌹🌹

TBC

15 Desember 2017

𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang