4. Protective Brothers.

31.7K 1.7K 8
                                    

Turun dari panggung gue langsung di tatap tajam sama Wulan. Ntah apa salah gue, kayaknya Wulan marah sama gue. Tapi gue salah apa?

"Lo kenapa gak cerita kalo punya suara sebagus itu? Jadi nyeselkan gue ngeledek suara lo cempreng padahal cemprengan suara gue" baru juga gue duduk udah disemprot sama Wulan.

"Suara gue cempreng kok. Kayak yang lo bilang" ucap gue sambil nyengir.

"Suara lo bagus jurik! Kalau ada konser amal lo ikut gih. Sapa tau narik perhatian orang-orang" ucap Wulan yang gue senyumin. "Btw lo nyanyi untuk siapa? Maybe lo gak pernah dekat sama cowok deh, kecuali abang-abang lo" tanya Wulan yang ngebuat gue diam beberapa saat.

"Mmm.. ya, gak untuk siapa-siapa. Lagian pak Har nyuruh kita nyanyi doang kan? Gak nyuruh nyanyi untuk siapa juga" jawab gue rada-rada sinis.

"Ya santai aja kali. Lo kayak maling yang tercyduk tau gak?" Curiga Wulan. "Dan lagu itu gak mungkin untuk pak Galih karna gue tau, lo cuma tertarik sama pak galih bukan suka ataupun cinta. Lagian yah Ra, pak Galih bentar lagi bakalan nikah" sambung Wulan yang ngebuat gue melotot.

"Pak Galih bakalan nikah?" Kaget gue. Wulan ngangguk sambil natap gue aneh. "Hueeee, mungkin gue cuma tertarik sama pak Galih tapi kan gue sebagai fans pak Galih broken heart doang yah" ucap gue rada-rada alay.

"Alay lo! Udah ikhlasin aja! Lagian pasti ada yang lebih baik dari pak Galih. Lo sabar aja, jodoh pasti ketemu kok" nasehat Wulan.

"Gimana mau ketemu jodoh kalo abang gue pada ngekang gue kayak gini. Di pikir gue binatang yang mau punah apa" gumam gue sambil memanyunkan bibir.

Author Pov!

Setelah pelajaran pak Har. Anak-anak SMA Bakti Nusa dipulangkan karna rapat dadakan yang diadakan oleh kepala sekolah. Ayra yang sedang berjalan sambil menunduk pun berhenti ketika mengingat jika HP-nya tertinggal di kolong meja.

Ayra berjalan tergesa-gesa menuju kelas. Saat sampai di kelas, kelas sudah sangat sepi Ayra berjalan menuju bangkunya dengan Wulan yang berada di pojok kanan. Ia meraba-raba kolong mejanya dan tidak mendapatkan apapun kecuali sampah yang ia tinggalkan.

"Duh Hape gue mana lagi?" Gumam Ayra sembari menggaruk rambutnya.
Tiba-tiba ada tangan yang menyentuh bahu Ayra. Ayra yang memang dasarnya latahpun mengeluarkan apa yang sedang ada diujung lidahnya.

Ayra membalik badannya dan mendapat Ataya pria dingin dan datar. Ayra memutar bola matanya mendapat sahabat yang tidak pernah menganggapnya itu.

"Ngagetin lo ah!" Umpat Ayra seraya mengelus dadanya yang bergemuruh. Ataya tidak menghiraukan umpatan Ayra yang menurutnya sudah biasa. Ia mengeluarkan HP dari saku celananya. "Aaa. Hape gue!" Pekik Ayra bahagia.

Ayra merampas HP yang ada ditangan Ataya. Ia mencium HP-nya berkali-kali seperti baru mendapat berlian yang sangat indah, padahal itu hanya HP yang dipenuhi dengan foto Manu Rios.

Ataya memutar tubuhnya ingin pergi tapi cepat ditahan oleh Ayra. Ataya membalik tubuhnya sembari mengangkat satu alisnya. Ayra menampilkan deretan gigi rapihnya yang membuat Ataya mengerti jika Ayra ingin menumpang.

"Aiden" ucapnya. Ayra mengernyit beberapa saat, lalu ia menormalkan wajahnya dan menggeleng.

"Dia lagi mesraan sama pacarnya. Please Ataya yang ganteng tapi flat, gue numpang yah?" Bujuk Ayra. Ataya memutar bola matanya jengah lalu mengangguk sebagai jawaban.

Ayra bersorak senang yang membuat Ataya mendengus geli melihatnya. Sebenarnya Ayra tomboy tapi jika sudah bertemu dengan orang yang membuatnya nyaman maka ia akan mengeluarkan sikap manja dan centilnya.

Sesampainya di parkiran sekolah. Mereka menjadi pusat perhatian siswa-siswi. Mereka merasa aneh, mengapa anak pembuat onar bisa bersama dengan ketua OSIS yang terkenal sangat dingin. Tapi apa peduli Ayra dan Ataya yang sama-sama cuek dengan pandangan mereka.

Ataya mulai menjalankan motornya. Ayra yang sedang memainkan tali tasnya dibuat kaget dengan teriakan yang begitu menggelegar. Ia memutar kepalanya menoleh ke sumber suara, di lorong kelas terdapat Aiden yang sedang menatap adiknya nyalang.

Ayra yang mengerti jika Aiden marah hanya menutupi ketakutannya dengan wajah datar. Ataya memberhentikan motornya lalu menatap kearah lorong. Ia menghembuskan nafas kasar lalu turun dari motor.

"Abang lo marah" ucapnya. Ayra mengangguk. Tak lama Aiden menghampiri mereka dengan wajah yang menyeramkan.

"Ngapain kamu sama Ataya?" Tanya Aiden tidak suka.

"Pulanglah. Ya kali makan" jawab Ayra ketus. Aiden membelalakkan matanya tak percaya.

"Abang tau kamu mau pulang tapi gak sama Ataya! Abang kan ada! Kalau bang Arzan, Hanif dan Miyaz tau kamu pulang bukan sama abang. Abang bisa dimarahin!" Ucap Aiden meledak-ledak. Ayra menatap Aiden dengan tatapan mengejek.

"Terserah dong aku mau pulang sama siapa aja. Kalaupun juga bang Iden ada, nanti kalo ketemu pacar abang aku diturunin lagi kan? Masalah abang-abang yang bakal marah, itu urusan abang. Aku mau kasih tau satu hal, bang Arzan sama bang Hanif akan lebih marah kalau tau abang nurunin aku dipinggir jalan demi pacar abang yang abang sayang gak kayak aku!!!" Balas Ayra tak kalah meledak.

Aiden terdiam, tangannya terkepal kuat menahan amarah yang seakan-akan bisa meledak kapanpun. Ayra menarik tangan Ataya menyuruh Ataya untuk menyalakan motornya kembali. Ataya tidak bergerak sedikitpun. Ayra yang kesal langsung berjalan melewati Aiden.

"Bodo amat gue bakalan disidang sama bang Arzan. Hhhaahh, kesel gue!!!" Ayra menghentak-hentakkan kakinya kesal. Ia berhenti dibawah pohon besar yang rindang. Menunggu ojek yang menawarkan untuk mengantarnya.

"Dasar ojek! Giliran gak dicari aja, muncul terus kalo lagi dicari gak pernah muncul!" Gumam Ayra. Ayra berjongkok dibawah pohon sambil menatap aspal. Sekarang Ayra terlihat seperti gembel. "Hueee. Kenapa gini amat sih?" Gumamnya lagi.

Tin.. Tin..
Mobil BMW putih yang berhenti didepan Ayra menyalakan belnya. Ayra yang kaget mengeluarkan sumpah serapan yang dimilikinya. Ia langsung menutup mulutnya ketika sadar jika pemilik BMW putih tersebut adalah abangnya. Miyaz.

Miyaz menurunkan kaca mobilnya. "Ngapain kamu disitu kayak gembel?" Tanya Miyaz. Ayra memajukan bibirnya.

"Lagi cari orang yang mau ngasih sumbangan untuk Adek cewek yang diterlantarkan" jawab Ayra asal. Miyaz menggelengkan kepalanya. Ia tidak mengerti maksud Ayra jadi ia menggelengkan kepalanya.

"Udah naik! Abang antar pulang" ucap Miyaz. Ayra menatap Miyaz dengan tatapan berbinar.

"Asik! Diantar pulang sama model semvak" pekik Ayra. Miyaz yang mendengar memplototkan matanya tak terima.

"Enak aja kamu! Model semvak. Abang model baju jaman naw yah!" Ucap Miyaz tak terima. Ayra memamerkan deretan giginya yang rapih.

"Muehehehe.. bercanda dedeq mas" ucap Ayra.

"Serah yang jomblo aja udah. Yang happy mah ngalah aja" sindir Miyaz. Ayra menatap Miyaz sinis, ia ingin sekali mencakar wajah tampan abangnya ini.

"Gak usah ngeledek! Lagian kalau aja abang-abang semua ngijinin aku pacaran aku udah punya pacar lebih dari bang Miyaz" ucap Ayra membela diri.

"No! No! No! Kamu gak boleh pacaran! Kamu masih kecil, ntar kalau kamu putus gak ada yang mau nenangin kamu. Bocah!" Ledek Miyaz lagi.

"Tuh kan! Gimana aku gak jomblo coba kalo abang aku pada protektif semua!" Ayra memanyunkan bibirnya.

Tbc

Protective Brothers. (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang