Setelah dijemput oleh Arvind, Sandra berakhir di dalam mobil bersama Arvind yang masih bingung harus pergi kemana.
Sandra sendiri tidak habis pikir, bagaimana bisa Arvind mengajaknya untuk berkencan sementara ia sendiri belum tahu harus pergi kemana sesuai dengan rencana yang inginkan. Ia baru ingat kalau pacarnya ini merupakan salah satu spesies manusia langkah yang pernah ada.
Sejak tadi, mereka belum menemukan tempat yang cocok untuk mereka jadikan tempat berkencan. Hanya berkeliling kota seraya memperhatikan dan mencari tempat mana yang mungkin akan sangat cocok untuk mereka saat ini.
"Vind. Kita mau kemana, sih?" Ujar Sandra sambil menengok keluar. "Daritadi cuma keliling mulu, enggak sampai-sampai."
Padahal yang ada di bayangan Sandra sedari tadi adalah gambaran tempat yang indah dan romantis, yang sudah tersedia makanan, bunga serta lilin-lilin yang akan menjemput setiap langkahnya ketika sampai di tempat. Ditambah dengan kejutan berupa hadiah yang diberikan Arvind secara tidak terduga. Yang realitanya benar-benar sangat berbeda jauh, Arvind mengajaknya berkencan tanpa ada persiapan sama sekali.
Ia juga tidak mau bertanya atau bahkan menyalahkan Arvind juga, karena seharusnya ia sadar bahwa kekasihnya ini memang seperti itu. Lagi pula, sedari tadi Arvind belum mengeluarkan penilaian untuk dirinya tentang penampilan. Padahal seharusnya pas ketemu pasangan sudah harus memberi nilai bukannya sibuk sendiri.
"San.."
"Enggak bakal gue jawab, ah!" Gumam Sandra iseng.
"SAN.." Arvind seperti menaikkan volume suaranya.
"Gue, pokoknya enggak bakal ngomong sampai Arvind kasih penilaian sama gue." Gumamnya lagi yang berusaha tetap kokoh dengan pendiriannya.
"Ini anak, kalau ditanya enggak ngejawab. Giliran enggak ditanya ngomongnya panjang kali lebar. Sandra? Ngomong dong, enggak budekkan?" Ujar Arvind yang mulai gemas dengan perilaku Sandra yang tidak mau menanggapinya sama sekali.
"Sandra? Aku gelitikin nih? Mau?" Ancam Arvind.
Alhasil Sandra menoleh seraya menatapnya dengan tajam. "Apaan? Jangan coba-coba ya? Aku tinju nih?"
Arvind terkekeh melihat respon Sandrs yang super menggemaskan itu. "Ya makanya kalau ditanya ngomong."
"Tadi juga waktu aku nanya, kamu enggak jawab juga. Jadi ngapain aku ngejawab pertanyaan kamu?" Jawab Sandra sekenanya.
Arvind tersenyum. "Oh? Lagi ngebalas ya?"
"Enggak tuh."
"Aku gelitikin nih."
Sandra tidak memberi respon lagi, membuat Arvind benar-benar ingin menggelitiknya. Ia melepaskan pegangan tangan kirinya pada stir dan mengarahkannya ke pinggang Sandra untuk melancarkan aksinya, tentu saja untuk menggelitik si empu pinggang.
"Arvind! Ihh! Geli!" Pekik Sandra yang mulai tidak tenang karena tingkah jahil dari kekasihnya itu. "Arvind ihh! Hahahaha! Aduh! Hahaha."
"Udah Vind, geli ihh!" Celetuk Sandra yang sudah tidak tahan merasakan geli pada pinggangnya.
"Kugelitikin lagi nih." Ancam Arvind kembali sambil tertawa renyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)
Teen Fiction(Complete) Sandra pikir, berpacaran dengan Arvind adalah salah satu kebahagiaan untuknya. Walaupun tahu bagaimana kisahb sang kekasih yang masih sering dikejar masa lalu, tetapi ia masih bisa menerima. Namun hal itu tidak bisa berlangsung lama, samp...