chrstms

516 55 26
                                    


life is short. tell your father you love him.

***

25 Desember selalu menjadi sebuah harapan bagi Audrey.

Ketika pagi itu matanya terbuka, dia merasakan harapan baru seakan merasuk jiwanya dan merangsang seluruh sel tubuhnya untuk berpegang pada perwujudan harapan yang orang nanti-nantikan pada hari itu.

Gadis itu bahkan bangun pukul 05.00 untuk mengirim pesan singkat pada semua orang tercintanya, tidak lupa dengan emotikon yang membuat pesan itu semakin hidup dan nyata.

Setelah itu, pukul 06.00, dia membuat teh untuk dirinya sendiri, dan segelas susu favorit Max yang dia bawa dari Jakarta dalam bentuk sachet. Gadis itu tahu, mantannya hampir tidak bisa memiliki hari baik jika tidak diawali susu vanila itu.

Mumpung asap kedua minuman itu masih mengepul, pikir Audrey, ada baiknya dia membangunkan mantannya yang selalu memanfaatkan setiap hari libur kelewat baik.

Audrey melangkah mendekati kamar cowok itu, lalu mengetuknya.

"Christmas joy is knocking!!"

"..."

"MAAAAXXX!!!"

Tidak adanya jawaban memperkuat keyakinan Audrey bahwa cowok itu kembali ke kebiasaan lamanya, ketika dia dengan santainya bangun pukul sebelas atau lebih.

"MAAAAAA—"

Audrey terdiam kala Max membuka pintu di hadapannya, lalu menjatuhkan diri ke dalam pelukannya.

"Ng... Max?"

Audrey semakin bingung ketika cowok itu memeluknya dan berjalan ke sebuah sofa ruang tamu yang cukup lebar.

"Max," kali ini, gadis itu berbisik.

"Shhh..." Cowok itu masih memejamkan matanya ketika keduanya berbaring di atas sofa masih dengan tangan cowok itu yang memeluk mantan gadisnya.

Audrey mengerjapkan matanya. "A-arent we supposed to stroll around?"

"No, we're supposed to cuddle."

"M-max." Suara gadis itu terdengar berbeda kala cowok yang memeluknya mengeratkan pelukannya. Kali itu, jantungnya berdetak lebih liar dari biasanya. "Gue udah bikinin susu buat lo."

"..."

Audrey mendongak, dan mendapati cowok itu masih terlelap, bahkan seperti masuk ke dalam mimpinya lagi.

"OKAY, I'M DONE!" seru Audrey, lalu duduk tegak. "Max, bangun, kalo nggak, gue bakal tinggalin."

Seakan meledeknya, cowok itu malah semakin terlelap, bahkan mendengkur.

MENDENGKUR!!

Bayangkan! Hal itu membuat harga diri Audrey seakan dilecehkan.

Kesal, Audrey memasuki kamarnya untuk menelepon ibunya. Maksudnya, buat apa berbicara pada manusia yang bahkan tidak mau mendengarkannya.

ephemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang