Epilog

2.9K 126 14
                                    

Seminggu setelah kau pergi
teman silih berganti menghiburku
berkata semua teratasi
kan terus sembunyi di balik senyum palsu
ku dengar dirimu tak sendiri lagi

Betapa hancurnya
hati dan jiwaku
na na na na naaa

Rima menatap prihatin pada Oliv yang masih bernyanyi sambil memetik gitarnya.

Setahun setelah kau pergi
ku masih sembunyi di balik senyum palsu
ku dengar dirimu tak sendiri lagi

Betapa hancurnya
hati dan jiwaku
betapa hancurnya
na na na na naaa

"Yaelah gegaya lo bilang setahun. Padahal baru sebulan yang lalu kak Rian tunangan." sahut Lala membuat Oliv meliriknya seolah berkata. 'Ini cuma lagu woyyy!'.

Tolong bantu aku melewati semua

Betapa hancurnya
hati dan jiwaku
betapa hancurnya
na na na na naaa

Lulu menatap Oliv yang sudah selesai bernyanyi. "Liv, lo masih gak mau diajak ngobrol sama kak Iqbal?"

Oliv berdeham mengiyakan. Membuat ketiga temannya gemas. Lala yang paling kesal. "Kenapa sih? Kan lo sukanya sama kak Rian? Terus kenapa lo juga marah ke kak Iqbal? Padahal dia aja gak marah tuh pas lo tolak."

"Tapi dia tau malam itu acara pertunangannya kak Rian. Kenapa dia gak ngasih tau gue? Kalian pikir aja, kalo dari awal gue tau itu acara, gue gak bakalan sudi datang." penjelasan panjang kali lebar yang mampu membuat suasana jadi hening.

"Tapi kan dia udah minta waktu lo buat dengerin penjelasan dia. Kenapa gak lo kasih?" tanya Rima membuat Oliv berdiri lalu meletakkan gitarnya berdiri di dekat lemari pakaiannya.

"Belum waktunya aja. Nanti gue pasti temuin dia. Kalian tau kan gue lagi mencoba memperbaiki diri gue sendiri. Gue masih mencoba membiasakan diri seperti dulu sebelum kenal dengan 2 cowok itu."

Lulu menggeleng. "Gue setuju lo memperbaiki diri lo tapi lo gak bisa mencoba gak kenal lagi dengan kak Rian dan kak Iqbal. Kesalahan dalam hidup itu pasti ada, Liv. Tinggal lo-nya aja yang harus bijak menghadapi itu. Dengan lo mencoba menjadi orang asing di depan mereka, bukannya itu berarti lo mau membuat kesalahan juga? Gue tau ini kedengarannya mudah tapi mungkin sulit dilakuin. Tapi gue harap, lo bisa maafin mereka."

Oliv duduk di tepi kasurnya. Ia mengambil gulingnya lalu memeluknya erat. Lala mengangguk setuju dengan ucapan Lulu. "Lulu bener, Liv. Emang sih susah buat lupain kesalahan orang. Tapi lo jangan terpaku cuma sama kesalahan mereka. Lo harus ingat semua kebaikan mereka agar lo bisa mikir lebih jernih buat maafin mereka."

Oliv menundukkan kepalanya. Air mata yang ia tahan akhirnya menetes walau tak bersuara. Dengan pelan ia bersuara. "Gue gak marah sama mereka kok. Gue cuma kecewa. Liburan bareng keluarga selama sisa liburan kemarin cuma pelarian buat gue. Gue memang bahagia karena berkumpul lagi bareng keluarga besar almarhum bokap tapi di sana gue tetep keingat mereka."

"Itu artinya mereka udah jadi teman berarti buat lo, Liv. Ayolah." Rima mengangkat wajah Oliv lalu menghapus air matanya.

Dirasakan Oliv, Rima menarik ujung kedua sudut bibirnya agar tersenyum. "Temen gue yang namanya Oliv itu emang kelihatannya gak punya hati tapi aslinya dia baik banget."

Perkataan yang mampu menenangkan hati Oliv. Ia tersenyum lebih lebar lalu merentangkan tangannya memeluk Rima. Si kembar ikut bergabung memeluk mereka.

Ternyata KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang