“Mending lo ikut kita ke kantin, jangan dibuang sia-sia jam kosong kita. Bentar lagi juga udah jam istirahat.” Ajak Fajar yang sudah lelah melihat kejenuhan yang ada di mata Sandra.
“Nah betul tuh. Emang lo gak lapar gitu?” sambung Gaby yang mencoba ikut mencairkan suasana mendung di sekitar Sandra.
Melihat kedua sahabatnya yang serentak mengajaknya ke kantin cepat-cepat sontak membuat Sandra melirik mimik wajah Fajar dan Gaby bergantian. Tidak ada yang perlu dicurigai hanya saja kelihatannya mereka berdua memang sudah sangat lapar dan merindukan kantin.
“Yaudah deh. Traktir ya.” Goda Sandra sambil tertawa pelan.
“Oke deh yang penting kita keluar kelas aja dulu, di sini pengap.” Jawab Gaby mengiyakan.
Gaby harap setelah ini tidak ada lagi yang akan membuat Sandra memikirkan kejadian tadi pagi, ia harap setelah berada di kantin dan menuruti kemauannya tidak akan ada lagi yang namanya masalah.
“Ayo buruan.” Tarik Fajar pada Sandra dan Gaby.
Sandra hanya bisa mengikut saja tanpa bisa komplain lagi. Selama tidak pernah berhubungan dengan Arvind lagi, ia juga jadi jarang untuk keluar kelas. Bawaannya selalu malas keluar kelas dan tidak suka menampakkan diri pada orang-orang yang bisa membuat perasaannya jadi buruk.
Ia tidak tahu apakah sekarang sudah waktunya istirahat atau memang banyak kelas yang mendapatkan jam kosong. Hampir semua kelas tidak ada yang belajar, hanya ada beberapa kelas yang memang tidak terlihat muridnya biar satu orang.
Sandra menghentikan langkahnya karena ia akan melintasi kelas Arvind jika terus berjalan. Ia ingin mencari jalan lain saja, rasanya kesal jika harus lewat depan kelas itu. Fajar dan Gaby yang baru menyadari Sandra tidak ikut berjalan bersama mereka lagi segera menoleh ke belakang.
“Ngapain, San?” tanya Fajar bingung.
“Eh?” Sandra gelagapan karena terkejut. “Bisa gak kita jangan lewat sini?”
Fajar dan Gaby saling pandang. “Oh oke. Cari jalan lain ayo.”
Untungnya mereka segera mengerti alasan yang membuat Sandra tidak ingin lewat dimana mereka berdiri sekarang. Dan mau tidak mau mereka harus berbalik arah dan mencari jalan lain untuk sampai di kantin. Setidaknya dengan begitu Sandra bisa sedikit merasa baik dari sebelumnya.
Setelah melihat adegan tadi pagi, ia tidak ingin dan tidak siap untuk bertemu dengan Arvind lagi apapun keadaannya. Rasanya akan canggung jika bertemu dengan Arvind setelah kejadian itu, dan Sandra tidak suka situasi canggung.
“Lain kali ingetin kita kalau gak mau lewat situ.” Sahut Fajar kemudian.
“Supaya kita gak perlu balik arah langsung ke kantin lewat lapangan aja.”Sandra menoleh. “Iya. Itu pun juga kalau gue sadar, biasanya kan gue juga lupa.”
“Emang susah sih kalau udah jadi kebiasaan lewat sana. Dan lagi lewat sana lebih deket.” Sambung Gaby mangut-mangut saja.
Sandra hanya bisa mangut-mangut seperti apa yang dilakukan Gaby setelah mendengar setiap penuturan kedua sahabatnya itu, mau bagaimana lagi jika sudah terlanjur terbiasa namun harus berhenti untuk tidak terbiasa.
Sandra sudah berada di ambang pintu kantin, namun lagi-lagi harus menghentikan langkahnya karena matanya tiba-tiba menangkap sosok laki-laki dan perempuan yang sama dengan yang dilihatnya tadi pagi.
Gaby pun sama, ikut berhenti saat Sandra berhenti melangkah. Namun tidak kunjung berbicara karena tahu Sandra sedang memperhatikan kedua orang itu dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)
Teen Fiction(Complete) Sandra pikir, berpacaran dengan Arvind adalah salah satu kebahagiaan untuknya. Walaupun tahu bagaimana kisahb sang kekasih yang masih sering dikejar masa lalu, tetapi ia masih bisa menerima. Namun hal itu tidak bisa berlangsung lama, samp...