Aku menatapnya lama. Tumben sekali Putri menyapaku dengan wajah cerah. Apa dia punya maksud tertentu?
"Ada apa dengan tatapan itu?"
"Ada masalah?" balasku sembari melangkah menuju bangku yang terletak di belakangnya.
"Tak bisa bersikap biasa? Kamu terlihat waspada."
Aku berdehem. Mungkin tanpa sadar aku telah bersikap defensif terhadap mereka yang berpotensi memberi rasa sakit.
"Seperti yang kamu katakan."
"Benarkah?" Dia menjentikan jari. "Setelah kuperhatikan, kamu nampak berbeda. Kamu jadi lebih religius," ujarnya diakhiri kekehan ringan.
"Ternyata kamu memperhatikan aku begitu detail."
"Lupakan saja! Kamu benar-benar menyebalkan," cibirnya sembari beranjak dari kursi kemudian berlalu dari hadapanku. Dia berjalan menuju pintu keluar.
Aku memandangi kepergiannya dengan tatapan bingung.
Selalu seperti ini. Dia yang memulai pembicaraan, lalu dia juga yang mengakhirinya dengan cara yang tidak benar. Dia bilang aku menyebalkan? Jika memang begitu, lantas dia apa? Pakarnya menyebalkan.
Kuharap mulai semester ini dan seterusnya aku tak bertemu lagi dengan orang-orang yang pernah menjadi teman sekelasku di awal perkuliahan. Tahun baru, semester baru, harapan baru, tujuan baru, orang baru. Semoga saja.
Aku duduk sembari memainkan ponsel. Asik membaca beberapa chapter manga yang baru update pada salah satu web langgananku.
Chihayafuru. Terbitnya sudah cukup lama, tapi belum tamat sampai sekarang. Ceritanya sederhana, kisah romansa tentang teman masa kecil. Minim fun service. Perpaduan antara genre shoujo dan sport. Benar-benar manga yang unik.
Segera aku mengembalikan ponsel ke dalam ransel begitu mendapati semakin banyak mahasiswa yang memasuki ruang kelas.
Kulirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Sepuluh menit lagi kelas dimulai. Pantas saja suasana menjadi ramai.
Tak selang berapa lama, kelas menjadi hening. Seorang wanita yang kuyakini merupakan dosen berjalan santai menuju tempat duduknya. Dia mengeluarkan laptop dari dalam tas, lalu menyambungkannya pada kabel penghubung.
Setelah proses loading yang memakan waktu beberapa detik, di layar LCD tertera sebuah tulisan besar berjudul RPS Semester Genap Tahun 2013/2014.
Terdengar beberapa suara decakan protes dari mahasiswa. Tanpa basa-basi dosen itu langsung memperlihatkan RPS. Nampaknya dia akan menjadi dosen yang menakutkan. Usai menjelaskan secara rinci, dia mempersilakan kepada kami untuk mengajukan pertanyaan.
Dengan cepat aku mengacungkan tangan. Perubahan harus dimulai dari hal-hal kecil. Mungkin aku bisa mengajukan pertanyaan sederhana layaknya yang sering mahasiswa tanyakan.
"Saya, Bu!"
"Iya, silakan."
"Jangan bertanya yang aneh-aneh!" seru Raka yang duduk tidak jauh dariku.
"Jangan buat kekacauan lagi!"
"Jangan bertanya kalau kamu ingin membuat orang lain kesal!"
Aku hanya bisa meringis pelan. Kemudian mengitarkan pandangan ke seluruh ruangan. Putri sudah kembali ke tempatnya sejak beberapa menit yang lalu. Dia muncul dengan wajah cemberut. Entah apa yang membuatnya begitu.
Aku mengerjap tatkala menemukan suatu keanehan. Diantara banyak wajah yang kukenal, aku tak menemukannya di sana. Tak tertangkap oleh pandanganku. Mungkinkah dia terlambat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Anonim | ✔
Spiritual[Chapter lengkap] Ini tentang Anonim yang berusaha menemukan makna hadirnya di dunia. Lewat tiga pertanyaan besar yang selalu menghantui pikiran. Dari mana manusia berasal? Apa tujuan hidup di dunia? Setelah meninggal, ke mana manusia akan pergi? Su...