24. Baru ingat

1.7K 134 2
                                    

Tidur untuk menenangkan pikirannya yang sudah mencoba berkelana jauh ke masa lalu.

--Penulis yang lagi pake midnight (re : Ela)

Lo mulai sering senyum lagi, gue seneng itu. Apalagi kalo lo kelepasan ketawa. Gue ngerasa, lo udah mulai menikmati hidup lagi.

( Lulu Shabila )

...

"Ada apa memangnya dengan Mami kamu, Vi?" Alya heran dengan kedatangan Oliv yang tiba-tiba kerumahnya disaat malam seperti ini.
Oliv menceritakan dengan detail gerak-gerik Riska akhir-akhir ini kepada neneknya.

Alya mengangguk. "Deo kamu tinggal dirumah sendiri?"

Oliv mengangguk. "Deo udah tidur. Via juga udah ngomong ke bi Diah, kalo Via keluar sebentar."

Alya mengangguk lagi. "Dari cerita kamu tadi, sebenarnya nenek paham apa maksudnya. Nenek tau, siapa yang berbicara dengan Mamimu itu. Tapi, nenek tidak punya hak untuk memberitahu kamu. Biar Mamimu sendiri nanti yang bercerita.. "

Oliv menggeleng. "Ayolah Nek. Lagipula Mami kan selalu sibuk. Via gak yakin, Mami bakalan bahas ini sama Via. Cuma nenek harapan Via saat ini."

Alya menggeleng juga. "Bukan nenek tapi mamimu. Masalah ini tidak ada sangkut-pautnya dengan nenek."

Oliv mendengus. "Jadi, Nenek gak mau cerita?"

Alya tersenyum lalu menggeleng. "Cepat atau lambat, Mami kamu pasti akan membahas ini dengan kamu. Sebenarnya, kamu juga tau. Tapi.. Mungkin kamu lupa karena kejadian ini sudah lama sekali."

Penjelasan yang membuat Oliv semakin penasaran. Tidak bisakah Alya memberitahunya sekarang? Ia sudah berada pada puncak kekepoannya. Kenapa ceritanya jadi begini? Oliv memijit pangkal hidungnya. Ia menatap Alya yang sekarang berdiri.

Alya menatap jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.05

"Sudah malam. Sebaiknya kamu pulang. Biar nenek suruh pak Toni mengiringi motor kamu."

Oliv berdiri dan menggeleng. "Gak perlu nek. Via bisa pulang sendiri."

Setelah berpamitan. Ia mengendarai motornya untuk pulang kerumah.

...

Oliv masuk kedalam rumahnya. Menaiki tangga menuju kamar. Masuk dan langsung menghempaskan diri ke atas kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya. Mencoba mengingat masa kecilnya yang ia rasa begitu indah. Berlarian bersama seorang anak lelaki. Berlibur ke pantai. Menjadi suster-susteran ketika temannya itu menjadi dokter.

Tiba-tiba ia teringat saat bermain ditaman dulu.

"Putri.. Aku sebentar lagi sekolah loh."

Oliv tersenyum girang mendengarnya. "Ohiya? Waa enak ya. Aku juga mau sekolah."

Lelaki didepannya menggeleng dengan telunjuk kanannya yang bergerak kekanan dan kiri. "Gak bisa, Put."

"Kenapa?"

"Umur kamu masih 5 tahun. Belum bisa sekolah di sd kayak aku. Kamu kan masih tk."

Oliv cemberut, ia sudah mau menangis ketika lelaki itu mendekat dan menangkup wajahnya. "Jangan sedih. Tahun depan kamu udah bisa jadi anak sd kok, kayak aku. Nanti minta om Hasan daftarin kamu sekolah di sd aku. Oke?"

Ternyata KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang