Chapter 39 [Mati Rasa]

1.9K 44 1
                                    

Jangan matikan HP-mu
Kau tahu aku benci khawatir

Saat kau tak mengabari
Aku tak suka bertanya-tanya

Inginku bakar dia yang sering
Mention-mention-an denganmu di Twitter

Namun kau selalu menyakinkanku tuk tumbuhkan percaya
Bukan rasa curiga

Dan tunggulah aku di sana memecahkan celengan rinduku
Berboncengan denganmu mengelilingi kota
Menikmati surya perlahan menghilang

Hingga kejamnya waktu menarik paksa kau dari pelukku
Lalu kita kembali menabung rasa rindu saling mengirim doa

Sampai nanti sayangku
Hingga kita bertemu

Membiarkan lagu celengan rindu terputar dengan keras mengisi seluruh penjuru kamar sembari menikmati nikmatnya mie instan yang baru saja ia rebus. Cara yang dilakukan Sandra untuk mengalihkan kesedihannya memang sesederhana itu. Untuk saat ini ia sedang tidak butuh tempat-tempat terbuka bersama banyak orang, ia hanya butuh sebuah ketenangan.

"Apa yang kurang ya dari makanan gue?" Gumam Sandra menimbang kekurangan menu santapannya itu.

Sandra melirik ke sekeliling di dalam kamarnya itu, mencari sesuatu yang ia yakin bisa menambah keseruan yang ia rasakan saat ini. "Nah!"

"Gue kira udah habis." sahut Sandra cengingisan menatap dua bungkus kacang  yang selalu ia beli.

Dengan cepat ia memasukkan kedua bungkus kacang itu ke dalam mangkuk mie instannya. Dan sesekali menyuap sesendok mie ke dalam mulutnya. Tidak ada lagi kenikmatan yang harus ia dustakan, karena pada akhirnya ia masih bisa hidup walau dibunuh perlahan oleh perasaan sendiri.

Drt.. Drt.. Drt..

"Astaga kaget!" Gerutu Sandra melirik ponselnya yang tiba-tiba bergetar di bawah pahanya.

Sandra tidak langsung meraih benda pipih berwarna hitam itu, ia masih berusaha fokus menikmati satu demi satu sendok kuah mie instan yang ada di hadapannya.

Tetapi, karena rasa penasaran itu kembali menyeruak di dalam benaknya Sandra jadi tidak tahan untuk tidak menyentuh benda pipih itu. Bukan karena apanya ia jadi penasaran, itu semua karena selama lost kontak dengan Arvind ponselnya itu lebih sering sepi. Bahkan teman-temannya tidak banyak yang menghubungi lewat chatting lantaran mereka lebih suka untuk menemuinya secara langsung.

Dengan lihai jemari Sandra berdansa di permukaan benda pipih itu dan siap membaca apa yang tertulis di layar.

Sandra tiba-tiba melotot.

Arvind
San? Ayo ketemu.

"OH MY GOD! MIMPI APA GUE KEMARIN SAMPAI-SAMPAI ARVIND UDAH MAU CHATAN AMA GUE!" Teriak Sandra heboh sendiri.

"Ah kalem, Sandra. Kalem." ujarnya kemudian.

Sandra diam seketika, ia berpikir apa harus menanggapi pesan dari Arvind itu atau tidak. Sebenarnya ia masih sakit hati, namun ia akan menjadi pihak yang paling egois jika tidak memberi Arvind kesempatan. Selain itu bukannya ia memang sedang menunggu inisiatif Arvind, lalu apa lagi yang harus ia pikirkan. Yang harus ia lakukan cukup mengiyakan pesan itu dan bertemu secepatnya, mau sekecewa apapun ia pada Arvind tetapi masalah tetap tidak bagus dibiarkan untuk berlarut-larut.

Belum lama Sandra merasa bahagia ketika melihat pesan dari Arvind, ia tiba-tiba merasa tidak enak. Ia merasakan sakit tetapi tidak tahu dimana letak rasa sakit itu. Sandra masih menatap lekat layar ponselnya, ada perasaan hambar yang ia rasakan saat melihat pesan tersebut. Bahkan semangkuk mie instan kesukaannya juga sudah tidak menarik lagi.

 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang