rvl

491 57 10
                                    


feel stupid enough?

***

"Nanjak Gunung Kembar aja!" seru Alex sambil tersenyum lebar.

"Gue lagi jadi tahanan kota karna masalah semalem," ujar Dwayne lesu.

Ryan mengernyit. "Yang lo pulang subuh itu?"

Ketika Dwayne mengangguk, sontak semua orang tertawa.

"Anak mamaaaaa..." ejek Harris.

"Jadi gimana? Masa gak jadi?" tanya Alex terdengar sedih.

"Ke Dufan aja!!" seru Dwayne seketika bersemangat. "Biar gue bisa ikut," tambahnya sambil memainkan alisnya.

"Boleh lah, boleh," Fazar menyetujuinya.

"Gue mah bebas," kata Troy, tipe orang dalam sebuah grup yang selalu berkata "gimana kalian aja", "gue sih ayok aja", "terserah, sih, gue mah", dan kalimat-kalimat menyebalkan lainnya.

"Bisa, bisa," ujar Noah. "Gimana, Ty?"

Tyler mengangguk. "Oke, ntar pake mobil gue."

"ASIIIK!" Alex berseru layaknya seorang bayi, "udah boleh?"

"Kalo abis ujian boleh-boleh aja."

"Oke, tapi gak usah bawa cewek, Bro. Ribet," usul North.

"Iya, belom lagi kalo do'i PMS."

"Iya, gue juga males."

"Iya, repot."

"Iya, gue gak punya," tambah Leo.

"Mau ajak anak IPS, gak?" usul Ryan.

"Ajak aja biar banyak," ujar Fazar.

"Gue, sih, bebas," kata Troy.

"Oke," ujar Alex. "Ntar kasih tau Max."

"Nah, ini dia kapten kitaaa!" seru Harris kala melihat Max memasuki base camp futsal kelas 12 IPA A, "akhirnya datang juga!"

Maximus Ryan memasuki rumah minimalis yang mereka beli patungan itu dengan langkah dan ekspresi yang menunjukkan bahwa moodnya sedang tidak baik. Bahkan, ketika sudah duduk di sofa ternyaman di ruangan itu pun, senyuman khas Max tidak terlihat. Sebagai gantinya, ekspresi keras dan tangan mengepal yang ditumpukan di atas paha lah yang ditunjukkan cowok itu.

Sontak, perhatian orang-orang yang tadinya heboh, mulai teralihkan kepada cowok itu.

Seketika hening.

Fazar bertanya pada Ronald apa yang terjadi dengan mengedikkan dagunya.

Ronald menggeleng, menyatakan bahwa dia tidak tahu,  lalu bertanya pada Leo dan North yang sama-sama tidak tahu.

Sementara itu, Dwayne mengecek ponselnya yang dikirimi pesan oleh Alex berbunyi: mungkin dia marah gak ikut main boling.

ephemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang