10. Protective Brothers

27K 1.5K 11
                                    

Pulang sekolah Ayra beneran dijemput sama Miyaz. Mobil BMW putih milik Miyaz sudah terparkir rapih di depan gerbang sekolah.

Ayra yang sedang berjalan dengan Wulan berpamitan karena abangnya sudah menunggu. Ayra berdecak sebal saat abangnya malah tebar pesona ke siswi di sekolahnya.

"Gue laporin bang Hanif tau rasa lo" gumam Ayra sambil menghampiri Miyaz tergesa-gesa.

"Astaga!! Ini kan model yang di majalah itu"

"Eh? Iya yah. Ngapain dia disini?"

"Boleh kenalan gak kak?"

"Minta nomor wa dong kak"

"Bagi pin bbm kak"

"Kak gue ngefans sama lo kak. Boleh minta tanda tangan gak?"

Miyaz hanya menanggapi dengan senyum. Dan senyum tampan itu semakin membuat kebisingan. Ayra memaksa menerobos masuk ke kerumunan yang di buat oleh siswi sekolahnya.

"Misi Woy! Gue mau lewat ini" ucap Ayra sambil mendorong siapapun yang menghalanginya.

Mereka yang di dorong menatap sinis Ayra yang di balas dengan tatapan tajam oleh Ayra. "Apa lo? Mau marah? ayo sini gue jabanin. Lo pikir gue takut sama lo karena lo anak kepala sekolah? Kalau gue mau gue bisa nurunin jabatan bokap lo" ucap Ayra kepada salah satu siswi yang menatapnya sangat tidak suka.

"Gaya lo anjing" umpat Desi-anak kepala sekolah-.

"Anjing balik" balas Ayra.

Ayra kembali menerobos kerumunan itu. Saat sampai didepan Miyaz ia melotot. Karena yang di lihatnya Miyaz sedang menggoda salah satu siswi yang ada di dekatnya.

"Miyaz Athafaris Bagaskara!" Geram Ayra. Miyaz menoleh kearah Ayra dengan cengirannya. "Pulang sekarang atau aku lapor bang Arzan sama bang Hanif" ancam Ayra.

"Eh? Iya iya pulang kok. Yaudah naik" ucapnya.

Ayra membuka pintu depan tetapi pintu itu sudah diisi oleh seorang gadis yang tidak diketahui oleh Ayra. Gadis itu tersenyum kearah Ayra yang di balas senyum terpaksa karena Ayra sedang tidak mood untuk tersenyum. Ayra terpaksa duduk dibelakang.

Ayra menyandarkan tubuhnya senyaman mungkin karena jujur saja ia sangat lelah, karena tadi ia baru saja dapat ceramah oleh Pak Ahmad selaku guru BP di sekolah Ayra.

"Cape banget kayaknya" ucap Miyaz yang sedari tadi melirik Ayra dari kaca spion. Ayra tidak menyahut ia malah membuang muka sambil menutup mata. Miyaz menghembuskan nafas berat, kalau tidak disahut begini tandanya lagi gak mood atau ngambek.

"Hari ini gak jadi ke papi. Kita makan siang aja. Kenalin ini pacar abang, namanya Herlina" ucap Miyaz.

Ayra berpikir mengapa Miyaz suka sekali bergonta ganti wanita? Apa ia tidak memikirkan perasaan wanita yang ia tinggal? Malas berkomentar Ayra hanya diam sambil menatap keluar jendela.

"Berhenti didepan situ bisa?" Tanya Ayra sembari menunjuk halte bus yang ada di pinggir jalan.

"Mau ngapain?" Tanya Miyaz.

"Buang air" jawab Ayra asal.

"Bisa tahan? Lagian sebentar kita sampai kok di tempat makan siangnya" tanya Miyaz.

"Gak bisa. Udah tahan dari tadi pagi" Ayra masih menjawab dengan asal.

Miyaz mengalah ia berhenti di halte bus tersebut. Ayra langsung turun dari mobil dan memasuki toko yang berada di belakang halte bus. Sebenarnya Ayra tidak ada minat untuk buang air. Itu hanya alasan untuk melarikan diri. Ia memesan ojek online melalui aplikasi dan menunggu beberapa menit. Setelah menunggu sepuluh menit ojek yang dipesan datang. Waspada Ayra terus melirik kearah mobil Miyaz Ayra berlari kearah ojek dan menyuruh sang ojek putar balik.

Diatas motor Ayra mengetik pesan untuk Miyaz yang berisi; "lagi Gak mood makan siang. Jadi aku duluan, gak usah dicari ntar aku pulang sendiri. Masih ingat kok rumah kita dimana"

Setelah mengirim pesan seperti itu Ayra menonaktifkan ponselnya. Ia menghela nafas beberapa kali. Ntah lah apa yang membuat mood nya tidak bagus padahal tadi baik-baik saja. Apa karena Miyaz memiliki pacar baru? Tapi itu sedikit tidak masuk akal.

Sementara sepuluh menit sebelumnya. Miyaz terlihat bersenda gurau dengan kekasihnya. Hingga lima menit kemudian ia merasa ada yang janggal. Ayra sudah pergi selama lima menit tetapi belum kembali. Miyaz pikir Ayra buang air kecil. Tapi Ntah dari mana ia mendapat pikiran konyol jika Ayra bertemu dengan teman lama dan berbincang.

Sudah sepuluh menit dan Miyaz mendapat pesan jika Ayra tidak mood makan siang. Sempat panik Miyaz hampir menelfon kedua abangnya tapi diurungkan saat ia menyadari jika Ayra sedang dalam suasana tidak enak.

Kembali kepada Ayra yang kini tengah berdiri didepan gerbang yang menjulang tinggi dan memiliki papan dengan tulisan TPU. Ayra menghela nafas lalu mulai memasuki TPU.

"Assalamualaika ya ahli kubur" ucap Ayra. "Assalamualaikum ayah, ayi datang nih" lanjutnya dengan senyum.

Ia berjalan kearah gundukan hijau yang lumayan jauh dari gerbang. Lalu ia duduk dan mengusap nisan pada gundukan tersebut. Ayra tersenyum.

"Ayah ayi datang sendiri hari ini. Ayi lagi sedih ayah, bang Miyaz punya pacar baru, dan menurut ayi pacarnya itu bakalan ngerusak imej dia. Ayi gak tau kenapa tapi ayi gak mood banget. Ayah ayi harus gimana?" Tanya Ayra pada batu nisan yang ia usap.

"Ini udah lima belas tahun ayah ninggalin ayi. Dan ayi minta maaf sama ayah karena gak jadi anak yang baik. Ayi gak tepatin janji ayi ke ayah. Maaf ayah, ayi jadi anak nakal, gak nurut sama abang-abang. Oh iya ayi lagi ngambek ke bang Iden, masa dia lebih pentingin pacarnya dari pada ayi"

"Kok ayi ceritanya random sih yah? Hehehe maaf yah, ayi mulai dari berita tersedih dulu. Jadi ayah ayi sekarang bandel, ayi capek jadi anak pintar tapi dikiranya nyontek. Ayi udah capek ayah, maaf sekarang ayi sering ikut tawuran nilai rapot ayi juga jelek. Ayi sering di marahin bang Arzan sama bang Hanif. Sebenarnya ayi pengen jadi anak baik lagi kayak dulu, kayak waktu masih kecil. Tapi ayi rasa sia-sia deh kalau balik baik lagi. Udah gak ada yang percaya ayi ayah, guru matematika ayi aja gak percaya ayi bisa selesaiin soal paling susah yang anak pintar di sekolah ayi ajak gak bisa kerjain. Guru itu aja yang gak tau kalau ayi punya otak yang cerdas kayak ayah"

"Huh rasanya sedih kalau curhat tujuh paragraf tapi gak direspon. Lagian ayi curhat ke ayah yang jelas-jelas udah gak didunia lagi. Yaudah deh curhat itu aja yang lainnya kapan-kapan aja. Tapi ayah nanti malam datang ke mimpi ayi yah. Ayi kangen ayah soalnya hehehe." Ayra mengusap nisan ayahnya untuk kesekian kali.

Ayra mengangkat tangannya di atas dada lalu berdoa didalam hati. Setelah selesai berdoa ia tersenyum dan berdiri tegak. "Ayah ayi pulang yah. Assalamualaikum" ucap Ayra. Ia pun berjalan dengan pundak yang lumayan ringan karena sebagian bebannya sudah ia ceritakan kepada gundukan tanah tempat ayahnya dikubur.

Sampai di gerbang TPU Ayra terkejut melihat Ataya dengan motor ninja hitamnya. Ataya menatap Ayra datar berbeda dengan Ayra yang menatap Ataya dengan tatapan kaget.

"Kok lo disini?" Tanya Ayra.

"Jemput putri ayi" jawab Ataya.

Ayra menatap aneh Ataya. Tidak biasanya ia memanggil dengan panggilan 'putri ayi'. Tapi mata Ayra kembali membulat saat ia mengerti.

"Lo nguping yah?" Tanya Ayra.

"Sorry" balas Ataya.

Ayra menghembuskan nafasnya dramatis. "It's oke, lo udah sering denger curhatan gue ke bokap. Tapi ingat, jangan bocor" peringkat Ayra.

Tbc

BEHAhahahahaha...
Bingung masa? Bodo lah
Jadi gini teman-teman semua, Ayra panggil bapaknya itu 'ayah' sedangkan abangnya manggil 'papi' belum ada ide sih kenapa panggilannya beda. Tunggu aja tapi

Protective Brothers. (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang