chapter7

42 10 1
                                    

"Kenapa?".

"Tadi aku lagi buru-buru terus pas sebelum aku masuk ke dalam kelas. aku enggak sengaja tabrak Reyhan, terus aku sama Reyhan jatuh ke lantai, aku senang tapi sakit juga + malu". Sambil tersenyum kecil.

"Cie, kamu sih juga lagian enggak hati-hati".

"Namanya juga buru-buru, karena ada tugas matematika aja aku lari dari gerbang sekolah sampai ke kelas, kalau tugasnya enggak di kerjakan nanti enggak bisa ikut pelajaran matematika".

"iya benar, tapi lain kali hati-hati!".

"Siap bos".

Bel masuk sekolah berbunyi, pelajaran dimulai.

Hari ini Irene tidak fokus belajar gara-gara kejadian tadi, dia bertanya-tanya kepada hatinya.

Kenapa ya kalau di dekat Reyhan aku gugup terus tangan aku dingin berasa kaya pidato di depan umum.

waktunya istirahat
"Ren". Irene tidak menjawabnya.
"Irene...". Rara memanggil Irene dengan volume yang sedikit naik, akhirnya Irene menjawabnya.

"Ehh iya Ra, kenapa?".

"Tuh kan kamu melamun lagi udah jangan mikirin Reyhan melulu sampai lupa kan, sekarang sudah istirahat".

"Masa sih? Aku enggak mendengar belnya".

"Iya jelas lah orang kamu melamun bagaimana dengar belnya".

"Iya udah, ayo ke kantin!".

Irene dan Rara gabung bersama Fahri, Arga, Silvi, Tio. Mata Irene tidak berhenti mencari Reyhan di kantin meskipun teman-temannya sedang asyik mengobrol.

Rara penasaran kenapa sejak tadi Irene hanya diam dan matanya sedang mencari seseorang.

"Ren, kamu cari Reyhan ya?".

"Engga kok enggak".

"Jangan bohong sama aku".

"Reyhan lagi gombalin cewek-cewek makanya enggak ada di kantin". Sahut Tio sambil tertawa.

"Reyhan enggak begitu". Irene membela Reyhan.

"Suka sama Reyhan ya?". Tersenyum sambil menyenggol lengan Irene. Pipi irene memerah dengan pertanyaan Silvi.

"Enggak kok". Sambil tersenyum malu.

Fahri cemburu mendengar pertanyaan yang di ucapkan Silvi untuk Irene, Fahri memutuskan untuk meninggalkan yang lain dari pada bahas tentang Reyhan.

HOPE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang