22. Curiga

1.5K 124 1
                                    

Kenapa dunia sesempit ini?

( Riska )

...

Oliv sudah duduk didepan kelasnya. Ia mengatur nafas setelah berlari dari aula (--yang jaraknya lumayan jauh) menuju kelasnya. Ia masih menarik dan menghembuskan nafasnya ketika sebotol air mineral dingin berada didepan wajahnya yang sedikit menunduk.

Oliv mendongak dan mendapati Iqbal yang tersenyum lebar. Oliv menerima dan langsung meminumnya, menghabiskan setengah air dibotol itu. "Makasih.. "

Iqbal mengangguk masih dengan senyum dibibirnya. "Jadi, kenapa adik kelas gue yang satu ini, lari-larian sepanjang koridor? Gak lagi pelajaran olahraga kan?"

Oliv menggeleng. "Cuma lagi pengen lari aja."

Iqbal terkekeh. "Lo ngapain ke aula?"

Oliv menatapnya. "Kok tau?"

Iqbal mengendikkan bahunya. "Cctv gue tersebar diseluruh penjuru sekolah ini."

Oliv mencibirnya dalam hati. "Emang lo yang punya sekolah?"

Iqbal kembali terkekeh. "Ya enggaklah. Gue bercanda. Tapi, gue bener kan? Lo dari aula tadi."

Oliv mengangguk. Buat apa juga ia mengelak? Oliv kan tipikal orang yang mencintai kejujuran.

Iqbal kembali menanyakan banyak hal yang membuat Oliv menjawab sekenanya. Mereka terlibat perbincangan santai hingga bel pulangan berbunyi.

Setelah Iqbal pamit, untuk kembali kekelasnya. Oliv masuk kedalam kelasnya. Ia melihat Lala dan Rima yang menatapnya dengan tatapan menyelidik.

"Kenapa?" Oliv memakai sweaternya.

"Lo makin deket ya sama kak Iqbal?" Lala sudah berdiri sambil merapikan rambutnya.

"B aja." Oliv mengeluarkan kunci motor dari tasnya.

"Kalo gue perhatiin, lo juga udah nempel sama kak Rian." Rima yang kali ini berbicara.

Oliv memandangnya sebentar. "B aja." ia kembali merisleting tas dan menggunakannya.

"B aja mulu jawaban lo. Itu 2 kakak cogan, awas lo PHP-in! Gue yang bakal maju paling depan, kalo mereka ada yang sakit hati sama lo!" seru Lala yang diangguki Rima.

Oliv menatap Rima dan Lala secara bergantian. "B aja.. " ia melangkah pergi meninggalkan kedua temannya yang melongo tak percaya.

"Temen lo tuh!" Rima menjitak kepala Lala membuat Lala balas menjitak kepala Rima.

"Temen lo juga bego!!"

...

Oliv sampai kerumah setelah melakukan rutinitasnya (re : membantu Genta). Ia melangkah masuk dan mendapati Deo yang sedang mengerjakan tugas diruang tamu.

"Loh dek, lagi ngerjain pr?"

Deo mengangguk. Ia meletakkan pulpennya dan membuka kaleng sprite yang baru saja dibawakan bi Diah bersama beberapa toples kue kering.

"Kok gak di kamar aja?"

Deo menggeleng. "Ini kerja kelompok kak, temen-temen Deo bentar lagi datang."

Oliv ber-oh ria lalu pamit untuk kekamarnya.

Setelah membersihkan diri. Oliv melangkah menuju ruang tamu. Ada sekitar 6 orang teman Deo yang sekarang sedang fokus mengerjakan tugas sambil sesekali bercanda dan membahas game.

Oliv menuju dapur dan melihat bi Diah yang sepertinya sedang memasak untuk makan malam. "Bi.. "

Bi Diah menoleh. "Iya non. Non mau makan?"

Oliv mengangguk. "Itu teman-teman Deo biar diajak makan sekalian, Bi."

Bi Diah mengangguk, ia melangkah menuju ruang tamu untuk memanggil Deo dan teman-temannya. Sementara Oliv, mengambil beberapa piring dari rak, menyusunnya diatas meja makan lalu mengambil beberapa gelas juga.

Makan disore kali ini lebih hidup rasanya. Oliv sesekali tertawa melihat tingkah dari teman-teman Deo. Mereka sangat heboh dan berterimakasih berkali-kali, padahal Oliv hanya mengajak makan.

"Nambah aja, gak usah malu." Oliv tersenyum pada seorang perempuan dengan rambut dikuncir. Anak itu sudah habis makannya tapi masih melirik makanan dihadapannya.

"Eh jangan. Jangan malu-maluin kita lah, Ta." sahut yang lain membuat perempuan itu tak jadi mengambil ayam dihadapannya.

Deo menggelengkan kepalanya. "Gapapa Vita, makan aja lagi," Deo menatap teman lelaki disampingnya. "Dion gak boleh begitu. Vita gak malu-maluin kok."

Oliv terkekeh melihatnya. Ia seperti melihat dirinya, Rian dan Iqbal dengan versi SD nya. Oliv langsung menggeleng ketika tersadar dengan pikirannya sendiri.

"Kak Via kenapa?" tanya Deo yang membuat teman-temannya juga menatap Oliv.

"Ah, enggak. Kak Vi gapapa. Kalian lanjutin makannya," Oliv menatap anak perempuan tadi. "Vi.. ta, nambah aja gapapa kok. Yang lain juga kalau mau nambah, nambah aja. Kalau kurang, nanti dimasakin lagi ayamnya."

Semua langsung bersorak senang membuat Oliv ikut senang. Ia meminum airnya lalu berdiri. "Kakak kekamar dulu ya semuanya."

...

Riska melenggang masuk kedalam rumahnya pada pukul 10 malam. Ia duduk disofa ruang tamu sambil memijit pelipisnya. "Kenapa dunia sesempit ini? Kenapa dia ada disekolah Oliv?"

Oliv yang tadinya memang mendengar deru mesin mobil masuk kepekarangan rumahnya, segera mengintip lewat jendela kamarnya. Ia melihat mobil Riska yang masuk dan ia memutuskan untuk menyambut Maminya. Masih dianak tangga terakhir. Ia melihat Riska sudah melenggang masuk dan menghempaskan dirinya ke atas sofa.

Oliv tak jadi mendekat. Ia memandang Riska dari tangga.

Riska melepas jas dan higheels-nya. "Kenapa juga tadi dia melihat aku?"

Oliv memperhatikan Riska yang terus berbicara sendiri.

"Apa belum puas dia membuat aku dan mas Hasan pergi?"

Deg.

Oliv merasakan ada sesuatu yang menjalar ditubuhnya ketika mendengar Maminya menyebut nama almarhum Papinya.

"Dia sudah mendapatkan semua yang dia inginkan, kan? Kenapa dia masih saja menggangguku?" Riska mengacak rambutnya frustasi. Ia menangis membuat Oliv juga menitikan air mata.

"Apa yang harus aku katakan pada Via dan Deo nanti? Kalau mereka tau soal ini.. "

Oliv semakin tidak mengerti. Sebenarnya apa yang sedang dibahas dengan Riska? Mengapa ia menyebut Deo dan Oliv? Mengapa juga ia seperti sangat membenci pria tadi? Dan apa yang terjadi saat 10 tahun yang lalu?

Oliv merasakan pening dikepalanya. Pikirannya terlempar jauh ketika ia masih berusia 5 tahun. Ketika ia memiliki teman atau mungkin keluarga yang berusia setahun diatasnya. Oliv dan lelaki itu sering bermain dan pergi kemana-mana bersama. Oliv juga ingat, selain memiliki kedua orangtua, dulu juga ia memiliki orangtua kedua, yang selalu menjaganya ketika sang Papi kerja dan sang Mami sedang memasak atau melakukan pekerjaan rumah lainnya.

Pusing itu semakin kuat membuatnya terduduk dianak tangga. Ia memegangi kepalanya dan merintih membuat Riska menyadari kehadirannya.

Riska melangkah mendekatinya dan mengguncang bahunya. "Via.. Kamu kenapa sayang?"

Oliv menggeleng. Ia menatap Riska dengan senyum tipis. "Gak apa-apa kok, Mi. Via seneng Mami pulang."

Riska mengangguk lalu memeluknya. Oliv membalas pelukan Riska masih dengan pikirannya yang tadi. Sebenarnya, Oliv sedikit curiga dengan Maminya. Ia tau, ada yang disembunyikan Riska dari dirinya.
























































Apa hayo apa?
Tebak lagi dong. Aku suka kalo kalian nebak. Ntar, aku kasih teka-teki silang deh 😁

Ternyata KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang