Selesai makan malam, keluarga Gibson dan keluarga Pradipta memilih berkumpul di ruang tengah. Caitlin yang menyadari ketidakhadiran Davin, ia celingak - celinguk ke kanan kiri mencari keberadaan laki - laki itu. Seperti terdorong sesuatu, Caitlin pun memisahkan diri dan mencari Davin. Ia harus bertemu dengan laki - laki itu. Setelah beberapa saat, Caitlin menemukan laki - laki itu. Davin sedang duduk di taman belakang sendirian.
Caitlin menghampirinya tanpa ragu lalu duduk disampingnya, "Hai."
Davin sedikit tersentak lalu menatap Caitlin dengan tatapan yang sulit diartikan. Caitlin sedikit berdeham mencairkan suasana canggung yang menyelimuti keduanya. "Aku ganggu yah?"
"Enggak"
Caitlin hanya manggut - manggut mendengar jawaban Davin. "Kak? Ada yang mau aku bicarain sama kak Davin"
Davin hanya melihatnya sekilas, lalu kembali menatap lurus ke depan. "Apa?"
"Ehm, maaf sebelumnya tapi aku cuma mau mastiin kalo aku enggak salah--" Caitlin menjeda ucapan beberapa saat. "Aku mohon kakak jawab dengan jujur! Apa benar kak Davin pernah suka padaku?" Caitlin menunduk kepalanya malu. Pertanyaannya pasti sudah menyinggung perasaan laki - laki itu. Tetapi, ia harus melakukan ini.
Davin tersentak dan napasnya seolah berhenti mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut gadis yang selalu membuat jantungnya berdebar setiap bertem lalu menatap Caitlin tak percaya. Pertanyaan itu berhasil membuat hati Davin berdesir hebat."Soal itu. Yah.. Aku suka padamu. Bukan bukan lebih tepatnya aku jatuh cinta padamu. Tapi, aku terlalu bodoh karena tidak berani untuk mengungkapkannya padamu" jelas Davin yang membuat gadis disampingnya tercengang. Jantungnya berdetak tidak karuan.
Ini tidak benar!
"Sejak kapan?" selidik Caitlin.
"Sejak kecil. Saat aku pertama kali melihatmu bermain bersama David di rumahku. Sejak saat itu, aku selalu menantikan kedatanganmu di rumah. Sampai akhirnya, kau menghilang"
Caitlin membulatkan matanya, ia benar - benar terkejut dengan jawaban laki - laki itu. Bagaimana bisa Davin bertahan dan menyembunyikan perasaannya?
Selama itu kah? Ya Tuhan, bagaimana ini? Tolong aku!
"Bagaimana bisa kakak bertahan sejauh ini?"
"Karena cinta. Cinta tumbuh dengan sendirinya tanpa kita sadari. Dan cinta mengajarkanku arti menunggu, merelakan, dan ikhlas. Aku sadar kebahagiaan mu bukanlah aku tetapi David. Dan hanya David yang ada di hatimu"
"Maaf" ucap Caitlin lirih ia tidak pernah melihat sisi lemah Davin. Caitlin mengerti laki - laki itu sudah berkorban terlalu banyak untuk dirinya.
"Tidak apa. Aku bahagia jika melihatmu bahagia walapun bukan bersamaku. Kamu memang pantas mendapatkan kebahagiaan" seru Davin dengan suara yang sedikit bergetar. Ia melihat gadis disampingnya menitihkan air mata, dengan cepat ia menangkup pipi gadis itu dan menghapus air matanya.
"Jangan seperti ini. Kamu hanya membuatku terlihat menyedihkan. Aku tidak apa - apa. Tidak usah memikirkan aku"
"Terima kasih kakak sudah mencintaiku dengan sangat tulus. Maaf, karena aku tidak bisa membalas perasaan kakak" kata Caitlin dengan air mata yang terus mengalir.
"Hei, berhentilah menangis! Ini bukan salahmu. Kita tidak pernah tahu perasaan seseorang. Itu diluar kendali kita." Davin merekuh Caitlin dalam dekapannya. Tanpa mereka sadari, dua pasang mata memperhatikan dari kejauhan dan tempat yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃)
Teen Fiction#3 on remaja (041119) #1 on remaja (071119) #1 on cool (030220) Caitlin Emma Gibson. Gadis remaja cantik blasteran Amerika-Indo harus menerima kenyataan pahit sejak kejadian 11 tahun silam. Dia menutup dirinya kepada siapapun. Ditambah kebencian dar...