Chapter 6 : Prince's Knight (Ksatria sang Pangeran)

2K 151 19
                                    

Mereka berhenti berlari saat Jingyu melihat telepon umum. Dia melepaskan tangannya dari tangan Weizhou dan berusaha menelpon dengan telepon umum itu. Dia mengambil dan membuka buku dengan terburu - buru, lalu memencet sebuah nomer telepon.

"Hey..Jingyu..siapa...yang...kau... telepon?!",  Weizhou bertanya dengan nafas yang terengah - engah. Tapi Jingyu Jingyu tak memperdulikannya.
"Hello..Amei..Ini aku, Jingyu. Ssttt....dengarkan aku, kakakmu pingsan lagi. Aku melihatnya di dekat Cafe YZ. Sebaiknya kau segera kesana, sekarang !!!", lalu Jingyu langsung menutup teleponnya.
"Hey, Xu Weizhou, sebaiknya kau segera pulang ke rumah!!".
Weizhou hanya mengangguk, dia tak punya kekuatan untuk berdebat dengan Jingyu dan menuruti perintah Jingyu. Lalu mereka berpisah ,tapi baru berjalan beberapa langkah, Jingyu berbalik dan memegang pundak Weizhou. "Xu Weizhou, di mana Peng?", tanyanya.
Weizhou mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Jingyu. Dia tak mengerti kenapa, tapi dia merasa tak suka dengan pertanyaan itu. "Dia sudah kembali ke rumahnya. Jingyu, apakah kau dan Peng berteman baik?".
"Apa??", Jingyu bertanya balik.
"Kau terlihat sangat perhatian padanya. Kau juga pergi dengannya hari ini".
"Apa?".
"Apa telingamu baik - baik saja?".
"Iya. Telingaku baik - baik saja".
"Jadi kenapa kau malah balik bertanya saat aku bertanya padamu??", jawab Weizhou dengan sedikit kesal.
"Oh, aku cuma agak terkejut, kenapa kau menanyakan hal itu?".
"Jadi....itu...karena..aku...berteman dengan Peng sejak aku lahir, tapi aku tak pernah mengenalmu", jawab Weizhou.
"Oh, kebetulan aku berteman baik dengan kakaknya".
"Kau kenal Fang? Kenapa dia tak pernah memberitahuku?".
"Entahlah. Maaf untuk hari ini dan semoga mimpi indah. Bye..".
"Eh, tunggu..", Weizhou menarik kerah baju Jingyu dan itu membuat Jingyu agak kesal.
"KENAPA LAGI??!!".
"Wooo...wwwoooo....santai bro. Aku...aku..hanya ingin memastikan. Sekarang kita teman kan?".
"TIDAK !!!".
Jingyu hendak berlalu, tapi Weizhou menarik kerah bajunya lagi. "Kenapa?", tanyanya.
"APA??!!".
"Aku bertanya padamu. Kau harusnya menjawab pertanyaanku, bukan malah balik bertanya. Kau sangat bodoh !!!".
"HUH !!!! Siapa yang bodoh?", tanya Jingyu.
"KAU!!! TENTU SAJA KAU!!!".
"Hhhh....jadi aku bodoh? Oke, kaulah yang pintar".
"Tentu saja".
"Bye".
Jingyu beranjak meninggalkan Weizhou lagi. Tapi Weizhou kembali menarik kerah bajunya. Kali ini Jingyu tak bisa lagi menahan amarahnya.
"APA LAGI, BOCAH PINTAR ??!!!".
"Kau belum menjawab pertanyaanku".
"Pertanyaan yang mana?".
"Apakah sekarang kita berteman?".
"Pikirkan saja dengan otakmu yang pintar itu".
"Oh, jadi sekarang kita teman".
"APA!!!".
"Sepertinya kau harus memeriksakan telingamu. Kelihatannya semakin parah", jawab Weizhou.
"Kau!!!! Terserahlah!!!", Jingyu benar - benar meninggalkan Weizhou, tapi kali ini Weizhou membiarkannya. Weizhou berbalik dan berjalan pulang ke rumahnya. Tapi baru beberapa langkah dia berjalan, dia berhenti. "Kenapa aku sangat bahagia hanya karena menjadi temannya?", pikirnya. Weizhou berbalik dan menatap punggung Jingyu yang menjauh. "Karena dia anak yang baik. Ya, pasti karena itu!!!. Lalu Weizhou meneruskan perjalanan pulangnya.

~~~~~~~~~

Setibanya di rumah, dia masuk dengan mengendap - endap. Dia tak ingin orang tua dan kakeknya melihat memar - memar di wajahnya. Dia sudah hampir mencapai kamarnya saat tiba - tiba sebuah tangan memegang pundaknya.
"Kau dari mana saja, Jingyu?". Ayah Jingyu bertanya padanya dengan wajah bengisnya. Jingyu tak berani menatap Ayahnya, jadi dia hanya diam berdiri.
"Aku...aku...dari rumah teman", jawabnya.
"Teman yang mana?".
"Hao...Lihao. Kau tak mengenalnya, Yah".
"Balikkan badanmu dan lihat aku".
Jingyu benar - benar ketakutan. Ayahnya pasti akan menghukumnya bila melihat memar - memar di wajahnya, dan Jingyu tak menginginkannya.
"Lihat Ayah, Huang Jingyu!!!".
Jingyu tak punya pilihan. Dia berbalik dan mendongakkan kepalanya. Wajah Ayah Jingyu memerah. Matanya membelalak dengan kemarahan dan kaget. Lalu dia menampar Jingyu.
"Kau!!!! Aku sudah menyuruhmu untuk belajar dengan giat, jangan bermain - main dan berkelahi dengan anak lain. Tak bisakah kau melakukan permintaanku??? Aku bekerja keras untukmu!!! Dan kau tak bisa membuat hati Ayahmu ini sedikit senang?!! Sekarang kembali ke gerbang dan berdiri di sana. Kau tak mendapat makan malam, malam ini!!!".
"Tapi Yah, aku sangat lapar", Jingyu memelas.
"Itu masalahmu!!! Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu hari ini. Itu yang harus di lakukan seorang lelaki !!!", hardik Ayahnya.
"Tapi Yah....".
"Keluar sekarang !!!".

Jingyu keluar menuju gerbang rumahnya. Dia belum sempat makan siang dan sekarang dia tidak boleh ikut makan malam. Dia sangat lapar. Dia merogoh kantong celana nya untuk mencari uang, tapi tak menemukan apapun. Dia membuka paper bag di tangannya dan mencoba sepatu barunya. Ini sangat nyaman. Senyum merekah di wajahnya, tapi tiba - tiba perutnya berbunyi.

"Sialan!!! Aku tak mau mati kelaparan".
Jingyu meninggalkan rumahnya. Dia harus makan. Walaupun harus mencuri, dia akan melakukannya. Dia berjalan di pasar malam. Tiba - tiba seseorang menabraknya dan pingsan.
"Tuan...tuan...bangun...".
Semua orang mengerumuni mereka berdua, penasaran ingin melihat apa yang terjadi. Dan seorang anak laki - laki mendekatinya.
"Tuan Xu... Dia Tuan Xu...".
"Kau mengenalnya?", tanya Jingyu.
"Iya. Dia boss ku".
"Dia pingsan. Kita harus membawanya ke rumahnya".
"Aku tahu rumahnya. Ikuti aku".
"Tapi tolong bantu aku mengangkatnya", pinta Jingyu.
"Baiklah".
Anak laki - laki itu membantu mengangkat tubuh Tuan Xu ke punggung Jingyu. Lalu Jingyu mengikutinya ke kediaman Tuan Xu.

~~~~~~~~~~

Mereka sampai di depan sebuah restoran kecil. Sepertinya mereka sedang bersiap - siap untuk tutup.
"Hey..hey..Tuan Xu pingsan", teriak anak laki - laki itu. Seorang wanita buru - buru menghampiri mereka.
"Ah sayang, apa yang terjadi padanya?", tanya wanita itu dengan panik.
"Aku tidak tahu, bu. Tanya saja pada nya", sambil menunjuk Jingyu.
"Apa yang terjadi pada suamiku?".
"Aku..tidak..tahu...dia..tiba...tiba...menabrakku...lalu..terja....". Jingyu terjatuh ke lantai dengan tubuh Tuan Xu berbaring di atasnya. Lalu para pegawai Mr. Xu mengangkat tubuh mereka berdua dan meletakkan Jingyu do sofa, sedangkan Tuan Xu di tempat tidur. Weizhou baru saja keluar dari kamarnya untuk makan malam. Tapi dia mendengar ibunya menangis. Dia langsung berlari menghampiri ibunya.
"Bu, apa yang terjadi??".
"Aku tidak tahu. Tapi sepertinya ayahmu pingsan. Panggil Tuan Gu Lin!", teriak Nyonya Xu pada pegawainya.
"Ayah....bangun......", Weizhou menangis. Dia sangat takut kehilangan ayahnya.
"Maaf bu. Anak yang tadi membawa Tuan sudah bangun. Apakah Ibu mau turun dan menemuinya?", tanya salah satu pegawainya.
"Suruh dia untuk menunggu. Aku ingin tetap di sini sampai suamiku bangun", jawabnya.
"Anak siapa, Bu?", tanya Weizhou.
"Seorang anak laki - laki membawa Ayahmu kemari. Tapi anak itu pingsan saat aku bertanya apa yang terjadi pada Ayahmu".
"Boleh aku melihatnya, Bu?".
"Tentu saja. Kau juga bisa bertanya padanya, apa yang terjadi pada Ayahmu".
"Ummm". Weizhou berlari untuk menemui anak laki - laki yang di maksud dan terkejut dengan apa yang di lihatnya.
"Jingyu ....".
Weizhou berlari dan langsung memeluk Jingyu. Weizhou juga tak mengerti apa yang terjadi dengannya. Tapi merasa lega saat dia melihat Jingyu.
"Mundur !!!!", Jingyu mendorong Weizhou hingga dia terjatuh.
"Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau mengikutiku?", cecar Jingyu.
"Tidak. Ini rumahku!!! Kau menyelamatkan Ayahku. Terima kasih Jingyu". Weizhou bangkit dan hendak memeluk Jingyu lagi, tapi Jingyu mendorongnya lagi.
"Hentikan!!! Maafkan aku. Boleh aku pergi?", tanya Jingyu.
"Tidak. Kau harus makan malam dulu. Dan kami juga punya kamar kosong, kau bisa menginap di sini. Ayahmu menghukummu kan?", tanya Weizhou.
"Bagaimana kau tahu", Jingyu kebingungan.
"Kau belum mengganti pakaianmu. Dan dengan memar - memar itu, aku yakin Ayahmu pasti memarahimu, persis seperti saat pertama kali kota bertemu. Benar kan?".
Jingyu tak dapat membantah semua yang di katakan Weizhou. Pasti akan terasa nyaman tidur di kamar Weizhou. Rumahnya sangat besar dan dia pasti punya tempat tidur yang nyaman untuknya. Tapi bila dia menginap di sini, Ayahnya akan lebih marah padanya.
"Aku tak bisa menginap di sini. Aku harus pulang. Tapi, bolehkah aku meminta makan malam?".
Senyum Weizhou merekah mendengar permintaan Jingyu.
"Tentu saja. Tuan Shin, tolong siapkan makanan yang paling enak untuk temanku ini!".
"Baik Tuan Muda ".
"Ayo ke kamarku. Aku punya video game baru".
"Video game?? Aku tak pernah memainkannya".
"Benarkah? Kalau begitu, aku akan mengajarimu".
"Tidak perlu. Aku hanya ingin menunggu makanan di sini, makan, lalu pergi secepatnya", jawabnya.
Weizhou tak menyukai ide Jingyu. Tapi dia juga takut kalau Jingyu berlama - lama di sini, Ayahnya akan tambah marah padanya.
"Oke", Weizhou tersenyum sangat bahagia. Tapi Jingyu mendorong wajah Weizhou menjauh darinya.
"Jangan tersenyum seperti itu padaku!!!".

The Prince & His Knight (Trans Indo) - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang