Chapter 28 [Sebal]

737 22 0
                                    

Setelah pertemuannya dengan Arvind di parkiran membuat Sandra sebal setengah mati. Lantaran di saat kerasnya ia berusaha untuk melupakan Arvind dan menghibur diri malah dipertemukan di saat yang tidak tepat.

Bukannya tidak senang jika bertemu dengan seseorang yang memang kita harapkan untuk bertemu. Namun, perasaan seseorang selalu labil dan berubah-ubah hanya agar tidak dianggap mudah oleh kebanyakan orang. Bahkan saat tidak bertemu dengan orang yang kita sayangi bohong jika tidak merasa rindu, dan saat bertemu nantinya bohong juga jika tidak ada perasaan gensi satu sama lain untuk saling mengakui.

Terkadang sikap sendiri bisa membuat kita sebal bukan main hanya karena pikiran dan hati tidak pernah sejalan dan terarah dengan baik.

Dan seperti itulah yang dirasakan Sandra saat tahu bahwa pagi ini ia memang bertemu dengan Arvind yang saat ini sedang berstatus mantan baginya. Tidak lucu jika ia yang memutuskan dan ia juga yang harus meminta untuk balik dengan bersikap lemah dan gampang di bujuk.

Karena pikiran dan hatinya benar-benar tidak sejalan kali ini, membuat perasaannya jadi sebal bukan main. Didukung oleh suasana kelasnya yang ribut seperti pasar ikan. Tak sedikit juga teman-temannya menyenggolnya karena terlalu asik bermain, sementara ia sendiri sedang kesulitan mengatur mood setelah pertemuannya dengan Arvind tadi.

"Sandra!" Teriak seseorang yang diyakini itu adalah suara Fajar yang datang di saat yang tidak tepat.

Karena hubungannya juga dalam masalah yang sama dengan Sandra membuat mereka bisa kembali dekat seperti sebelumnya. Setidaknya saat putus ia bisa menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya yang kadang bahkan tidak bisa ia temui sesering dulu.

Sandra hanya menengok sekilas kemudian kembali fokus dalam diamnya karena mood yang tidak bersahabat.

"Lo kenapa?" Tanya Fajar setibanya di meja Sandra dan mendudukkan tubuhnya tepat di samping Sandra.

Sandra hanya melirik sekilas kemudian menggeleng.

Dari sikap Sandra yang seperti itu, Fajar sudah bisa menebak bahwa suasana hati Sandra sedang tidak baik. Tetapi ia juga tidak tahu harus berbuat apa.

"Fajar!" Teriak seseorang lagi yang tak lain adalah ketua kelas mereka sedang berjalan menuju tempat mereka.

"Ada apa?" Tanya Fajar setelah Radit ketua kelasnya berhenti di hadapan mereka.

"Temenin gue keluar sekolah yok, gue lagi ada perlu di luar."

Seketika jiwa kenakalan Fajar muncul dan menampilkan senyuman devilnya. "Okelah."

Fajar bangkit dari tempatnya sembari merogoh saku celananya memastikan ada tidaknya uang di dalam sana. Sandra hanya memperhatikan dengan datar karena tidak tertarik, padahal biasanya ia akan paling heboh jika ada temannya yang akan keluar sekolah.

Pengaruh pertemuannya dengan Arvind benar-benar sangat besar sampai-sampai hal semenarik itu tidak bisa membuat mood Sandra kembali.

"Gue pergi dulu ya. Izinin gue sama guru yang masuk, bilang diajak ketua kelas. Kalau enggak nanti gue bisa diomelin lagi." Ujar Fajar sembari mengacak-acak rambut Sandra dan berlari keluar mengikuti Radit.

Sandra hanya bisa mendengus kesal karena perbuatan Fajar itu. Sambil memperbaiki rambutnya yang acak-acakan ia menperhatikan sekeliling, semakin banyak saja yang membuatnya sebal hari ini.

Ia menopang dagu sembari memegangu dadanya, tiba-tiba saja perasaannya jadi tidak enak. Tidak biasanya ia nerasa seperti itu, perasaan yang sulit untuk dijelaskan. Tiba-tiba terasa sakit tanpa adanya hal-hal yang menbuatnya sakit hati, sebal iya memang sedari tadi ia sangat sebal. Tapi ada apa dengan perasaannya yang tidak enak itu.

 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang