Chapter 19 [Sahabat]

1K 34 0
                                    

Suasananya sepi benar-benar sepi. Sandra hanya menatap kosong di balkon rumahnya. Sepertinya langit malam ini begitu hitam tanpa adanya bintang-bintang apalagi bulan. Hanya ada awan-awan kelabu yang terpampang jelas di atas sana seolah persis dengan perasaannya kali ini.

Sandra menghirup udara malam itu dalam-dalam kemudian menghembuskannya dengan lesu. Sepertinya pengaruh obat dari dokter belum hilang juga efeknya, ditambah dengan pengaruh mood yang dengan mudahnya Arvind rusak sedari tadi.

Bahkan hingga saat ini juga Arvind belum mengabari Sandra sedikit pun. Sandra tidak suka dengan sikap Arvind yang hilang-hilangan seperti itu apalagi di saat-saat ia sedang membutuhkannya. Sandra memilih kembali masuk ke dalam kamar lantaran perasaannya tetap saja buruk biar menghirup udara berapa kali pun.

"Bisa-bisanya Arvind kayak gini, padahal seharusnya kan dia perhatiin aku." Gumam Sandra merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Kali ini Sandra tidak tahu harus berbuat apa untuk bisa mengalihkan perhatiannya dari Arvind supaya tidak terus menerus berpikiran aneh.

"Apa nonton ya," ujar Sandra memperhatikan laptopnya yang sedang menganggur.

Hanya saja Sandra kembali mengurungkan niatnya karena sebelumnya juga sama ia berniat nonton tetapi yang terjadi malahan dia yang jadi tontonan laptopnya sendiri.

"Sandra!"

Tiba-tiba saja Sandra mendengar suara teman-temannya yang sedang bertamu. Sandra mengulas senyuman manisnya karena merasa diistimewakan lagi karena teman-temannya datang di saat yang tepat.

"Sandra!"

"Iya, langsung naik aja." Sahut Sandra mengisyaratkan.

Tidak berlangsung lama, teman-temannya sudah datang. Ada Gaby, Wirly, Cherly, Nanda, dan Anisa yang sedang berjalan beriringan memasuki kamarnya sembari membawa keranjang buah. Sandra menahan tawanya melihat temannya itu, karena sudah terlihat seperti orang-orang yang akan menjenguk guru yang sedang sakit harus bawa buah-buahan segala.

"Ngapain bawa gituan?" Ujar Sandra terkikih.

"Iya biarin deh, toh nanti kita juga ikut makan." Jawab Anisa yang mengundang gelak tawa mereka.

Yang dikatakan oleh Anisa ada benarnya juga, bahkan siapapun yang beli dan siapa yang akan diberikan pada akhirnya tetap dimakan bersama juga.

"Gimana keadaan lo?" Tanya Nanda sembari menyandarkan tubuhnya tepat di samping Sandra.

"Udah baikan, tinggal hati gue yang pedih."

"Ck, kenapa lagi?" Sambung Cherly bertanya.

"Gue gak dihubungin sama Arvind padahalkan seharusnya dia ada saat gue kayak gini." Jawab Sandra yang terlihat sedih mengingat Arvind tidak menghubunginya.

"Udah positif thingking aja, kali ada urusan lain." Sambung Gaby mengingatkan.

"Yang intinya cuma kita-kitalah tempat lo pulang. Ckck." Ujar Wirly mencibir.

Seketika Sandra menyadari semua ucapan sahabatnya itu ada benarnya juga, bagaimana pun keadaannya pasti tempat Sandra kembali saat ada masalah hanya Mama dan sahabatnya ini. Sandra menampilkan senyuman terbaiknya sebagai jawaban lantaran tidak tahu harus menjawab apa lagi.

"Tapi bagaimana pun juga gue risih kalau sikap dia kayak gitu," ujar Sandra terlihat kecewa.

"Gue paham kok perasaan lo. Siapapun juga pasti ngerasa gitu kok, gue juga selalu kayak gitu. Tapi apa salahnya buat berpikiran positif." Ujar Gaby menasehati Sandra.

"Jangan mau dipermainkan dengan perasaan sendiri, lo mau kayak gue nasib percintaan lo? Gue gini gara-gara sering suuzon, ckck." Sambung Wirly yang juga mencoba memberi nasehat seperti Gaby.

"Yah kalau lo gak bisa percaya sama pacar lo ngapain pacaran sih." Sambung Anisa yang menggerutu lantaran pembahasan mereka selalu tentang pacaran sementara tinggal dirinya ysng menjomblo.

"Aish hati-hati guys, ada temen kita nih yang masih jomblo. Kasian belum ngerti." Cibir Nanda pada Anisa yang membuat semuanya ikut tertawa.

Setidaknya saat ini Sandra sudah merasa lebih baik dari sebelumnya. Sudah ada sahabatnya yang menghibur kesedihannya, Sandra tahu bahwa ia yang paling jarang ngumpul karena Arvind. Tetapi, tidak membuatnya kehilangan sahabat-sahabatnya yang selalu ada untuknya itu.

"Jangan sedih lagi, mending kita makan." Ujar Cherly menawarkan yang semakin membuat mereka semua tertawa.

"Maunya lo itu mah, Cher." Cibir Sandra.

"Namanya juga pengen. Hahaha."

"Yaudah makan gih, gue masih kenyang." Ujar Sandra mempersilahkan sahabatnya untuk makan lebih dulu.

Sandra mengulas senyuman terbaiknya melihat orang-orang yang ada di sekitarnya sekarang. Walaupun yang mereka katakan sepenuhnya benar, tetap saja tidak bisa menghilangkan kerisihan Sandra pada Arvind yang bertingkah aneh padanya. Saat di rumah sakit terlihat sangat peduli namun seketika berubah setelah pulang ke rumah seperti sekarang.

"Apa mungkin ada masalah?" Gumam Sandra mencoba menebak kemungkinan terkecilnya.

Namun segera ditepis jauh-jauh dan kembali bergabung dengan kegiatannya.

***

Arvind mendengus kesal lantaran ayahnya tadi datang menjemput di daerah kontruksi dengan mobil berbeda. Berbagai alasan bahwa sedang dipinjam kantor telah dikeluarkan oleh ayahnya. Arvind sama sekali tidak masalah jika yang meminjam siapa dan kapan dikembakilan.

Yang menjadi pokok permasalahan adalah ponsel Arvind berada di dalam mobil sementara mobil itu sedang digunakan oleh kantor ayahnya. Dikembalikan bisa satu atau dua hari ke depan. Kalau seperti itu bagaimana nanti Arvind harus menghubungi Sandra yang sedang sakit.

"Aduh jadi itu mobil kapan dibalikin, Yah?" Tanya Arvind yang sudah semakin kesal dibuatnya.

"Yang sabar, nanti juga dibalikin. Itu hpmu gak bakal hilang kok." Ujar ayah meyakinkan.

Meski begitu, Arvind tetap saja tidak bisa tenang. Lantaran tidak tahu harus bagaimana menghubungi Sandra. Di lain sisi, ia juga tidak ingin terlalu mendebat ayahnya karena ponselnya yang tertinggal karena itu juga karena kecerobohannya.

Mungkin saja Arvind bisa segera mengunjungi rumah Sandra dan menjelaskan semuanya. Tetapi, sudah larut untuk datang bertamu. Yang menjadi bahan pikiran Arvind lainnya adalah bagaimana jika ia pulang nanti tidak bisa tahu kabar Sandra baik-baik saja atau tidak, kapan akan di antar untuk cek up, dan masih banyak lagi hal-hal yang dikhawatirkan oleh Arvind.

"Tenang aja, Vind. Sandra bakal baik-baik saja, kamu bisa jenguk dia besok." Ujar ayahnya seolah mengerti jalan pikiran Arvind.

"Yaudah deh."

Mau tidak mau Arvind harus mengalah pada ayahnya perkara mobil yang membawa ponselnya. Dengan berat hati, Arvind kembali memasuki kamarnya dan langsung menuju kasur.

"Semoga Sandra baik-baik saja. Toh hasilnya juga dia cuma butuh istirahat." Gumam Arvind seraya merebahkan tubuhnya di atas kasurnya.

Menatap kosong palvon kamarnya yang tidak bermotif. Kali ink Arvind hanya berharap Sandra bisa memahami situasinya dan tidak berpikiran aneh-aneh lagi tentang dirinya. Arvind tidak akan bisa menghadapi Sandra jika sedang dalam situasi buruk. Berkali-kali Arvind menarik napas dengan berat dan menghembuskannya dengan pelan rasanya cobaannya tidak akan berhenti percuma.

***
Part 19 update.
Bagaimana kesannya?
Semoga suka.

Salam kenal
- Katalah

 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang