Chapter 27 [Gengsi]

758 26 0
                                    

Arvind memarkirkan mobilnya telat di depan pintu gerbang sebuah rumah yang biasanya hanya dilalui tanpa dilirik sekali pun. Namun kali ini ia memiliki kewajiban untuk singgah dan menjemput seseorang dari rumah besar itu.

Walaupun sempat menolak, Arvind tetap akan datang menjemput seperti yang dilakukannya sekarang ini. Ia meraih ponselnya yang tersimpan tepat di kursi penumpang yang ada di sampingnya dan siap menghubungi seseorang.

Arvind
Dek, saya di depan

Setelah mengirimkan sebaris pesan ia kembali meletakkan ponselnya itu di dalam saku celananya, tidak lagi di kursi penumpang yang ada di sampingnya. Bahkan tasnya disimpan di belakang karena akan menjemput Tasya.

Sekitar lima menit setelah memarikirkan mobilnya di depan rumah Tasya, si empu rumah akhirnya keluar dan berlari kecil dengan kaki yang masih pincang. Mengingat baru kemarin kejadian tabrakan mereka berdua terjadi jadi wajar saja Tasya masih kesulitan menahan rasa sakit kakinya.

"Ayo masuk." ujar Arvind setelah Tasya tiba di depan pintu mobilnya.

Karena sudah diintruksikan dan dijemput, mau tidak mau Tasya harus masuk ke dalam mobil mengikuti kata-kata Arvind.

"Kok Kak Arvind jemput? Kan saya aku bilang enggak usah." Ujar Tasya berbasa-basi karena merasa tidak enak dengan situasi mereka berdua.

"Enggak apa-apa, toh kamu harus gak bisa naik motor ke sekolah karena motor kamu rusak gara-gara tabrakan sama saya. Dan kalau kamu jalan nanti telat kan kakimu sakit." Ujar Arvind menjelaskan maksudnya tetap bersikeras untuk datang menjemput Tasya pergi sekolah.

"Ya enggak harus gitu juga sih, kak. Saya jadi gak enak." sambung Tasya lagi.

"Ngapain gak enak? seharusnya saya yang gak enak karena sampai bikin kamu kayak gini." Jawab Arvind seadanya.

"Gimana dengan Kak Sandra?" ujar Tasya kemudian.

Arvind menoleh menatap Tasya, dan diam sejenak tidak mengatakan apa-apa pada Tasya lagi setelah mendengarkan nama Sandra disebutkan. Seolah sadar dengan perkataannya barusan telah menyinggung perasaan Arvind, segera Tasya berbalik menatap Arvind takut-takut.

"Maafin aku ya kak, aku gak maksud. Aku cuma takut dan gak enak kalau Kak Sandra tahu." Ujar Tasya sedikit takut yang dapat ditangkap oleh Arvind.

Arvind kembali tenang dan menyunggingkan senyumannya kepada Tasya. "Tenang aja, Sandra gak bakal ngapa-ngapain lo. Gue lagi break sama Sandra dan gak ada kejelasan dengan hubungan kami sekarang."

"Oh maaf ya kak, aku gak tahu. Dan bentar turuninnya gak usah depan sekolah ya kak. Gak enak sama yang lain." Sambung Tasya lagi.

"Oh gitu? Ya udah."

Arvind akhirnya mengatakan suatu hal yang begitu rawan baginya tanpa menoleh sedikit pun pada Tasya dan hanya fokus mengemudi dan memperhatikan jalanan, takutnya ia bisa menabrak orang lagi jika sampai salah fokus karena masalahnya dengan Sandra.

Diam-diam Tasya melirik Arvind sambil tersenyum kecil.

"Ya baguslah kalau kalian lagi break."


***


Setelah menurunkan Tasya di perempatan yang tak jauh dari sekolah, Arvind langsung melajukan mobilnya menuju sekolah dengan cepat takut tidak kedapatan parkiran. Karena jika bersama dengan Sandra, ia tidak pernah menggunakan mobil pergi sekolah kecuali saat cuaca sedang tidak bersahabat.

Dan hari ini Arvind datang ke sekolah menggunakan mobil, hanya untuk menghindar dari orang-orang yang mungkin bisa melihatnya mengantar Tasya dan akan membuat hubungannya dengan Sandra tidak akan pernah bisa membaik lagi.

"Semoga masih dapat parkiran deh." ujar Arvind memasukkan mobilnya ke area sekolah dan melirik ke arah parkiran untuk mencari tempat yang kosong.

Matanya menangkap sebuah tempat yang kosong dan cukup strategis, tepat berada di ujung parkiran bersebelahan dengan parkiran motor. Tanpa menunggu lama lagi Arvind segera melajukan mobilnya ke tempat itu dan mengatur posisi mobilnya agar lebih mudah untuk dikeluarkan sebentar.

Arvind meraih kunci mobilnyan dan keluar dari dalam mobil, namun tidak segera melangkah pergi dari samping mobilnya karena tiba-tiba saja seseorang datang mengendarai motornya tanpa memberi kode klakson pada Arvind.

Ia membelalakkan matanya saat melihat siapa yang baru saja melintas di depannya sambil memarkirkan motornya tepat di samping mobilnya yang hanya dibatas dengan polisi tidur. Ia masih bergeming di tempatnya tanpa bersuara hingga orang itu berbalik setelah berhasil memarkirkan motornya.

Sama dengan Arvind, ia juga terkejut bukan main saat melihat siapa yang ada di parkiran bersamannya.

"San.." Bisik Arvind dengan suara yang nyaris tidak bisa didengar oleh pemilik nama itu.

Dengan cepat Sandra mengusir keterkejutannya dan bersikap biasa-biasa saja seraya menatap Arvind datar, sepertinya Sandra masih kesal jika melihat Arvind namun rindu saat tidak bisa bertemu atau bahkan sekedar tidak bisa mendapat kabarnya.

"Kenapa bisa ketemu dia sih di sini, jadi badmood pagi-pagi gue." Gumam Sandra kesal seraya mengerlingkan matanya malas dan kembali memasang wajah datarnya.

Arvind hendak melangkah menghampiri Sandra, namun belum sempat ia melangkah beberapa langkah Sandra sudah melangkahkan kakinya meninggalkan Arvind di tempat itu.

Ia menatap kepergian Sandra yang benar-benar berlalu tanpa menoleh lagi padanya yang masih bergeming di tempat sambil memperhatikan setiap langkah yang diambil Sandra untuk menjauh darinya.

Arvind menyadari sesuatu, bahwa Sandra tidak membencinya atau bahkan tidak mau bertemu. Hanya saja Sandra masih gensi untuk berbaikan dan saling bicara setelah kejadian perpisahan mereka hari itu.

Ia sangat mengenal bagaimana Sandra yang sangat susah untuk mengakui perasaannya sendiri, bahkan bersama dengan Arvind sekali pun. Sandra tidak akan mudah untuk berkata jujur tentang perasaannya, bahkan dipaksa sekali pun.

Begitu pula dengan membuat Sandra mau berbicara dengannya yang sudah jelas-jelas menjadi alasan paling mendasar mereka sekarang seperti itu.

"Sandra, kapan lo gak marah lagi?" Gumam Arvind setelah tidak melihat Sandra lagi yang telah menghilang di depan sana.

Tidak ingin memancing perhatian  orang-orang dengan terus berdiri di parkiran seperti orang linglung, segera ia melangkahkan kakinya mengikuti jejak Sandra untuk menuju kelasnya yang berada tidak jauh dari kelasnya sendiri.

Arvind tahu bahwa akan susah untuk membujuk Sandra lagi jika sudah seperti ini, namun ia akan berusaha untuk memperbaiki semuanya dan menjelaskan apa saja yang terjadi dan membuatnya todak sempat menghubungi Sandra saat pulang dari rumah sakit.

"Sandra, tunggu ya."

Tanpa sengaja, seseorang telah melihat pemandangan dingin antara Arvind dan Sandra tanpa sepengetahuan siapapun. Arvind yang sebelumnya mengira tidak ada orang, ternyata telah ada seseorang mengamati mereka tak jauh dari posisi mereka tadi.

"Menarik juga. Ternyata kalian sudah lebih dari buruk dalam keadaan hubungan kalian, digoyahkan sedikit lagi maka akan bisa membuat kalian tidak saling lirik lagi." Ujarnya dengan pelan sambil menampilkan senyuman devilnya.

Seperginya Arvind dari tempat itu, mau tidak mau ia juga segera berbalik mengambil arah yang berbeda dengan langkah kedua orang sebelumnya.




***

Double Up. Dibaca ya guys, karena hari ini hari minggu maka aku kasih double up.

Jangan sider-sider ya guys

Jangan lupa vote dan komen.

Salam Hangat

- Katalah

 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang