Guilty

3K 326 17
                                    

WARNING! TYPOOOOOOOO!!!
HAPPY READING!!


ㅁㅁ
ㅁㅁㅁ


"Appa... " gumam Jungkook pelan. Jungkook memberanikan diri menatap ayahnya ragu.

"Akhirnya kau kembali.. Bersiap-siaplah. Agar Joonyoung segera sembuh. " ucap tuan Jeon dingin.

"Apa maksudmu appa? " tanya Jungkook bingung. Sungguh, ia tidak mengerti. Nyonya Jeon yang melihat gelagat Jungkook merasa iba. Ia paham apa yang anak muda itu rasakan. Ia pun bangkit menghampiri Jungkook. Dan menepuk bahu pemuda itu pelan sembari tersenyum tulus.

"Jungkook-ah.... Kajja. Eomma akan menjelaskannya. " bisik nyonya Jeon. Jungkook hanya mengikuti wanita paruh baya itu dengan tatapan kosong. Tidak ada pilihan lain.

.

.

"Maafkan eomma Jungkook... Eomma tidak bisa bersikap adil padamu. " Jungkook tidak bisa berkata apa-apa. Ia merasa tertekan dan kecewa?

"Eomma tidak tega melihat Joonyoung kesakitan dan bersemangat untuk sembuh. Eom-"

"Berhentilah menyebut dirimu Eomma! Kau bukan ibuku! " potong Jungkook dengan nada dingin. Mana ada seorang ibu mengorbankan anaknya? Tidak masuk akal.

"Sungguh, maafkan aku Jungkook. Tidak ada pilihan lain, agar Joonyoung bisa sembuh. Aku tidak kuat saat melihat ia tertawa tanpa beban tapi nyatanya, hidup nya tidak sebahagia itu. " sambung wanita itu. Ia lebih memilih mengalah. Dia tidak bisa memaksakan Jungkook untuk menerimanya sebagai 'eomma baru'. Itu butuh proses.

'Terimakasih, hyung. ' senyuman polos anak itu.

'Karena hyung sudah mau menjadi pahlawan-ku. ' Jungkook tidak bisa membuat senyuman itu musnah.

'Hyung, tahu. Hyung seperti Iron Man. Menjadi pahlawan. Tapi, pahlawan di kehidupan Joonyoung. ' Ucapan bocah itu terputar kembali di pikiran Jungkook. Lalu bagaimana dengan dirinya? Tubuhnya?

"A-apakah appa yang merencanakan semua ini?" tanya Jungkook sedikit ragu. Nyonya Jeon menggeleng pelan.

"Tidak. Ini semua bukan rencananya sama sekali. "

"Kau bohong! Apa perlakuan baikmu padaku juga itu sandiwara agar aku memberikan sumsum tulang belakangku? " ujar Jungkook seraya tertawa remeh. Ia menertawakan dirinya sendiri. Hidupnya yang sama sekali tidak berarti di mata keluarganya.

"Tidak Jungkook. Aku tulus melakukannya. "

"Cih.." Jungkook merasa hidupnya begitu dipermainkan. Ia seperti cadangan yang dipakai jika dibutuhkan. Miris sekali.

"Kumohon, Jungkook. Lakukanlah. Demi Joonyoung dan ibu kandungmu. "

'Deg! ' apa maksudnya? Jelas-jelas ini tidak ada kaitannya dengan ibunya. Tidak masuk akal!

'Jungkook-ah... Pulanglah kerumah appa-mu. Seseorang membutuhkan mu disana. ' ia jadi teringat ucapan ibunya di mimpinya itu. Apa ini yang dimaksud eommanya? Joonyoung lah yang membutuhkannya?

"Aku tau kau pasti butuh waktu. Aku akan memberikanmu waktu. Pikirkanlah baik-baik, Jungkook-ah. " ujar nyonya Jeon seraya melangkah pergi meninggalkan Jungkook dengan segala kegundahannya.

Pikiran Jungkook tiba-tiba teralihkan pada ponselnya yang berbunyi. 'Taehyung hyung is calling'.

"Kookie-ah... " suara bass terdengar dari seberang telepon. Ia jadi merindukan keenam hyungnya.

(EDITING) Wind Beneath My Wings [BTS•Brothership] ✔ ㅡgo to Book IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang