Nightmare 🙈

4.9K 498 7
                                    

WARNING!! Typo Berserakan!!
🌟HAPPY READING🌟

💃
💃💃
💃💃💃
💃💃💃💃

Jungkook hampir saja terjatuh kebelakang saat mengetahui Taehyung tiba-tiba berada di depannya. Kenapa ia selalu ketahuan saat sedang menguping secara diam-diam? Bedanya saat itu vas bunga yang jatuh dan sekarang malah tubuhnya yang hampir jatuh. Pikir Jungkook.

“Jungkook-ah... Apa yang sedang kau lakukan? “ tanya Taehyung yang baru menyadari keberadaan Jungkook. Jungkook hanya tersenyum menanggapi. Taehyung merasa bingung dengan sikap Jungkook. Apa yang terjadi dengan anak ini? Apa jangan-jangan dari tadi dia—

“Hyung!  Aku akan membantu kalian bersih-bersih. Em... Tenang saja aku sudah mendapatkan ijin dari Jin hyung. Jadi kalian harus memberikan tugas padaku sekarang. Aku merasa bosan. “ jelas Jungkook bersikap seperti anak kecil.

“Tapi kita sudah selesai. Semua ruangan sudah bersih sekarang. “ ujar Taehyung menangkup bahu Jungkook seraya tersenyum. Menurut Taehyung, Jungkook sangatlah lucu saat berbicara tanpa henti seperti tadi.

“Ahh.... Benarkah?  Sayang sekali. Aku sangat sedih sekarang. “ gerutu Jungkook melengkungkan bibirnya kebawah. Taehyung hanya terkekeh melihat tingkah adiknya itu.

“Sudahlah, Jeon. Tidak perlu sedih. “ ucap Taehyung menepuk bahu Jungkook pelan lalu pergi. Jungkook yang merasa sedikit sedih akan hal itu beranjak menuju ke kamarnya.
.

.

“Permisi, tuan Jeon. Ada yang ingin bertemu dengan anda.  “ ucap sekretarisnya yang bernama Park Myung Seo itu.

“Nugu? “ tiba-tiba seseorang lainnya masuk keruangannya. Tepatnya pria paruh baya yang terlihat seumuran dengan tuan Jeon. Melihat orang itu datang, tuan Jeon tersenyum penuh arti.

“Kau boleh pergi. “ ujar tuan Jeon pada sekretaris Park.

“Silahkan duduk rekan kerjaku. “ ucap tuan Jeon seraya terkikik pelan. Begitupun dengan lawan bicaranya itu. Ada apa sebenarnya?  Siapa pria itu?

“Apa kau ingin meminum sesuatu?” tanya tuan Jeon. Sepertinya mereka terlihat begitu akrab.

“Tidak perlu, kawan. Bukankah kita akan membicarakan masa depan kita? Hahaha... “ tutur pria itu seraya tertawa pelan. Tuan Jeon yang mengerti akan ucapan lawan bicaranya,  ikut tertawa.  Apa mereka sudah gila?

“Joon Myeon-ah... Aku yakin, saat kita telah menguasai negara ini. Semua orang akan tunduk kepada kita. Hahaha.... Kita memang pasangan yang serasi untuk menjadi seorang pemimpin. Hahaha...” ujar tuan Jeon di selingi dengan tawa renyahnya itu.

“Kau benar, Jeon. Kita akan menjadi orang nomer satu di negera ini. “ timpal tuan Kim setuju. Tunggu! Apa tuan Kim adalah calon wakil Presiden? Yang mendampingi tuan Jeon? Sepertinya memang benar.

“Siapa yang akan menjadi rival kita? “ tanya tuan Jeon yang mulai menunjukkan wajah seriusnya.

“Kau tau pemilik perusahaan pertambangan  Hwangjoo? “ tanya tuan Kim. Tuan Jeon pun mengangguk cepat.

“Dia-lah yang akan menjadi rival kita. “ sambung tuan Kim.

“Mwo?? Mengapa harus dia?! “
.
.
.
“Hei!  Bocah!! “ teriak seseorang lelaki yang terdengar tidak berada jauh dari Jungkook. Tangan Jungkook kecil terasa kebas, entah sudah berapa jam tali tambang itu terlilit di pergelangan tangannya kuat. Semua penglihatannya gelap. Seseorang menutup matanya dengan sebuah kain hitam yang di talikan dibelakang kepalanya. Kepalanya terasa pening saat itu. Lidahnya keluh tak dapat mengeluarkan kata-kata selain isakan. Sesekali giginya menggigit bibir bawahnya, mengurangi rasa takut yang menghantuinya.

“Apa dia tidak mengatakan sesuatu? “ tanya seorang perempuan. Entah siapa perempuan itu. Tentu saja Jungkook tidak dapat melihat dengan mata tertutup.

“Dia hanya menangis. “ jawab seorang pria lagi. Sebenarnya dia berada dimana sekarang? Berapa banyak orang yang berada disekelilingnya itu?

“Kau urus saja dia. Jika perlu, kau pukul dia. Asalkan dia tidak akan mengatakan hal yang aneh. Aku akan kembali menemui tuan.“ suruh perempuan itu.

“Baiklah. “ jawab pria tadi. Seseorang pun membuka penutup matanya kasar. Tunggu. Dimana ini? Sebuah gedung tua? Dan siapa orang didepannya? Pikir Jungkook.

“Apa kau melihat ibumu mati? “ tanya salah satu pria berbadan tinggi itu. Benar. Jungkook baru ingat. Ia harus menolong ibunya.

“Eomma..... “ ucap Jungkook lirih sambil terus menangis.

“Jawab pertanyaanku bocah!! Apa kau melihat ibumu mati??! “ tanya pria itu lagi. Lebih tepatnya berteriak. Jungkook yang tambah ketakutan hanya terus terisak.

“Yak!!  Bocah bodoh!  Jawab aku!! “ teriak pria itu seraya menjongkokkan badannya agar sejajar dengan keadaan Jungkook saat itu. pria itu menekan rahang bawah Jungkook kasar. Jungkook yang merasa kesakitan hanya mengeluarkan lenguhan pelan. Jungkook tambah merasa takut , dadanya terasa sangat sakit.

“Aishh!!  Bocah ini!! “ gerutu lelaki itu seraya memalingkan wajahnya dan berdiri sembari menatap teman sampingnya.

“Pukuli dia! “ perintah pria tinggi itu pada teman-temannya. Sesegera mungkin teman pria itu mengambil sebatang rotan lalu melayangkannya tinggi dan

“Hah! Hahh! Hahh!! “ Jungkook terengah yang baru saja bangun dari mimpi buruknya. Keringat membasahi tubuhnya, terutama kepalanya. Mimpi apa itu??

‘Mengapa aku selalu memimpikan itu? ‘ batin Jungkook.

Jungkook merasa tenggorokannya tercekat.  Ia membutuhkan air sekarang. Dia pun turun dari kasurnya berjalan keluar kamarnya menuju dapur. Suasana dapur sangatlah gelap. Tentu saja karena semua orang sudah pergi tidur sekarang. Diteguknya air putih di hadapannya dan mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan. Sekilas ia melirik jam dinding di ruangan itu. Masih pukul 12 malam, batinnya.

“Aku masih mengantuk. Tapi aku takut mimpi itu lagi. “ gerutunya sembari menggosok matanya pelan. Tiba-tiba senyuman pun terlukis di wajahnya. Apa yang sedang ia pikirkan? 

Jungkook segera beranjak dari duduknya lalu berlari kecil kembali menuju kamarnya. Kanapa dia tidak menutup pintunya? Tidak lama kemudian,  ia keluar dengan membawa selimbut tebalnya dan sebuah bantal dan kembali menuju dapur. Ralat. bukan menuju dapur,  tapi melewati dapur. Dan disini lah ia sekarang. Di depan kamar hyungdeul nya.  Apa dia berniat menginap dikamar para hyungnya? Jawabannya adalah iya.

Perlahan-lahan ia buka pintu cokelat itu dan mencoba melangkah tanpa menghasilkan suara. Dia melirik satu persatu hyungnya itu disertai tertawa pelan dibelakangnya. Oh,  ayolah. Kalian pasti akan tertawa melihat keenam pria itu tertidur dengan gaya masing-masing. Rapmon yang tertidur dengan suara dengkurannya,  Jin yang terus memeluk tubuh mungil Jimin seperti bantal guling,  Taehyung yang terus meracau dan Hoseok yang sedang mengelus tangannya sendiri. Hanya Yoongi yang terlihat tenang saat tidur. Seperti mayat, pikir Jungkook. Jungkook segera melapiskan lantai disana dengan selimbut tebalnya,  dan meletakkan bantal miliknya di sampingnya. Saat Jungkook akan menidurkan tubuhnya, tiba-tiba ia ingat sesuatu. Dia pun kembali bangun dan berdiri diantara kasur hyungnya.

“Hyung-deul... A-ku meminta ijin tidur disini! “ ujarnya yang lebih terdengar bisikkan. Ia pun tersenyum dan segera menidurkan tubuhnya itu. Besok ia harus bangun pagi, karena besok hari pertama dia masuk sekolah. Entah perasaan senang atau sedih yang Jungkook rasakan. Di satu sisi,  ia sangatlah ingin merasakan bagaimana hidup seperti anak seumurannya. Tapi di sisi lain ia sangat merasa takut. Ya.  Takut berhadapan dengan orang asing. Tunggu,  bukankah semua hyungnya juga orang asing? Entahlah. Jungkook pikir,  traumanya tidak berlaku pada hyungdeulnya.

.

.

T-

.

B-
.

C.

Gimana chap ini??  Gaje?  Mianhae...
😘😁😁

Makasih kpd readers setia-ku!  😘😘

©Readers yang baik,  PASTI voment! 😏 🙏

NEXT?

(EDITING) Wind Beneath My Wings [BTS•Brothership] ✔ ㅡgo to Book IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang