chapter26

25 6 0
                                    

Waktunya pulang...

"Fahri gua mau ngomong sama lu". Dengan menggandeng tangan Fahri.

"Kenapa hari ini gua merasa kalau lu perlahan mulai jauh dari gua, terus lu malah sering dekat sama Silvi". Memasang wajah cemberut sedikit kecewa dan kesal.

"Lu merasa? Bagus kalau begitu. Gua sengaja biar lu tahu kalau gua itu ada buat lu".

"Kalau gua menjauh, lu bisa bebas dekat sama Reyhan biar Reyhan enggak salah paham, terus lu kenapa sekarang peduli sama gua? Cemburu? enggak usah cemburu lagian kita kan cuma sahabat enggak lebih". Fahri beranjak pergi dari tempat itu dengan perasaan kecewa dan sedih, segera meninggalkan Irene sendirian dengan wajah menahan air mata.

Irene membisu dengan jawaban Fahri, saat ini hanya air matanya saja yang bisa mengungkapkan isi hatinya.

"Ren lu kenapa menangis, siapa yang buat lu menangis?". Kedua tangan Reyhan memegang pundak Irene dan mengusap air mata yang menetes ke pipinya dengan lembut.

"Gua enggak kenapa-kenapa, gua mau pulang saja".

"Gua anter!".

"Enggak usah".

"Irene". Mereka berdua menengok ke arah sumber suara yang memanggil Irene, Suara itu dari Rara.

"Irene kamu kenapa? Reyhan lu buat Irene sampai menangis?". Rara memarahi Reyhan ia tidak tega melihat Irene menangis tapi Rara tidak tahu permasalahannya.

"Ra sudah! Ayo pulang". Langsung menarik tangan Rara dan meninggalkan Reyhan tanpa pamit.

Irene menghentikan langkahnya sehingga mereka berhenti dan langsung memeluk Rara dengan erat sambil meneteskan air mata.

"Ren kamu kenapa? Cerita ke aku jangan di pendam sendiri".

"Fahri jahat sama aku Ra".

"Fahri jahat kenapa?".

Irene menceritakan semuanya tapi air matanya terus menetes.

"Fahri enggak jahat sama kamu Ren, Fahri cuma ingin di anggap ada sama kamu bukan cuma kalau lagi butuh saja". Irene melepas pelukannya.

"sudah jangan menangis lagi kalau kamu menangis aku juga ikut". Mereka berdua tersenyum dan berpelukan lagi.

HOPE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang