SDH
.
.
.
."Mau kemana?"
Arvind hanya terdiam dan terus menggenggam tangan Sandra hingga sampai ke mobil yang lumayan jauh ia parkirkan. Mereka harus berjalan beberapa meter dari rumah Sandra. Sandra cukup terlihat kesal karena diperlakukan seperti itu dan langsung mengibaskan tangan Arvind. Namun tidak lama Arvind kembali meraih tangan Sandra kembali sampai mereka benar-benar sudah tiba di dalam mobil.
"Arvind kamu mau bawa aku mau kemana?"
"Arvind."
Sandra mendengus sebal, lantaran Arvind masih bersikukuh untuk mendiamkannya.
"Arvind? Kita mau kemana? Jawab! Jangan diem aja." Cerocos Sandra yang terlihat hilang kesabaran.
"Sandra! Pelanin suara kamu, aku gak suka kalo kamu ninggiin suara kalau lagi sama aku." ujar Arvind hingga membuat Sandra diam seribu bahasa. "Enggak baik cewek suaranya harus beroktaf-oktaf, mending lembut-lembut aja."
Sandra terbelalak mendengar ucapan Arvind yang awalnya terkesan membentak namun kembali melemah dengan gombalan garingnya. Jika sudah seperti itu ia hanya bisa menurut pada kata-kata Arvind tanpa komplain lagi. Karena sepertinya kekasihnya ini memang sedang kesal bukan main karena sikapnya yang kekanak-kanakan ini namun berusaha untuk ditahan.
Mau bagaimana lagi jika sifat itu sudah mendarah daging di dalam dirinya.
"Aku kan cuma nanya, kamunya aja yang gak mau jawab makanya jadi nanjak gitu." Gumam Sandra sembari melirikkan matanya keluar jendela.
Keheningan menyelimuti kedua remaja yang saling beradu dengan tingkat kebisuan dalam perasaan masing-masing. Sandra yang sibuk dengan ponselnya serta Arvind yang sibuk menyetir mobil. Benar-benar hanya ada aura dingin diantara mereka. Bahkan tidak ada dari mereka yang berinisiatif untuk memulai percakapan di antara mereka.
Sandra tidak ingin memulai percakapan lebih dulu karena sedari awal ia sudah menolak untuk ikut. Apalagi, mereka jadi bertengkar seperti ini karena ia yang tidak tahan dengan ulah Arvind yang suka terlambat. Padahal kalau dipikir-pikir akan sangat tidak mungkin jika Arvind terlambat, karena Arvind punya beberapa kendaraan yang bisa ia gunakan untuk pergi menjemputnya dengan cepat dan juga tidak perlu antri jika ingin mandi karena hampir di setiap kamar di dalan rumahnya memiliki kamar mandinya. Lalu alasan apa lagi yang membuat Arvind bisa terlambat, jika bukan karena malas dan ia yang memang tidak penting sama sekali.
Sementara Arvind, belum juga bersuara lantaran tidak tahu harus bicara apa. Mulai bicara dari mana, jangan sampai kata-katanya hanya akan menambah masalah semakin panjang. Apalagi Sandra orangnya tidak mudah paham jika tidak dijelaskan secara panjang lebar. Sekali lagi yang ia pikirkan adalah jika bukan ia yang memulai maka tidak akan ada yang bisa terselesaikan. Dan hanya bisu yang akan menemani mereka.
"Sandra." panggil Arvind lembut memecah keheningan diantara mereka.
Sandra masih bergeming sama sekali hanya menatap bingung pada Arvind yang mulai memelas kepadanya. Tak mengucapkan apa-apa hanya sibuk mendengarkan Arvind yang akan memulai pembicaraan yang hanya tertutupi oleh gensi masing-masing. Sandra sama sekali tidak berniat untuk menyahut setiap Arvind memanggil.
"San." Panggil Arvind.
"Maafin aku ya." Ujar Arvind kemudian namun tidak mendapat tanggapan dari Sandra.
"Aku salah." Ujar Arvind lagi seraya melirik Sandra yang sibuk dengan ponselnya.
"Sandra ngomong dong."
"Gimana mau ngomong, tadi udah ngomong malah diomelin. Yaudah males ah!" Gumam Sandra yang masih bersikukuh dengan ponselnya.
"Sandra.." panggil Arvind. "Jangan diem lagi, ayo selesain masalah kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)
Teen Fiction(Complete) Sandra pikir, berpacaran dengan Arvind adalah salah satu kebahagiaan untuknya. Walaupun tahu bagaimana kisahb sang kekasih yang masih sering dikejar masa lalu, tetapi ia masih bisa menerima. Namun hal itu tidak bisa berlangsung lama, samp...