"Pinggang aku ada bukan buat di cubit, sayang. Tapi buat di peluk kamu, kalau kamu belum tau."
***
Kembali lagi berjumpa dengan buku, sekarang adalah hari senin. Hari yang paling di benci oleh para murid sebab harus panas-panasan untuk menunggu upacara segera selesai.
Menunggu upacara selesai bagi para murid itu sama saja dengan menunggu dunia kiamat. Sudah panas-panasan, tangan pegel gara-gara hormat, terus di tambah lagi berdiri berjam-jam.
Tergantung dengan pembina upacara juga, kalau yang menjadi pembina upacaranya bapak kepala sekolah yang terhormat itu sudah pasti mereka akan menghabiskan waktu upacara selama 2 jam.
"Aduhh panas banget, Nay. Gue nggak kuat nih!" gerutu Kayla.
Gerutuannya itu terdengar sampai telinga Dante karena dia bari tepat di sebelah pacarnya.
Kelasnya dengan kelas Kayla memang berbaris berdampingan, hanya saja Dante memaksa ingin berbaris disebelah pacarnya.
Karena kalau pacarnya tiba-tiba pingsan bagaimana? Apa cowok lain yang akan menggendongnya dan membawanya ke UKS? Oh tidak! Memikirkannya saja sudah membuat Dante ingin menghancurkan siapapun orang itu.
Tidak. Ada. Yang. Boleh. Menyentuh. Kaylanya. Selain. Dia! Camkan itu!
"Sayang, kamu kepanasan? Aku anterin ke UKS ya? Biar kamu nggak sakit, sayang," ucap Dante memaksa sambil memeluk pinggang Kayla posesif menggunakan tangan kanannya.
Saat ini mereka sedang menunggu bapak kepala sekolah yang sedari tadi bacot nya tidak bisa di hitung berapa kata.
Rasanya ingin sekali murid-murid langsung menyerbu kantin jika upacara telah selesai nanti.
"Nggak usah lebay deh, Dan. Aku cuma kepanasan aja kok," kesal Kayla sambil menekuk wajahnya. Jangan lupakan bibirnya yang mantun seperti bebek itu, lucu.
"Kan aku khawatir, sayang. Aku anterin ya?" paksa Dante sekali lagi masih tetap pada posisinya memeluk pinggang Kayla posesif.
"Nggak usah!" ketus Kayla lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil sedikit cemberut, kesal.
"Yaudah kalau nggak mau ke UKS, terpaksa aku lakuin ini biar kamu gak kepanasan."
Tiba-tiba saja Dante menarik pinggangnya langsung, menubrukkannya pada dada bidangnya hingga menimbulkan suara yang untungnya tidak terlalu keras.
Mungkin hanya orang-orang terdekat saja yang dapat mendengarnya.
Posisi Dante saat ini menghadap kepala sekolah dan Kayla yang menghadap dada bidang Dante sehingga sekarang mereka dalam posisi seperti berpelukan.
Tidak ada yang berani protes, karena semua orang tahu bahwa sang kapten basket tidak suka di tentang sama sekali, galak, dan bisa melakukan apa saja jika ada yang berani mengecohnya.
Sekali di ecoh maka dia akan membalas dengan berjuta-juta ecohan balik, cukup menyeramkan.
"Aku nggak mau kamu kepanasan, sayang. Jadi tetap di posisi ini biar kamu aman-aman aja," ujar Dante dengan raut tegas seraya memberikan kecupan di pipi kiri Kayla.
Semua orang memperhatikan mereka dengan iri, jika saja mereka memiliki pasangan yang romantis seperti Dante pasti mereka akan sangat bahagia.
Secara mana ada manusia yang tidak bahagia jika mendapatkan seorang pasangan yang romantisnya tanpa harus di beri kode dahulu.
Manusia seperti itu, sangat jarang exist.
"Gue bukan artis, nggak udah natap gue sampai segitunya, gue ladenin kalau mau berantem sekarang," sinis Dante.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Couple
Roman pour Adolescents-END- #03 in Teen Fiction (Oct 9, 2018) #1 in Cerita Remaja (Dec 9, 2018) #2 in Cerita Remaja (March 29, 2018) Dia.. Dante Abraham. Si kakak kelas yang angkuh, sombong, dan dibenci oleh semua siswa laki-laki tetapi disukai oleh semua siswi perempua...