"Tujuan gue ya cuma lo. Lo adalah tujuan hidup gue satu-satunya."
***
Matanya perlahan-lahan terbuka dan terlihat buram saat melihat sekelilingnya yang begitu asing atau bahkan tidak tahu dirinya berada dimana.
Yang dia lihat sekarang adalah seperti sebuah kamar yang di dominasi dengan warna abu-abu dan putih serta lantai yang berwarna cokelat kayu. Ini seperti kamar seorang lelaki.
Di sekitarnya sangat sepi seperti rumah hantu, sangat sunyi sehingga suara-suara jangkrik pun sampai terdengar begitu keras di pendengarannya.
Kenapa dia bisa disini? Dan siapa yang membawanya kesini? Gila, seharusnya dia masih berada di sekolah!
Ah, ingat! Dia di culik dan di bawa masuk ke dalam mobil sport merah.
Kayla sekarang ingat kejadian tadi saat dirinya berniat menunggu di kursi pakiran agar papanya mudah menemukannya dan tidak perlu susah-susah untuk mencari.
Tetapi malah berujung petaka, dia di culik oleh seseorang menggunakan mobil sport merah. Ada satu orang yang begitu sangat di curigainya, tapi apakah benar dia?
Tetapi mengapa dia sampai nekat untuk menculik?
"Kayla, lo udah sadar? Kenapa nggak bilang sama gue?"
Benar dugaannya! Ternyata terbukti benar kalau orang itu yang menculiknya setelah mendengar suara khasnya yang berat. Apa kalian bisa menebak siapa orangnya?
Ya, benar! Dante! Si manusia menyebalkan setengah hidup! Gila!
"Dante, gue mau pulang," ucap Kayla datar, masih berusaha untuk tetap menahan agar tidak terbawa emosi.
Kayla tidak ingin membuat kekacauan di rumah orang lain. Apalagi di rumah orang yang paling menyebalkan di hidupnya.
"Kalau lo gue biarin pulang, gue nggak bakalan mau susah-susah buat nyuruh Alif sama Rizki buat nyulik lo, cantik."
"Tujuan lo nyulik gue apa coba? Lo nggak ada kerjaan apa!? Atau lo memang lagi kesepian dan perlu hiburan!?" Balas Kayla sinis lalu berdiri dari kasur dan kini posisinya saling berhadapan dengan Dante.
Tetapi bedanya hanya Dante saja yang lebih tinggi dan harus menunduk saat berbicara dengan Kayla.
"Tujuan gue ya cuma lo. Lo adalah tujuan hidup gue satu-satunya, Kayla sayang."
"Stop panggil gue sayang! Gue bukan pacar lo atau bahkan temen lo, gue cuma sebatas adik kelas lo, jelas?" Ucap Kayla, menerangkan.
"Maka dari itu karena lo bukan pacar gue, gue mau jadiin lo pacar gue sekarang. Mulai hari ini lo, Kayla Afinda, sudah resmi menjadi milik seorang Dante Abraham. Jelas?"
Dante berucap sambil memegang kedua tangan Kayla lalu mengecupnya lembut dan seketika membuat bulu kuduknya meremang, geli.
"Nggak! Gue nggak mau! Gue nggak suka sama lo Dante! Gue mau pulang!" teriak Kayla dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Rasanya ia ingin menangis saja untuk hari ini. Sudah di cium paksa dan sekarang di paksa lagi untuk menjadi pacarnya. Lalu selanjutnya apa?
Meminta Kayla untuk menjadi istrinya!? Gila!
"Gue bakalan anterin lo pulang, setelah lo jawab iya buat pertanyaan gue," paksa Dante sambil mengeratkan pegangan tangannya di kedua tangan Kayla agar dia tidak bisa kabur keluar.
"Itu bukan pertanyaan tapi pernyataan, Dante! Itu maksa! Lo maksa gue kalau lo belum sadar, Dan!"
"Gue nggak peduli, yang penting apa jawaban lo? Iya atau setuju? Pilihannya cuma dua itu," balas Dante.
"Nggak! Gue nggak mau! Sekali nggak ya tetep nggak!" bantah Kayla.
"Kayanya gue harus buat kasar dulu supaya lo bisa bilang iya di mulut manis lo itu, Cantik." seringaian sinis pun terbentuk diwajahnya.
Ya Tuhan! Jangan bilang dia mau aneh-aneh sama gue!? Pikir Kayla takut-takut.
Tiba-tiba Dante langsung mendorong bahu Kayla ke belakang sehingga punggungnya membentur kasur empuknya lalu Dante langsung mencium bibirnya kasar.
Hanya cara itulah yang ada dalam pikirannya agar bisa membuat Kayla lemah dan tidak berdaya lalu dengan terpaksa Kayla akan menjawab iya agar bisa cepat-cepat terlepas dari ciuman kasarnya.
Dante Abraham memang licik, baik dalam hal permainan basketnya maupun dalam soal perasaan.
Tapi tak masalah, yang terpenting sekarang seorang Kayla Afinda bisa menjadi miliknya dan hanya gadis itu yang sudah berhasil menarik perhatiannya.
Kayla Afinda, adik kelasnya, adalah miliknya! Hanya milik Dante Abraham sang kapten basket sekolah.
"Eghht... Dan--nte Iy--ya lep--asin gue!." Ringis Kayla terbata-bata disela-sela ciuman paksa Dante.
Dante memang menyebalkan, brengsek, jahanam, laknat, bangsat, dan gila. Kayla benci pada dirinya sendiri karena dengan mudahnya dia mengatakan iya disela-sela lumatan sang kapten basket.
Dante pun melepaskan ciuman paksanya dan memberikan waktu Kayla untuk bicara. Jantungnya berdebar-debar dengan jawaban apa yang akan Kayla lontarkan padanya.
Mereka berdua masih terengah-engah akibat ciuman mereka. Sepertinya mereka harus diberikan waktu dulu untuk menetralkan jantung mereka yang tiba-tiba berdetak 5 kali lipat dari ritme jantung pada umumnya.
"Iya, gue mau jadi pacar lo dan sekarang gue mau pulang," balas Kayla, dirinya pasrah saja karena dirinya juga tidak bisa melakukan apapun untuk sekedar melawan.
Jika dia di takdirkan berjodoh maka hubungan ini akan berjalan sampai mereka menikah nanti.
Tetapi jika mereka tidak berjodoh entah satu atau beberapa bulan kemudian pasti hubungan mereka akan berakhir entah kapan waktunya.
Kayla hanya menyerahkan semuanya pada tuhan. Mungkin sekarang dia belum mencintai Dante, tapi siapa tau di kemudian hari dirinya bisa saja mencintai Dante?
Entah, hanya tuhan yang tau. Yang jelas Kayla hanya bertugas menjalani bukan mengatur.
"Nggak boleh pulang karena urusan kita belum selesai, Sayang. Tenang aja, kamu nggak akan celaka selagi aku di samping kamu," ucapnya dengan menekankan kata pada di akhir kalimat.
Tunggu, tadi dia bilang apa? Kamu!? Gila! Gue harus panggil dia Kamu gitu!? Batin Kayla merasa sedikit geli sekaligus heran.
***
Jumat, 13 Oktober 2017.
21.39 WITA.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Couple
Teen Fiction-END- #03 in Teen Fiction (Oct 9, 2018) #1 in Cerita Remaja (Dec 9, 2018) #2 in Cerita Remaja (March 29, 2018) Dia.. Dante Abraham. Si kakak kelas yang angkuh, sombong, dan dibenci oleh semua siswa laki-laki tetapi disukai oleh semua siswi perempua...