trn

469 56 6
                                    

don't expect human to be human.

***

"Mang, beli sotonya satu. Tapi sambelnya disatuin sama kuahnya."

Audrey akhirnya memutuskan untuk memesan makanan yang paling disukai ibunya, soto.

Tadi, dia bergumul apakah akan membeli makanan itu atau tidak, karena uang yang ada padanya sangat pas-pasan. Namun, hati kecilnya ingin memberikan kebahagiaan sederhana bagi wanita nomor satu dalam hidupnya di tengah kesulitan keluarga mereka. Untung saja, di depan SMA PERSADA masih terdapat Mang Soto yang sering dia beli dagangannya sepulang sekolah atau saat jam istirahat.

"Segimana, Neng, sambelnya?" tanya Mang Soto sambil menyerahkan sendok sambal kepada Audrey.

Audrey mengambil alih sendok di tangan pria paruh baya di hadapannya, lalu menuangkan sambal yang-

"Yah, kebayakan..." ujar Audrey lesu. Maria memang sangat menyukai sambal, namun ususnya tidak. "Ya udah deh gak pa-pa. Sekali-sekali."

Tidak lama kemudian, Audrey sudah berada di jalan dengan sebungkus soto di dalam genggaman tangan kirinya.

Sebenarnya, dia belum terlambat. Masih ada 20 menit menuju jam 13.00, walaupun tadi dia membeli soto dulu dan sekarang dia berjalan dengan santai.

Satu-satunya alasan mengapa dia tadi terburu-buru adalah karena keberadaan Maximus Ryan yang mengguncang pertahanannya setiap kali cowok itu berdekatan dengannya.

Seperti dugaannya, Audrey tidak terlambat.

Gadis itu melihat jam di ponsel mungilnya, 12.55.

Dengan cengiran di wajahnya, Audrey memasuki kafe yang lengang. Lagu Stay yang dipopulerkan oleh Alessia Cara dan Zedd mengalun di dalam sana, membakar semangat gadis itu.

"Drey!"

Audrey menoleh, batal memasuki dapur untuk melepaskan tas, jaket, dan bungkusan sotonya.

Putri mendekatinya dengan raut wajah aneh. "K-kamu dipanggil ke ruangan Pak Revan."

"Oh, iya." Audrey tersenyum. "Jumat kemaren aku belum gajian, jadi dipindah ke hari ini. Tapi, ini aku mau taruh-"

"Sekarang." Lalu, gadis itu berlalu.

Audrey menghela napas panjang. "Okay."

Dengan bersemangat, gadis itu memasuki ruangan Revan. Senyumnya cukup lebar untuk semua orang tahu bahwa dia adalah gadis paling bahagia di dunia.

"Siang, Pak."

"Nah, Audrey, kamu akhirnya ke sini juga." Revan tersenyum.

Audrey tertawa kecil, lalu duduk di hadapan pria itu.

"Kamu tau kan kamu ada di sini untuk apa?"

"Sepertinya."

"Nah," Revan tersenyum. "Saya lihat kinerja kamu cukup bagus. Review dari rekan-rekanmu juga positif. Dan saya tahu, kamu bekerja dari hati kamu."

ephemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang