Reverenge

3.4K 388 40
                                    

WARNING!! TYPOOOOOOOO!!!
HAPPY READING!!

💐
💐💐
💐💐💐

"Yeobseo??.... Hyung, aku butuh uang sekarang.." ucap Taeyong pada orang di seberang sana.  Setelah ia mendapatkan jalan buntu untuk mendapatkan uang. Hanya ini lah jalan satu-satunya,  pikirnya.

"Untuk apa? " ya. Pria yang di telepon oleh Taeyong adalah sekretaris Park. Ia tidak tau harus menghubungi siapa lagi selain pria itu.

"Tentu saja untuk membeli obat! Jebal.. "

"Mian,  Taeyong-ah. Aku tidak bisa memberikanmu uang. "

"Wae??! " Suara Taeyong mulai terdengar frustasi sekarang. Ia mengacak surainya.

"Bahkan kau belum melakukan tugasmu. "

"Hyung,  jebal. Nenek-ku sedang sakit. Mengapa kau setega ini?? " tidak. Ia tidak tahan lagi untuk menahan air mata yang sudah memenuhi pelupuk matanya. Ia begitu ketakutan akan ditinggalkan orang terkasihnya.

"Mian,  Taeyong-ah. Aku tidak bisa. Tuan Jeon melarangku memberimu uang sepeser pun. " hanya isakan terdengar dari mulut Taeyong. Mengapa hidupnya sesulit ini?

"Hyung... Jebal,  eoh!  Hyung kali ini saja... Tolong aku.. Hyu-"

'Bip'

"Sialan!" Taeyong mengusap wajahnya frustasi. Sekarang ia harus kemana?

'Taetae-hyung... ' batin Taeyong. Tidak salah kan jika ia mencoba?

Ini sudah sejam berlalu semenjak meninggalkan neneknya sendirian. Dia harus kembali terlebih dahulu untuk mengecek keadaan wanita tua itu.

"Hal-omoni.... " sudah sepuluh menit ia berusaha membangunkan neneknya.  Tapi,  sudah selama itu masih tidak adanya pergerakan. Taeyong pun mulai panik.
Ia mencoba mengecek denyut nadi neneknya. Tubuhnya terkejut saat mengetahui,  tidak ada denyut dalam tubuh itu. Matanya memanas. Nenek-nya meninggalkannya.

"Hal-omoni!!!!!!!!!! "

"ANDWAE!!!!!"

"Hal-omoni jangan tinggalkan aku,  eoh... Aku akan mendapatkan obatnya segera. Jebal.. Jangan tinggalkan aku!" Taeyong sama sekali tidak menerima bahwa neneknya benar-benar telah pergi meninggalkannya. Ia masih berusaha mendapatkan obat itu bagaimana pun caranya.

.

.

"Siapa yang meneleponmu?" tanya tuan Jeon yang menatap intens sekretarisnya yang baru saja mengakhiri panggilan. Ia menatapnya karena sekretarisnya itu menyebut namanya.

"Taeyong... Tuan. "

"Ah... Anak itu? Cih. Apa yang dia minta? " seringai tercipta diwajahnya.

"Uang.. Untuk obat neneknya,  tuan. "

'Ya ampun, pria di depanku ini sungguh kejam. ' batin sekretaris Park.

"Aku jamin,  wanita tua itu sudah mati sekarang. Apa lagi yang perlu diharapkan? Hahaha..." tawaan renyah keluar dari belah bibirnya. Bagaimana bisa,  ia begitu senang saat mendengar seseorang mati? Benar-benar tidak punya hati.

"Kau tau kan apa yang harus kau lakukan sekarang? Dia tidak menjalankan tugasnya dengan benar. Kau lihat sendiri mereka berhubungan baik selama ini. Kontrak rumah-ku untuknya sudah habis. Sudah seharusnya aku mengambil kembali apa yang aku pinjamkan. " jelas tuan Jeon. Ya. Selama ini tuan Jeon memerintahkan anak buahnya untuk mengawasi gerak-gerik Taeyong,  termasuk saat ia bertemu dengan Taehyung siang itu.

(EDITING) Wind Beneath My Wings [BTS•Brothership] ✔ ㅡgo to Book IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang