mtn

498 55 20
                                    

ya, ya whatever.

***

Empat hari setelahnya adalah hari Jumat. Hari yang menjadi kebahagiaan bagi semua umat manusia di seluruh muka bumi.

Kafe Tuls dan segala isinya terlihat sangat ramai dan bergembira. Ditambah lagi, para pegawai gajian hari itu. Satu-persatu pekerja dipanggil ke dalam keruangan Revan. Sambil menunggu giliran, pekerja yang lain diwajibkan melayani para konsumen dengan sebaik mungkin.

Konsumen di sana juga terlihat tidak jauh beda bahagianya. Mereka selalu tersenyum ketika menatap satu sama lain, dan tidak segan memberikan senyum terbaik mereka sambil mengucapkan terimakasih kepada para pelayan.

Namun, sayangnya, di antara mereka semua, ada satu orang yang terlihat murung.

"Selamat sore, mau ada tambahan pesan— Ryan?" Audrey terkejut ketika mendapati Ryan lah yang berada di hadapannya, konsumen murung yang sedang dilayaninya ternyata teman lamanya dulu. "Ry, lo kenapa?" tanyanya.

"Audrey?!"

Ryan langsung bangkit berdiri, memeluk Audrey yang mengenakan kaos putih polos yang dimasukkan ke dalam rok pink kasual di atas lutut dan ber-sneakers manis berwarna hijau mint. Seragam hari Jumat yang santai dan menyenangkan.

Audrey terkejut, namun tidak melakukan apapun. Gadis itu menerima tapi tidak membalas.

"Drey, sumpah, lo ke mana aja?" tanya Ryan terdengar antusias, "gue kangen banget sama lo."

Seketika saja, kemurungan di wajah cowok itu menghilang digantikan dengan senyuman lega.

"Gue kerja di sini, Ry." Audrey tersenyum. "Lo apa kabar?"

Binar kesedihan itu hampir muncul, namun Audrey menepuk pundak cowok itu sebagai penambah kekuatan.

"You're a damn stronger, Ry," ujar Audrey terdengar bangga.

Ryan nyengir salah tingkah, menggaruk tengkuknya. "Lo tau, kan, Fio udah jadian sama Max."

Audrey mengangkat kedua alisnya. "Oh ya?"

"Loh, lo belum tau? Fio gak ngabarin lo?"

"Gue ganti HP sama ganti nomor." Audrey mengeluarkan ponselnya. "Minta nomor lo, dong."

Ryan duduk kembali di kursinya, diikuti Audrey yang duduk di hadapannya.

"Sini, gue ketik," ujar Ryan, agak terkejut melihat ponsel baru Audrey yang baru. "Pantesan gue DM gak dibales-bales."

Audrey tertawa kecil. "Gue emang gak pernah on di medsos lagi. Jadi, ya mungkin Fio udah ngabarin, cuma gue gak baca aja." Audrey menggaruk dahinya. "Lagian, kenapa dia harus ngabarin gue?"

"Dia kan sahabat lo, Drey."

"Oh iya, ya?"

"Iya." Ryan mengembalikan ponsel Audrey. "Emang lo ngerasanya gimana?"

Sambil me-miss call ponsel cowok di hadapannya, gadis itu menjawab, "Gue gak ngerasain apa-apa."

Ryan tertawa kecil.

"Itu tadi nomor gue," ujar Audrey. "Jadi, tadi lo murung karena apa? Fio?"

"Kind of."

"Why? She's happy, Ry."

"Tapi bukan sama gue," keluh Ryan. "Udah lah. Lupain. Gue lagi mencoba untuk move on."

"Lo mau tau cara tercepet move on?" tanya Audrey.

ephemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang