Chapter 19 : Deep ( Dalam )

1.6K 123 8
                                    

Weizhou menunggu dengan cemas di depan rumah Jingyu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Weizhou menunggu dengan cemas di depan rumah Jingyu. Jingyu masih belum pulih sepenuhnya tapi dia berjanji akan datang ke sekolah hari ini. Jadi Weizhou datang lebih pagi dan menjemput Jingyu agar bisa berangkat bareng ke sekolah. Pintu gerbang rumah Jingyu terbuka dan muncullah seseorang yang bertubuh besar. Ayah Jingyu mengerutkan keningnya melihat Weizhou sepagi ini.

"Kau...Apa yang kau lakukan di sini?".

"Oh, Hai Ayah. Apakah Jingyu...".

"Hufft, kau bisa menunggunya di sekolah".

Weizhou hanya tersenyum canggung mendengarnya. Ayah Jingyu terlihat kerepotan dengan tas plastiknya, maka Weizhou mengulurkan tangan untuk membantunya, tapi ayah Jingyu menolaknya.

"Tidak perlu!!".

Weizhou kaget mendengar nada suaranya, karena tidak biasanya ayah Jingyu berbicara dengan nada seperti itu padanya.

"Ayah... apa kau baik – baik saja? Apa kau marah padaku?".

Ayah Jingyu terdiam.

"Hufft...Ayah... kumohon jangan marah. Jingyu tidak bersalah. Apa kau tahu kalau dia selalu di bully oleh teman – temannya?".

"Yeah, dan itu bukan alasan untuk memukul seseorang. Nak, tahukah kau, Jingyu bisa membunuh orang bila dia sudah marah. Dan itu berbahaya. Dia cuma seorang anak – anak. Anak seumurnya sudah biasa bila di bully, dia hanya harus menahannya".

"Ayah... aku tahu kau takut kalau Jingyu menjadi anak nakal. Tapi Jingyu bukan anak nakal. Dia tahu batasannya, kemampuannya. Dia mengidap dyslexia dan dia mendapat masalah karena hal itu. Dan ada beberapa orang yang berbicara buruk tentangnya di depan hidungnya. Dapatkah kau menahannya, jika kau berada di posisinya? Dia sudah berusaha keras menahannya. Tapi terkadang dia tidak mampu. Aku juga tidak ingin dia menjadi anak nakal. Tapi dia hanya manusia biasa, Yah".

Ayah Jingyu menghela napas panjang. Dia mendengarkan perkataan Weizhou dengan seksama.

"Yeah kau benar... tapi...".

"Maaf Ayah, tapi pernahkah kau benar – benar berbicara dengannya? Maksudku, pernahkah kau bertanya padanya tentang kehidupan sekolahnya, tentang teman – temannya, situasinya di sekolah? Apakah kau tahu kalau dia masih belum mampu menulis dengan benar?".

"Huh??".

"Dia harus berusaha mengejar teman – temannya, walaupun dia masih harus menghadapi masalah – masalah karena dia mengidap dyslexia. Dia pernah meminta tolong kepada gurunya tetapi gurunya hanya berusaha menghiburnya, bukan membantunya. Dan itu tidak membantu sama sekali untuk Jingyu. Dia berjuang sendirian, Ayah. Dia sudah punya cukup banyak masalah. Dan dia juga masih harus menahan diri dari bully-an teman – temannya. Dia hanya manusia biasa. Dia punya batasan. Apakah Ayah menyadarinya?".

Ayah Jingyu menghela napas panjang sekali lagi.

"Sepertinya kau anak yang baik".

"Huh??", Weizhou mengerjap – ngerjapkan matanya, tak mengerti maksud ayah Jingyu.

The Prince & His Knight (Trans Indo) - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang