Prolog

7.8K 315 6
                                    

Oliv diam, tak ada niat mengeluarkan suaranya.

"Oh ternyata bisu ya?." tanyanya lagi lalu tersenyum miring.

Oliv masih diam sambil memperhatikan cowok didepannya dengan seksama. Pandangan Oliv turun ke badge name diseragam kusut cowok itu, "Rian Setiawan"

"Oh gak bisu ternyata. Tau nama gue lagi. Wah fans gue ya lo?" tutur Rian bangga yang membuat teman-temannya tersenyum.

"Kalo mau kenalan itu bilang! Gak usah sok-sok ngehalangin jalan gue. Gue welcome kok sama cewek-cewek yang naksir gue." katanya sambil menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.

Oliv hanya menggeleng datar lalu menunjuk badge name Rian, "Tau dari sini, lagian saya gak tau kakak siapa."

Rian terdiam dengan mata melotot. Bisa-bisanya gadis didepannya ini berbicara seenaknya didepan umum. Bahkan ada beberapa yang tertawa kecil mendengar penuturan Oliv tadi.

"Boong banget lo kalo bilang gitu. Satu sekolah juga tau gue siapa. Yakan guys?" tanyanya yang mendapat anggukan dari teman-temannya.

Oliv menggeleng dengan tenang, "tapi saya beneran gak tau. Tadi tiba-tiba hening, saya kira ada orang penting lewat." sindir Oliv yang langsung membuat beberapa murid lainnya menahan tawa.

"Gue termasuk orang penting disini asal lo tau." ucap Rian lantang.

"Tipikal cowok sombong." gumam Oliv pelan tapi masih terdengar oleh Rian.

"Apa lo bilang?" tanya Rian yang tak mendapat jawaban melainkan hanya gelengan kepala Oliv.

Baru Rian hendak membuka mulut tapi mulutnya tertutup kembali saat Oliv berlalu dari hadapannya.

Murid-murid yang awalnya berada dimadingpun membubarkan diri karena takut berdekatan dengan Rian CS.

"Boleh juga tu cewek bro." sahut salah seorang temannya.

Rian terkekeh sambil menatap punggung Oliv yang semakin menjauh, "Bukan tipe gue Zan"

"Taruhan sama gue, kalo lo bakal kesemsem sama tu cewek." tantang Ozan tersenyum miring.

"Dih ogah ah, jelek begitu kok dijadiin taruhan"

Satu jitakan mendarat mulus dikepalanya, "Muka kayak Dian Sastro begitu lo bilang jelek."

Rian terkekeh lalu membalas jitakan Ozan, "dapet apa gue kalo kesemsem sama dia?"

"Ya dapat karma lah. Kan sekarang lo bilang ogah, gak tau nanti kedepannya gimana." jelas Ozan yang mendapat sorakan dan tepuk tangan dari teman-temannya.

"Super sekali Ozan Teguh"

"Quotes of the day"

"Berisik ah kalian. Sana masuk kelas. Sekolah buat belajar bukan buat nyinyir." kata Ozan lalu mengibas tangannya pertanda mengusir yang lainnya.

"Hehh kita nyinyir juga siapa yang ngajarin. Lupa?" tanya Ilyas yang membuat Rian mengangkat kedua tangannya.

"Bukan gue ya." kata Rian lalu meninggalkan teman-temannya yang masih berdebat tentang hal yang tidak penting itu.

Hari pertama Sekolah setelah libur panjang merupakan hari pertama Rian yang terpaksa harus turun Sekolah, meskipun dia malas. Karena meskipun nakal melekat didirinya, dia slalu ingat bahwa dia adalah anak tunggal yang diharapkan sukses. Dia yang akan menjadi penerus Papanya kelak. Beruntungnya dia memiliki Orangtua yang pengertian. Orangtuanya hanya mengharapkan,setiap bagi rapot, nilai minimal jangan ada yang dibawah tujuh. Papanya juga tidak pernah memaksa Rian untuk lanjut kuliah dimana, mengambil jurusan apa. Yang penting, Rian memiliki niat untuk sukses, itu saja cukup. Satu hal itu yang membuat Rian sangat bangga dengan kedua orangtuanya. Mereka tidak pernah mengekang apalagi mencampuri urusan Rian. Mereka hanya mengingatkan dan memberi saran jika itu yang Rian butuhkan.

Tahun ajaran baru kali ini adalah tahun terakhir Rian mengenakan seragam putih abu-abu. Dia termasuk salah satu murid kelas XII Ips 3. Dan tahun ini berbeda karena dia dipertemukan dengan seorang gadis yang berani mengaku tidak mengenalinya. Senior tampan juga nakal yang dikagumi siswi-siswi seantero Sma Pancasila.










Cerita baru guys dengan konflik baru dan visual yang baru. Thanks for ashirazamita yang acc aku jadiin visual untuk Oliv dicerita ini. Aku sayang kamu Shir 😚

Masih prolog guys 😊 next bakal aku panjangin kalo update 😉

Ternyata KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang