Karena penasaran, diam - diam Weizhou mengikuti Jingyu. Dia merasa ada sesuatu yang buruk terjadi pada Jingyu tapi sepertinya Jingyu tidak ingin menceritakan padanya. Dia bahkan tak ingin berbicara padanya.Jingyu berhenti pada sebuah rumah tua yang terlihat menyeramkan. Jingyu hanya diam berdiri di depan gerbang, terlihat gugup. Saat dia hendak beranjak pergi, tiba - tiba muncul seorang lelaki paruh baya meneriakkan namanya.
"JINGYU !!!!", teriaknya.
Jingyu membalikkan badannya dan membungkuk hormat.
"Maaf Ayah. Aku tahu, tidak seharusnya aku melakukannya, tapi...sejujurnya aku senang mereka mengeluarkan aku dari sekolah itu".
"Apa yang kau bicarakan? Aku sudah menghabiskan banyak untukmu dan kau...kau berkata seperti itu. Apa kau bodoh??", hardik Ayahnya.
"Iya...iya...iya..aku memang bodoh. Aku memang bodoh, Yah. Jadi kumohon, jangan sia - siakan uangmu untukku lagi", jawab Jingyu.
"APA??!!!".
"Ijinkan aku bekerja, Ayah".
"Bekerja??? Hahahaha.... kau bercanda kan??".
"Tidak Yah. aku serius".Weizhou terus memperhatikan mereka.
"Pekerjaan macam apa yang kau inginkan? Kau pikir kau bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah? Kau tak punya keahlian apapun, nak".
"Sejujurnya, aku tidak yakin aku mampu, tapi aku akan berusaha. Jadi tolong ijinkan aku bekerja, Yah".
Jingyu membungkuk di depan Ayahnya, tapi Ayahnya malah berbalik memunggunginya.
"Kau baru berumur 17 tahun, nak. Apa yang kau pikir bisa kau lakukan?".
"Aku tahu aku memang bodoh, tapi kali ini aku berjanji aku akan melakukan yang terbaik".
"Kalau begitu, lakukan yang terbaik dapat kau lakukan. Tapi jangan kembali ke rumah ini sebelum kau berhasil".
"Apa??!! Tapi Ayah, kalau aku pergi, aku harus tinggal dimana?". Jingyu kebingungan. Dia benar - benar tidak ingin kembali ke sekolah itu. Tapi jika dia harus pergi, dia tidak punya tempat untuk tinggal. Parahnya, dia tak punya uang untuk menyewa tempat tinggal."Ayah...", hiba Jingyu.
"Besok kau tetap pergi ke sekolah. Sekarang kau bersihkan dirimu dan makan malam".
"Ayah..... aku pergi".
Ayah Jingyu kaget mendengarnya. Dia tak berpikir kalau Jingyu akan menganggap serius syarat yang di ajukannya. Dia mengepalkan tangannya. Dia tak bisa membiarkan anaknya pergi, tapi dia juga tak bisa memaksa anaknya kembali ke sekolah. Dia tahu benar betapa keras kepala anaknya ini, sama sepertinya. Dia hanya bisa mendesah."Jadi, tetaplah tinggal di sini".
"Tapi Yah, aku tidak mau kembali ke sekolah itu".
"Carilah pekerjaan. Kalau dalam.seminggu kau tidak mendapatkannya, kau harus kembali ke sekolah. Mengerti !!!!".
"Mengerti Yah !!!!", jawab Jingyu dengan tersenyum lebar.
Jingyu mengikuti Ayahnya masuk ke rumah. Begitu pula Weizhou.
"Uummm...maaf permisi.... Jingyu....".
Ayah Jingyu berbalik untuk melihat asal suara itu dan Jingyu hanya bergumam jengkel.
"Apakah dia temanmu, Jingyu?", tanya Ayah Jingyu sambil menunjuk Weizhou.
"Bukan Ayah", jawab Jingyu dengan ketus sambil berjalan melewati ayahnya dan mengacuhkan Weizhou. Tapi Weizhou tak membiarkan Jingyu mengacuhkannya lagi."Jingyu.... tentang semalam...".
Jingyu berbalik dan berlari ke arah Weizhou, "Ah!!! Temanku!!! Ayo masuk.... Ayah, ijinkan dia ke kamarku he..he..he...", racau Jingyu.
"Aku ingin mengambil bukuku", Weizhou tersenyum.
"Ahh!!! Tentu saja!!! Aku tidak membutuhkannya lagi".
"Baguslah!!!".
"Ayo...ayo...masuk!!!".Jingyu menarik Weizhou ke kamarnya dan membanting pintu kamarnya. Jingyu sangat marah, sedangkan Weizhou tertawa pelan.
"Sebenarnya, apa yang kau inginkan?", tanya Jingyu.
"Yang ku mau? Oh, aku hanya ingin tahu kenapa kau keluar dari sekolah?".
"Karena aku bodoh!! Sekarang ambil bukuku dan pergi..!!!.
"Tidak mau. Aku mau tetap di sini".
"Apa???!!!".
"Aku ingin tetap di sini. Kita teman kan?".
"Kata siapa? Kita bukan teman!!!", Jingyu semakin kesal.
"Tapi semalam aku mengijinkanmu makan malam di rumahku".
"Jadi kau mengharapkan balas budi dariku?".
"Bukan begitu, Jingyu. Kita kita kan teman", jawab weizhou sambil menghentakkan kakinya ke lantai.
"Sshh.. apa kau ini anak kecil?!!!".
Weizhou menghentakkan kakinya lagi dengan lebih keras.
"Sshhhh.... baik ..baik... kita teman", akhirnya Jingyu menyerah.
Weizhou menghentikan hentakkan kakinya dan tersenyum licik. Jingyu menjatuhkan tubuhnya di kasur dan menutup rapat matanya. Dia sangat ingin menendang Weizhou keluar dari rumahnya. Tapi Weizhou dengan senyum liciknya malah membaringkan tubuhnya di sebelah Jingyu."Hey..hey...hey...apa yang kau lakukan?", tanya Jingyu.
"Membaringkan tubuhku. Aku sangat lelah. Sekolah menyebalkan" jawab Weizhou dengan santai.
"Bangun !!!!", perintah Jingyu.
"Tidak mau", Weizhou menolak.
"Bangun!!!!, perintah Jingyu lagi.
"Tidak mau... tidak mau !!!!", Weizhou bersikeras.
Jingyu mendorong tubuh Weizhou hingga terjatuh ke lantai.
"Jingyu!!!! Kenapa kau selalu bersikap kejam padaku?!".
"Ya. Aku kejam dan dingin. Keras kepala, tidak sopan. Aku bukan anak baik - baik, jadi sebaiknya kau menjauh dariku!!!".
"Apa??!! Tidak!!! Kita adalah teman. Aku tidak akan menjauh darimu!!!", balas Weizhou.
Jingyu menarik kerah baju Weizhou dan itu mengagetkan Weizhou.
"Apa tujuanmu??!!! Apa kau merasa simpati padaku?? Atau kau hanya ingin orang - orang melihat betapa baiknya dirimu? Hentikan candaanmu. Pergilah !!!".Jingyu mendorong tubuh Weizhou hingga dia terjatuh. Weizhou tak pernah di perlakukan seperti ini. Dia berdiri dan balas mendorong Jingyu, tapi Jingyu tak bergeming sedikitpun.
"Kau!!! Aku sudah bersikap baik padamu!! Aku hanya ingin menjadi temanmu!! Kenapa kau bersikap seperti ini padaku?! Kau bisa tersenyum pada Peng, tapi kenapa kau tak bisa tersenyum padaku??!!!". Weizhou berteriak di depan wajah Jingyu. Wajahnya memerah dan kehilangan kontrol napasnya karena dia sangat marah pada Jingyu. Jingyu menarik kerah baju Weizhou sekali lagi dan siap untuk meledak saat tiba - tiba pintu kamarnya terbuka."Apa lagi yang terjadi sekarang!! Tak bisakah kalian pelan sedikit? Nenekmu sedang demam sekarang, Jingyu. Berhenti berteriak seperti itu".
Jingyu melepaskan cengkraman tangannya pada kerah baju Weizhou.
"Nenek sakit?", tanya Jingyu pelan. Ayahnya hanya mengangguk lalu Jingyu berlari keluar kamar, meninggalkan Weizhou dan Ayahnya berdua.Weizhou menghela napas panjang dan duduk di tepi tempat tidur Jingyu. Ayah Jingyu menghampirinya.
"Apa kau baik - baik saja? Apa Jingyu berlaku buruk padamu?", tanya Ayah Jingyu.
Weizhou masih mencoba mengatur napasnya, lalu mengangkat kepalanya dan tersenyum pada ayah Jingyu.
"Tidak. Semua baik - baik saja", jawabnya.
"Maafkan dia....".
"Huh..???", Weizhou kebingungan.
"Maafkan anakku. Dia selalu di bully oleh teman - temannya karena dia mengidap dyslexia dan karena kami miskin. Dia anak yang bodoh tapi dia sangat peduli pada semua orang yang menyayanginya. Hanya saja... kadang dia tak bisa mengekspresikan perasaan dan emosinya. Hhh.. Itu kesalahanku hingga membuatnya jadi seperti ini sekarang. Maukah kau memafkannya?", tanya Ayahnya pelan.
Weizhou hanya mengangguk sebagai jawaban, tapi Ayah Jingyu tersenyum padanya.
"Aku akan menyiapkan makan malam. Maukah kau makan malam dengan kami?".
"Huh??? Maksudku, aku mau".
"Baguslah", lalu Ayah meninggalkan Weizhou. Weizhou merebahkan dirinya di kasur dan merasa dia tau tentang Jingyu sedikit lebih banyak, dan dia menyukainya.~~~~~~~~~~
Cr on pict
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince & His Knight (Trans Indo) - COMPLETED
FanfictionXuweizhou adalah pemuda yang berambisi menjadi penyanyi. Sedangkan Huang Jingyu adalah pemuda biasa yang tak mengejar apapun. Tapi takdir membawa mereka pada hubungan yang rumit. Trans dari The Prince & His Knight dari @bigjempol Slow update ya, ka...