28. Putra dan Putri

1.5K 129 2
                                    

Permasalahan kami bukan lagi soal cinta-cintaan seperti anak umuran kamu.

( Riska )

Jadi selain itu, apalagi yang kamu tau?

( Dinda )

...

Oliv menegakkan tubuhnya ketika mendengar derap langkah yang mendekat. Ia menatap Riska yang sekarang melangkah menaiki tangga. Oliv menyusulnya. Ia menyejajari langkah Riska membuat Riska menatapnya dengan pandangan lelah.

"Om Halim, itu saudara Papi kan, Mi?" Oliv bertanya dengan suaranya yang bergetar.

Riska berhenti. Ia memejamkan matanya. "Darimana kamu tau namanya?"

Oliv bungkam. Ia tidak bisa menjawab ketika melihat Riska mengepalkan kedua tangannya. Riska membuka mata lalu menatapnya.

"Darimana, Via?! Darimana?!"

Tubuh Oliv bergetar. Ia benar-benar bingung harus menjawab apa ketika Riska menatapnya tajam. "Via pernah ketemu dia di sekolah."

Riska menatapnya. "Dia menemui kamu?"

Oliv menggeleng. "Bukan, Mi. Dia datengin anaknya yang sekolah di sekolah Via."

Riska mengangguk. "Hm gitu." Ia baru saja mau menaiki anak tangga lagi ketika Oliv menahan tangannya.

"Mi, Via bener, kan?"

"Kamu mau apa kalau memang benar, Vi?"

"Via bingung, kenapa Mami segitu bencinya sama Om Halim?"

Riska menghela nafasnya lelah. "Terkadang, kamu tidak akan mengerti permasalahan orang dewasa," Riska memegang bahunya. "Permasalahan kami bukan lagi soal cinta-cintaan seperti anak umuran kamu."

Oliv menatapnya bingung. "Permasalahan Mami lebih besar dibanding itu?"

Riska tersenyum miris. "Bahkan persoalan cinta-cintaan itu tidak ada nilainya dibanding permasalahan Mami," Riska mencengkram bahunya kuat. "Yang kamu harus ingat, ketika kamu sudah dewasa. Kamu harus menjadi pribadi yang kuat, orang yang tidak mengutamakan harta di atas segalanya, karena itu tidak akan membuat kamu bahagia."

Riska menariknya mendekat. Ia memeluk Oliv dengan erat. "Mami akan jelaskan semuanya, Vi."

Oliv mengangguk. Ia membalas pelukan Riska tak kalah eratnya. "Iya, Mi."

"Tapi tidak sekarang. Mami butuh istirahat."

Oliv mengangguk lagi. Ia melepas pelukan dan menuntun Riska menuju kamar.

Setelah mengantarkan Riska. Oliv melangkah menuju kamarnya. Ia duduk di kursi meja belajar lalu menopang dagunya. Oliv memejamkan matanya, mencoba untuk mengingat kembali masa kecilnya.

Ia tersenyum ketika mengingat dirinya yang kecil. Putri yang sedang berlari karena di kejar Putra. Oliv membuka matanya. Ia langsung mengirimkan line kepada Iqbal.

Olivia : Kirimin kontaknya kak Akmal.

Iqbal : Buat apa?

Olivia : Penting!

Oliv langsung menambahkan Akmal sebagai teman ketika Iqbal mengirimkan kontaknya.

Olivia : Hai 😊

Akmal : Lo ini, yang ditaksir Iqbal temen gue, kan?

Akmal : Lo salah kirim ya?

Olivia : Enggak

Ternyata KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang