Orang itu menghampiri Caitlin dan berjongkok di hadapan gadis itu.
"Enggak seharusnya kamu melukai diri kamu sendiri" ucap orang itu lalu menarik Caitlin ke dalam pelukannya.
"Kakak tahu banyak yang mengganggu pikiran kamu, tapi enggak gini caranya." jelasnya namun Caitlin tidak menjawab.
"Cait, kamu bisa cerita sama kak willy. Atau enggak, cerita sama sahabat kamu atau orang yang kamu percaya." kata orang itu lagi.
"Enggak ada. Gue enggak percaya sama siapapun lagi" tukas Caitlin sambil melepaskan dirinya dari pelukan orang itu.
"Apa maksud kamu?" tanya orang itu mengerutkan dahinya.
"Kak Willy enggak usah ikut campur! Ini masalah Caitlin. Biar Caitlin yang ngejalanin." jawab Caitlin dengan nada yang terkesan dingin. Caitlin bangkit dari posisinya dan meninggalkan Joshua yang terdiam di tempatnya. Joshua masih terpikirkan perkataan Caitlin tadi.
Sesampainya dikamar, Caitlin segera membersihkan tubuhnya dan berendam air hangat di bathttub. Caitlin memejamkan matanya sejenak dan selang beberapa detik Caitlin kembali teringat akan masalahnya yang selalu mengganggu pikirannya akhir - akhir ini.
Misunderstanding? Leukemia? Pertunangan? Lalu masalah apalagi yang akan muncul setelah ini? Kenapa hidupku seakan penuh beban dan tidak bahagia? Apa aku tidak bisa merasakan kebahagiaan lagi seperti dulu?
Di restoran mewah, ada sebuah keluarga yang tampak harmonis dan bahagia. Mereka terlihat sangat akrab. Bahkan hubungan diantara mereka terlihat seperti baik - baik saja, walaupun di balik itu semua hubungan mereka begitu renggang. Namun, seorang gadis di keluarga itu tampak gelisah karena ia belum siap dengan perjodohan yang orang tuanya lakukan.
"Ehm,, Mom aku ke toilet sebentar yah" pamitnya.
"Iya, jangan lama - lama" ucap mommy nya.
Gadis itu menghela napas panjang sambil bersender pada wastafel. Ia menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.
Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aarggghhh.
Sudah 15 menit berlalu, namun anak gadisnya tak kunjung kembali dari toilet. Ia pun meminta anak keduanya untuk menelpon gadis itu. Tak menunggu waktu lama, gadis itu segera mengangkatnya.
"Hallo"
"Lo ngapain? Kenapa lama banget?"
"Eh, perut gue sedikit bermasalah. Tapi, sebentar lagi gue balik kok"
Tut... Tut... Tut...
Gadis itu memutuskan telepon secara sepihak. Saat ini ia hanya ingin sendiri, tetapi kali ini juga Caitlin harus mengikuti perintah orang tuanya, walaupun dalam hati ia menolak keras perjodohan itu.
Beberapa menit setelah sang kakak menelponnya, gadis itu pun kembali ke meja yang sudah di booking oleh keluarganya. Dari kejauhan ia dapat melihat keluarga rekan kerja ayahnya sudah duduk bersama keluarganya. Tanpa sadar, gadis itu menghela napasnya sekedar menenangkan rasa yang menggebu dalam dada.
"Caitlin, akhirnya kamu dateng juga. Sini duduk di samping Mommy" seru Diana dan Caitlin hanya menaikan alisnya bingung. Namun, Caitlin hanya menurut dan tak banyak protes.
"Kakak!" sapa seorang gadis yang duduk di hadapannya.
"LO!" ucap Caitlin sedikit teriak, ia terkejut dengan gadis yang ada di hadapannya.
"Yang sopan dong!" ketus Alan sinis.
"Halo kak Caitlin. Masih inget aku kan?" tanya gadis itu.
"Hm, gue masih inget kok. Gadis sepatu,,, eh maksud gue Naomi" jawab Caitlin santai.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄 (𝐄𝐍𝐃)
Teen Fiction#3 on remaja (041119) #1 on remaja (071119) #1 on cool (030220) Caitlin Emma Gibson. Gadis remaja cantik blasteran Amerika-Indo harus menerima kenyataan pahit sejak kejadian 11 tahun silam. Dia menutup dirinya kepada siapapun. Ditambah kebencian dar...