Kalau sedih jangan suka sendiri. Gunanya sahabat itu untuk berbagi.
( Putra Deo )
...
Deo tersenyum lebar saat membuka pintu utama dan melihat martabak yang dipegang Oliv. Ia langsung menarik tangan Oliv untuk masuk ke dalam dan duduk disofa ruang keluarga.
"Cepetan buka kak!" kata Deo bersemangat. Ia sudah duduk siap untuk memakan martabaknya.
Oliv terkekeh. "Lapar ya? Lapar makan nasi dong dek. Masa martabak manis?"
Deo ikut terkekeh. "Udah makan kok tadi, kak. Sekarang waktunya nyemil hehe."
Oliv tersenyum. Ia langsung duduk di samping Deo dan membuka plastik yang berisikan sekotak martabak manis rasa cokelat.
"Et bentar. Udah cuci tangan?"
Deo menggeleng.
"Yaudah cuci tangan dulu sana. Masa mau makan, tangannya kotor?"
Deo mengangguk lalu beranjak ke dapur untuk mencuci tangannya. Oliv pun melakukan hal yang sama kemudian keduanya kembali ke sofa untuk memakan martabak tadi.
"Ini tuh rasanya petcahh." tutur Deo membuat Oliv menatapnya geli.
"Kamu itu keikut acara makan di tv ya?"
Deo tertawa mendengar pertanyaan kakaknya itu.
"Kak Via."
"Hm?" jawab Oliv sambil mengambil sepotong martabak.
Martabak ditangannya berhenti di depan mulut saat ia mau memakannya tetapi dihentikan oleh ucapan Deo.
"Deo kangen.. "
Oliv diam. Ia bungkam. Ia jelas tau apa yang dimaksud Deo. Ia juga merasakannya tapi semua memang sudah berubah.
"Makan ini jadi buat Deo inget kita berempat ngumpul, nonton bareng sambil makan martabak. Terus Deo sama kak Via pasti rebutan kalo martabaknya sisa satu terus ki--"
"Deo ada pr apa?" tanya Oliv menghentikan ucapan Deo.
"Kak Via dengerin dulu De--"
"Ayo kak Via bantu kerjain. Cepet habisin martabaknya. Kak Via tunggu dikamar Deo ya."
Deo yang mau berucap hanya bisa mengangguk saat melihat Oliv sudah beranjak dan melangkah menuju dapur.
"Deo kangen Papi, kak. Kangen Mami juga. Kenapa kita jadi sisa berdua ya? Padahal Mami ada." lirihnya yang masih bisa didengar Oliv yang bersembunyi diluar pintu ruang keluarga.
"Kakak juga kangen mereka, dek." batinnya.
•••
"Akhirnya selesai." kata Deo sambil merentangkan kedua tangannya sambil menguap.
Oliv tersenyum tipis lalu mengusap puncak kepala adiknya itu.
"Sekarang Deo tidur. Udah malem." kata Oliv yang membuat Deo mengangguk lalu melangkah menuju bedcovernya.
Deo berbaring lalu Oliv mendekat. Menarik selimut hingga dekat leher Deo lalu mengecup dahinya. "Jangan lupa berdoa."
Deo tersenyum lalu mengangguk. Oliv mematikan lampu di kamar Deo hingga menyisakan lampu meja didekat Deo yang menyala.
Saat Oliv baru keluar dan berniat menutup pintu kamar Deo. Tangannya meremas kuat gagang pintu tersebut ketika mendengar isakan Deo.
"Deo kangen Papi, Mami. Deo kangen kita kumpul berempat lagi. Deo kangen kalian. Deo kangen Deo kangen."
Oliv yang mendengarkannya sudah tak kuat. Ia berusaha mengabaikan tapi langkah kakinya malah membawanya kembali masuk ke dalam kamar adiknya tersebut.
Oliv melangkah mendekat lalu duduk di samping Deo. Deo yang sadar kehadiran Oliv langsung duduk dan memeluk kakaknya.
"Deo kangen kak, Deo kangen."
Oliv mengangguk. Ia membalas pelukan Deo yang makin terisak. Ia sendiri juga menangis tapi tak mengeluarkan suara sehingga Deo tak menyadarinya.
"Deo kalau kangen itu jangan nangis. Deo kan punya Allah. Jadi Deo bisa kirimin doa buat Papi. Untuk Mami, Deo kan masih bisa ketemu kalo Mami pulang ya kan?"
Deo mengangguk. "Iya kak. Deo juga tau itu. Tapi Mami sekarang jarang pulang. Deo kangen kita kumpul sama Mami. Liburan bareng. Apa-apa bareng."
"Emm gimana weekend nanti Deo ikut kak Via?"
"Kemana?"
"Udah. Liat nanti aja. Sekarang waktunya tidur, boy. Okay?"
"Okay but.."
"What?" tanya Oliv menatap Deo bingung.
"Deo pengen kak Via tidur disini. Temenin Deo. Soalnya Deo lagi kangen dan sekarang yang ada sama Deo cuma kak Via."
"Remember this. Selain kak Via, Deo punya Allah. Jadi kalo ada masalah, Deo bisa ngadu ke Allah. Setiap shalat jangan lupa berdoa, minta semua yang Deo mau. Jangan sampe lupain Allah. Dia yang selalu ada buat kita dek."
Deo mengangguk. "Iya kak Via. Deo paham. Makasih kak."
Oliv tersenyum lalu mulai naik ke kasur dan tidur di samping Deo. Ia memeluk Deo dengan erat dan memejamkan matanya.
"Kak."
"Hm"
"Kalau sedih jangan suka sendiri. Gunanya sahabat itu untuk berbagi." tutur Deo lalu memejamkan matanya.
Sementara Oliv, ia terdiam dan merenungkan kata-kata Deo walau matanya terpejam seperti orang tidur.Ini part cuma 657 kata 😖 aku lagi bingung. Sumpah ya aku juga sedih. Gak bisa mikir. Apalagi gak ada imajinasi jadi kurang bisa berkata-kata. Maafkan aku wahai readers. Inilah hasilnya kalo gak mood tapi tetep maksa nulis buat update. Please, jangan timpuk aku. Aku juga niatnya ngasih yang terbaik buat kalian. Semoga part ini gak mengecewakan ya walaupun aku tau memang part ini kurang jelas, kurang panjang dan kurang sedih. Udahlah ah aku juga lagi pusing ini.
Mau kasih target ah 😂
Gak muluk-muluk cuma pengen dapet vote dan comment yang banyak dari kalian guys 😊 kurang-kurangin jadi sidersnya ya heheIni revisi guys:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Kamu
Teen Fiction[ S E L E S A I ] Tahun ini adalah tahun kelulusannya dari bangku Sekolah Menengah Pertama. Karena itulah, sekarang ia berada didepan gerbang Sma Pancasila dengan seragam barunya, putih abu-abu. Setelah 3 hari sebelumnya mengikuti kegiatan Masa Orie...