-Jangan pernah menilai orang itu jahat atau baik hanya dari sikapnya, karena belum tentu orang yang baik di depan kita juga berlaku baik di belakang kita.-
Caitlin Emma Gibson
°°°°°
Caitlin berlari cepat menuju lantai dua, dimana kamarnya berada. Caitlin melempar tasnya asal lalu menjatuhkan tubuhnya ke kasur king size miliknya yang dibungkus dengan sprei abu - abu polos. Ia memejamkan matanya berusaha untuk istirahat namun usahanya gagal karena saat ini pikiran kembali teringat perkataan Joshua tadi pagi.
Udahlah, guys! Enggak Usah ngajak orang asing kayak dia! Gue risih.
Orang Asing
Gue risih
Caitlin tak menyangka jika kakaknya akan mengatakan hal seperti itu.
He changes. Changes. Gumamnya dalam hati.
Ceklek
Suara pintu kamarnya terbuka sontak membuat Caitlin mengalihkan pandangannya ke ambang pintu. Wanita paruh baya dengan nampan berisi makanan dan air putih di tangannya. Wanita itu sengaja membawakan makan siang ke kamar karena ia mengerti Caitlin sangat kelelahan. Dia bisa melihat itu dari raut wajah anak majikannya itu saat baru saja tiba di rumah.
"Nona Caitlin ini makan siangnya" ujar wanita paruh baya itu lalu meletakkan nampan di meja belajar.
"Iya, makasih yah bi Ira" Jawab Caitlin dan mendapat anggukan kecil dari Bibi Ira yang berlalu meninggalkan kamarnya.
Caitlin terbangun dari tidur siangnya karena ponselnya yang bergetar terus - menerus menandakan ada yang menelponnya. Gadis itu meraih ponselnya dengan mata yang terpejam lalu menerimanya.
Private Number is calling...
"Hallo,"
"Jam 9, gue tunggu lo di jalan baru deket Pallazo!"
"Lo siapa?"
"Nanti lo juga tau siapa gue."
"Lo siapa?!"
Tutt...Tutt...Tutt
Tanpa menjawab pertanyaan Caitlin orang itu memutuskan teleponnya sepihak.
"Arrgh, sial! Siapa sih dia?" umpatnya kesal. " Tapi, dari suaranya, pasti dia cewek."
Caitlin terdiam sesaat lalu merubah posisinya menjadi duduk. Gadis itu melirik jam di dinding kamarnya.
Jam 17.15
Caitlin bangkit dari kasurnya dan pergi menuju dapur untuk mengantarkan piring kotor yang isinya sudah dilahapnya sebelum akhirnya ia terbang ke alam mimpi.
Caitlin memperlambat langkah kakinya saat ia melihat Joshua juga berada di dapur sedang meminum air yang ia ambil dari kulkas. Caitlin meletakkan piring kotornya di wastafel lalu ia meninggalkan dapur, tanpa menghiraukan Joshua yang sedang menatapnya tajam.
Seperti biasanya, Caitlin akan melampiaskan semua beban pikirannya kepada samsak kesayangannya. Ia memukul keras samsak itu tanpa henti semakin lama pukulan yang ia lepaskan akan semakin kuat. Caitlin membuang napasnya kasar saat aktivitasnya terhenti karena seseorang menahan keras pukulannya, orang itu adalah Alan. Tanpa menghiraukan kakaknya, Caitlin menepis tangan Alan dan berlalu meninggalkan tempat itu, namun Alan dengan cepat menarik tangannya.
"Tunggu!" Pintanya dan Caitlin membalikkan tubuhnya menghadap Alan dengan wajah malasnya.
"Ada yang mau gue tanyain sama lo" ujar Alan ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃)
Teen Fiction#3 on remaja (041119) #1 on remaja (071119) #1 on cool (030220) Caitlin Emma Gibson. Gadis remaja cantik blasteran Amerika-Indo harus menerima kenyataan pahit sejak kejadian 11 tahun silam. Dia menutup dirinya kepada siapapun. Ditambah kebencian dar...