SDH
.
.
.Sepulang teman-temannya dari rumah siang tadi, ia tiba-tiba jadi ingin mengunyah bakso. Yang itu artinya, ia harus pergi lagi untuk membelinya. Padahal baru siang tadi ia pergi makan bersama Arvind, tapi akhirnya malah ingin makan lagi.
Ditambah lagi, melihat pesan dari Fajar yang membuatnya jadi badmood. Sebenarnya ia tidak heran lagi, jika banyak orang yang selalu mengosipinya. Menuduhnya yang tidak-tidak namun rasanya semakin hari semakin menjadi-jadi saja kelakuannya.
Apalagi yang membahas tentang hubungannya dengan Arvind, atau bahkan mengait-ngaitkan semuanya dengan masa lalu yang tidak ingin lagi ia ingat.
Sebenarnya ia termasuk orang yang tidak suka ambil pusing terhadap masalah-masalah yang hanya akan menyusahkannya. Apalagi hanya akan menghadirkan luka lama untuk hidupnya, maka dari itu ia lebih suka melupakan hal-hal yang tidak perlu.
Ia tidak masalah jika harus jadi bahas gosip orang-orang tidak bertanggung jawab, namun jika keterlaluan juga ia jadi tidak tahan.
Namun sebelum ia memikirkan hal-hal itu, ia ingin memikirkan hal-hal yang bisa mengisi kekosongan dalam perutnya. Ia harus memberi asupan untuk perutnya yang selalu keroncongan walaupun sudah diisi berkali-kali. Mungkin itulah resiko memiliki perut karet, keuangannya pun harus berkali-kali krisis karena harus membeli makanan.
"Apa yang dikirim sama Fajar beneran atau enggak sih?" Sandra memasang helm dan menaiki motornya.
"Kalau emang bener gitu, ternyata dia udah nusuk gue. Udah gak bisa dipercaya lagi, bagaimana bisa dia bocorin keluh kesah sahabat sendiri sama orang lain."
Sandra menggeleng pelan sebelum akhirnya melajukan kendaraannya bergabung kendaraan yang lainnya. Mengatur jarak dengan jarak yang lain, menikmati udara sore hari yang mulai menggelap.
"Gue urus masalah itu nanti aja, sekalian gue cerita sama Gaby." Gumam Sandra sambil mengendarai motornya. "Toh gue juga bakal ke rumah Gaby ambil buku abis beli bakso."
Ia terkekeh sendiri dan sejurus kemudian kembali menikmati perjalanannya sendiri.
***
Siang menjelang sore yang sangat panas walaupun matahari sudah hampir terlihat akan mengalah. Tampak seorang gadis remaja sedang mengeluarkan motornya dari parkiran sekolah, ketika semua siswa sudah pulang sekolah ia masih berada di sekolah untuk latihan vocal.
Terkadang perasaan jenuh mendatanginya karena padatnya kegiatannya namun hanya itu yang mampu dilakukannya untuk berusaha mengikhlaskan masalah yang terjadi padanya.
Diandra Klainara Puja itulah namanya, seorang gadis yang selalu tampak bersemangat walaupun sudah dirundung berbagai masalah. Ia hendak meninggalkan sekolah dengan motor matic-nya dengan setelan baju kemeja kotak-kotak hijau dan celana jeans ia siap untuk meninggalkan sekolah.
Jangan heran mengapa ia baru saja akan pulang dari sekolah namun pakaiannya sudah tidak mengenakan pakaian sekolah. Ia kerap kali membawa baju ganti untuk berjaga-jaga jika ada kelas tambahan untuk les vocalnya apalagi jika ia harus diikutkan lomba menari bisa-bisa akan menginap saja di sekolah.
"Biasanya gue gak pernah pulang sendiri, pasti ada lo." Gumam Diandra.
Sudah pasti apa yang ada di pikirannya itu adalah Arvind, karena walaupun tidak bersama lagi ia kerap kali memperhatikannya walau dari jarak yang lumayan jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)
Teen Fiction(Complete) Sandra pikir, berpacaran dengan Arvind adalah salah satu kebahagiaan untuknya. Walaupun tahu bagaimana kisahb sang kekasih yang masih sering dikejar masa lalu, tetapi ia masih bisa menerima. Namun hal itu tidak bisa berlangsung lama, samp...