okay, but can we talk about how beautiful your smile is?
***
Jumat, 13 Desember.
Sebuah pantai di pulau Bali dipenuhi banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Sebagian besar dari mereka merupakan siswa-siswi kelas 12 dan guru rombongan SMA PERSADA. Panas terik matahari tengah hari tidak mematikan semangat para siswa berkeliaran di pesisir pantai yang sekali-sekali terkena tempias deburan ombak.
Tak terkecuali geng futsal para cowok yang dibentuk sejak hampir satu semester lalu itu. Banyak dari mereka berkeliaran untuk menikmati pemandangan dan bercakap dengan para turis asing. Namun, Max, Ronald, Fazar, Alex, Harris, Noah, Ryan, dan Tyler memilih untuk duduk di atas pasir.
"Hari ini hari apa, coba?" tanya Ronald tiba-tiba.
"Jumat, lah," tanggap Fazar langsung.
"Iya sih, tapi bukan itu maksud gue."
Noah terdiam sesaat sebelum menjawab, "Ultahnya Taylor Swift."
"Ada ultah yang lain lagi!" seru Ronald.
"Siapa sih?" Alex mulai bingung.
"Penting banget apa?" Harris mulai tidak tertarik.
"Fio," jawab Max. "Ultahnya Fio," ulang cowok yang sedari tadi diam sambil membangun menara pasirnya.
Maximus Ryan sedang bersitegang dengan harinya yang dirusak oleh ibundanya yang menegurnya dengan keras karena satu kesalahan yang terus terulang tanpa sadar.
Semua orang ber-oh ria, kecuali Ronald yang langsung berkata dengan cengiran di wajahhya, "Ultah cewek lo, Ry."
"Fio bukan cewek gue," tangkis Ryan cepat, "dan jangan sampe."
Semua orang terkejut.
Fazar mengangkat alisnya, bertanya mewakili rasa penasaran teman-temannya, "Sejak kapan dapet pencerahan gitu, Ry?"
"Sejak gue kenal Audrey lebih jauh." Ryan terdengar sangat mantap.
"Anjirlah jadi banyak gini yang ngincer Audrey," ujar Fazar.
"Iya, anjir, banyak," Harris mendukung, "Ronald, gue, Alex, Mickey, sekarang lo, Ry. Belum lagi keitung followers-nya audreynation."
Alex menyenggol lengan Harris, lalu memberi isyarat pada cowok itu untuk memasukkan Max dalam hitungannya.
"Oh, iya, Max juga."
"Gue?" tanya Max, berhenti membangun menara pasir abal-abal. "Nggak, gue nggak ngincer Audrey."
Padahal semua orang tahu Max memberikan banyak sekali tanda-tanda bahwa cowok itu masih mempunyai rasa pada Audrey.
"Oke, berarti yang ngincer Audrey cuma segitu orang," kata Fazar.
"Cuma, lo kata?" Ronald menggeleng. "Ini gak bisa dibiarin, atau nggak, persahabatan kita bakal pecah. Kita harus nentuin satu orang yang bakal kita dukung buat ngedeketin Audrey."
Keterdiaman teman-temannya membuat Ronald yakin bahwa mereka semua menyetujui idenya.
"Yang udah berkorban banyak buat Audrey berhak dapetin do'i," ujar cowok itu lagi. "Jadi, apa yang udah lo pada korbanin?"
Tidak ada yang menjawab, semuanya terdiam menatap satu sama lain.
"Gue berniat ngejual tiket backstage konser Red Velvet gue buat bantuin Audrey," kata Fazar, "tapi gue gak ngincer Audrey."