chapter37

16 8 0
                                    

"Ini baru sahabat aku".

"Aku kasihan aja sama kamu, saat ini aku enggak bilang langsung, tapi nanti akan tiba saatnya Fahri tau semuanya".

Irene hanya terdiam tapi tidak sengaja Irene melihat Silvi yang terus menatap dirinya.

Saat bel pulang sekolah sudah berbunyi semua yang ada di kelas 12A sudah pada keluar kecuali Fahri dan Silvi...

"Fahri aku mau bicara sama kamu".

"Apa?"

"Aku mau kamu jujur, janji!".

"Iya aku janji".

"Sebenarnya kamu sayang enggak sama aku?".

"Sayang".

"Bohong, tolong jawab jujur! Kamu sebenarnya sayang sama Irene kan dibandingkan sama aku pacar kamu sendiri".

"Kamu bicara apa sih, aku enggak ngerti".

"Aku tau kamu itu sayang sama Irene, kamu ajak aku jadian supaya Irene cemburu kan?".

"Iya aku sayang sama Irene, maaf aku enggak bermaksud begitu".

"Makasih udah jujur, sudah pernah jadi pacar, makasih buat semuanya hubungan kita sampai di sini saja, asal kamu tahu Irene juga sayang sama kamu".

Setelah mendengar jawaban dari Fahri air mata Silvi mulai menetes dan meninggalkan Fahri dengan perasaan patah hati. Tidak sengaja saat Silvi keluar dari kelas ada Irene dan Rara

"Silvi, kamu kenapa kok nangis?".

Silvi mengabaikannya dia segera pulang ke rumah untuk hatinya tenang. Irene masuk ke dalam kelas dengan di ikuti Rara untuk mengambil tempat pensil yang ketinggalan di laci mejanya, Irene sedikit kaget dengan adanya Fahri.

"Lu kenapa ada di sini?".

"Gua mau ambil tempat pensil di laci meja".

"Ayo pulang bareng".

"Enggak bisa, oh iya Silvi kenapa nangis? Lu sakitin dia ya? Jahat banget sih, lu itu harusnya buat dia bahagia. Kalau dia sedih gua juga ikutan sedih".

"Kenapa lu lebih memilih perasaan Silvi di bandingkan perasaan sahabat lu sendiri, gua sama Silvi udah putus karena Silvi udah tau semuanya saat dia lagi di perpustakaan".

"Gua kecewa sama lu Fahri".

Fahri sudah tidak tahu lagi gimana caranya supaya Irene bisa sayang, sudah berbagai cara Fahri lakukan.

Irene sudah beberapa kali menelpon Silvi namun ponselnya tidak aktif ia merasa sangat bersalah bersalah.

.......

Seperti biasa hari ini tugasnya Irene piket makanya ia datang pagi daripada hari biasanya, saat masuk ke kelas di meja terdapat sebuah cokelat yang tidak di berikan surat.

"Dari Reyhan atau Fahri?".

"Selamat pagi Irene".

Irene kaget dengan keberadaan Reyhan yang muncul tiba-tiba tanpa di sadarinya.

"Ehh..Rey-han iya selamat pagi juga".

"Segitunya kaget seperti lihat hantu saja".

"Maaf, habis tiba-tiba lu datang".

"Biar suprise".

HOPE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang