"Kamu hati-hati yah dek. Lombanya satu minggu kan? Hari rabu atau kamis abang datang yah"
"Kalau ada apa-apa telfon kita, jangan lupa makan. Kalau pulang dari sana kamu sakit abang gak izinin kamu lomba lagi"
"Jangan terlalu kecapean dek. Abang sayang kamu"
"Ayra juga sayang kalian"
Ayra sama empat abangnya pelukan. Mereka bahkan gak perduli sama tatapan anak-anak pramuka dan anak-anak sekolah yang ada disana. Gila anjir anak biang rusuh kayak Ayra punya abang ganteng-ganteng mana perhatian lagi, gitu pemikiran mereka.
"Harmonis banget. Gue pengen kayak mereka" gumam Rena.
"Gak nyangka banget gue" Romy geleng-geleng.
Kembali ke Ayra dan abang-abangnya yang udah selesai pelukan. Akhirnya Ayra pamit ke mereka juga ibunya Ataya yang ikut ngantar Ataya untuk lomba.
"Mah Ataya sama Ayra pamit, bentar lagi bis mau jalan" pamit Ataya.
"Iya, kalian hati-hati" ucap Vilda.
"Tante juga hati-hati dirumah oke?" Ucap Ayra.
Vilda ngangguk, setelahnya dia dan empat abang Ayra pamit pulang. Kebetulan tadi mereka berangkat pakek mobil punya Hanif yang emang khusus untuk keluar, itu loh mobil gede yang kayak untuk angkut idol korea. Apa yah namanya? Lupa gue.
"Ayo semuanya barang-barang kalian di kumpul. Kita buka sesi periksanya" ucap Ayra sambil teriak-teriak. Iya lah teriak kalau ngomong pelan emang ada yang dengar?
Ayra memeriksa barang anggota putri sedangkan Ataya sebaliknya. Ayra banyak menemukan bedak dan Parfum, tapi dibiarkan. Toh disana gak ada waktu juga mau pakek parfumnya. Beda lagi sama barang yang didapat Ataya, dia banyak Nemu rokok.
"Kalian mau ngapain bawa rokok hah? Mau nongkrong disana? Mikir kalau panitia tau kalian merokok, kita bisa aja di diskualifikasi. Gak guna kalian, ngakunya aja pramuka, ngakunya suci. Tapi apa? Tetap aja kotor" Ataya marah.
Semua terdiam, walau dibenak ingin sekali melawan. Yah mereka akui yang dikatakan Ataya memang benar, rokok membuat kotor organ mereka. Ya sudahlah mau melawan juga mereka tetap salah.
"Anggota putra angkat barang yang akan di pakai disana nanti. Untuk yang putri bawa semua tas-tas ini kedalam, termasuk tas yang putra. Gak usah ngedumel" sekarang giliran Ayra yang bicara.
Semua melaksanakan pekerjaannya, regu yang mereka bawa adalah regu Angsa dan Singa yang diketuai oleh Fatin dan Fitan. Kenapa regu mereka yang dipilih? Apa karna mereka dekat sama Ayra? Jawabannya bisa iya bisa tidak, karna regu Fatin dan Fitan memang bagus. Dan sangat apik, tapi mengapa ada yang membawa rokok? Ya namanya juga laki-laki, bukan laki-laki kalau yang gak taat peraturan.
"Rena, Fatin sama Fitan mana?" Tanya Ayra yang tidak melihat si kembar.
"Siap belum datang kak. Mereka kena macet" jawab Rena.
"Kok bisa? Kan udah saya suruh datang pagi" dumel Ayra.
Dari kejauhan Fatin dan Fitan berlari menuju tempat parkir dengan tas gunung yang besar di masing-masing punggung mereka.
"Siap kak, kami terlambat" ucap Fitan didepan Ayra.
"Iya saya tau, jangan di ulangi. Kalau masih seperti ini saya gak akan segan cabut jabatan kalian, kalian pikir dengan punya jabatan tinggi kalian bisa seenaknya. Seharusnya mikir pakek otak, liat teman kalian dari tadi udah kumpul" bentak Ayra. "Bantu mereka" sambung Ayra.
Fatin dan Fitan mengangguk. Mereka berlari kearah teman-teman mereka yang lain, Kalau mau tau suasana hati mereka berdua jawabannya sedih. Kenapa sedih? Karna mereka gak becus jadi ketua regu. Mereka sadar sama yang mereka lakukan.
"Ayra" Ayra menoleh ke samping saat mendengar namanya di panggil.
"Eh? Tante? Kenapa tan?" Tanya Ayra sambil menyalimi ibu Fatin.
"Tolong jaga anak-anak saya yah. Kamu juga jaga diri disana" ucap ibu Fatin.
"Tenang aja tan, udah kewajiban saya menjaga anggota yang lain. Kalau gitu saya permisi yah tan, masih banyak yang harus saya kerjain" pamit Ayra.
Ayra berlalu. Dalam hatinya ia menguatkan diri sendiri, padahal dia udah pengen mewek tadi. Ntah kenapa setelah tau ibunya Fatin itu ibunya dia juga, dia jadi merasa terbuang kalau ngeliat ibu itu.
"Kak Ayra semua udah selesai" ucap Fitan.
"Oke, kita berangkat yah. Coba arahin semua untuk masuk bis" ucap Ayra.
Ayra berdiri didepan pintu bis sambil menghitung berapa orang yang datang, sapa tau ada yang gak datang atau ada yang main ikut aja padahal gak termasuk anggota yang ikut lomba.
"Ay, Udah semua nih" ucap Ataya.
Ayra mengangguk lalu mereka masuk kedalam bis dan duduk di kursi paling belakang sama barang-barang yang udah numpuk kayak sampah di sungai.
Ataya menaruh lengannya diatas bahu Ayra, dan Ayra yang meluk dia dari samping gak lupa kepalanya Ayra yang udah teleng ke dada Ataya.
"Ta, udah baikan sama tante Vilda?" Tanya Ayra.
"Udah minta maaf. Tapi belum dekat banget" jawab Ataya.
"Itu udah kemajuan. Asalkan lo gak menghindar aja setiap nyokap lo ajak dekat" ucap Ayra sambil memainkan tangan kanan Ataya yang nganggur.
"Gue suka canggung kalau lama sama mereka" ucap Ataya.
"Lo mah canggung mulu. Sapa suruh cuek gitu ke mamah sendiri" Ayra memukul perut Ataya. "Ataya gue gak tahan, pinjam dada lo sebentar" setelahnya yang terdiri adalah Ayra yang menangis.
Ataya bener-bener gak ngerti kenapa Ayra tiba-tiba nangis. Tapi dia cuma bisa diam, kalau dia nanya yang ada kena semprot. Soalnya Ayra kalau lagi nangis gak suka di ajak ngomong. Jadi tunggu sampai dia tenang sendiri baru diajak ngobrol.
Sekitar sepuluh menit Ayra nangis, dia langsung diam dan berganti dengan dengkuran halus. Ternyata Ayra tidur, capek juga nangis selama sepuluh menit. Emang sih selesai nangis itu paling enak tidur, dan berdampak pada mata yang akhirnya bengkak.
Ataya ngusap kepala Ayra pakek tangan kirinya. "Gue gak tau lo kenapa ay, tapi rasanya gue pengen lindungi lo terus. Kalau lo ada masalah lo harus cerita sama gue, gue ini sahabat lo. Setidaknya lo anggap gue orang yang punya perasaan sama lo" ucap Ataya pelan sambil mengecup dahi Ayra.
Fitan dan Romy yang duduk didepan bangku Ataya dan Ayra udah saling pukul. Mereka kayak jijik sama kata-kata Ataya, padahal sebelumnya mereka bingung kenapa Ayra nangis. Tapi tergantikan karna kata-kata menjijikan Ataya. Setidaknya menjijikan bagi dua orang itu sih.
"Anjir! Gila gak nyangka ternyata kak Ataya itu keju juga yah" ucap Fitan pelan-pelan. Saking pelannya dia cuma kayak angin yang lewat.
"Gue juga gak nyangka njir. Tapi lumayan loh untuk status di Facebook" ucap Romy.
"Apaan njir! Facebook cuma untuk orang Alay. Yang kalau buat status kayak gini 'telat up' 'lagi sendiri nih, ada yang mau temenin?' Atau gak 'bosan dirumah tapi malas keluar' apaan Anjeng" Fitan misuh-misuh.
"Mulut lo ketularan kak Ayra yah? Pedes amat. Gak layk Romy tuh" Romy ngomong ala-ala banci.
"Najis Rom, gue tabok lo yeh" ancam Fitan.
Romy cuma ketawa bego dan berakhir dengan Fitan yang mukul dia brutal. Kursi kedua dari belakang tempat Romy sama Fitan duduk berisik banget. Anak-anak yang mau tidur untuk mengatasi mual jadi kesel sendiri. Belum lagi kata-kata Romy yang buat muntah pelangi. Ya pokoknya Romy manyun-manyun bego gitu lah, tambah najis Fitan.
Tbc.
Gue harap kalian gak kecewa karna alur yang menurut gue cepat, gak tau dah kalau menurut kalian. Sebenarnya gue kayak kehilangan ide gitu karna terlalu banyak nonton kun anta. Tapi untungnya ada kamar mandi tempat gue bersemedi dan mendapat ilham. Jangan jijik, gue emang gitu. Buat cerita di wc. Oke sekian, terima siapa aja jadi jodoh ku yang penting dia setia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protective Brothers. (END)
Teen Fiction#16inteenfiction (9-11 juli 208) #8inteenfiction (3-4 August 2018) #10inteenfiction (5 August 2018) #13inbaper (9-11 juli 2018) #3inbaper (28 November 2018) #68inremaja(9-11 juli 2018) #58remaja (27 july 2018) #7inremaja+#6inremaja (16 November 2018...