Chapter 31 [Ajakan]

686 23 0
                                    

Seperti beberapa hari terakhir, Arvind kembali memberi tumpangan untuk Tasya karena kelihatannya sakit kakinya belum ada perubahan. Selain itu, ia ingin menjalankan misinya bersama Irsal yang akan memanfaatkan pertolongannya kepada Tasya untuk memancing Sandra. Karena itu, Arvind ngotot tidak menurunkan Tasya di perempatan dekat sekolah melainkan di dalam parkiran sekolah.

Arvind keluar dari mobilnya setelah Tasya berlalu sambil berlari menuju kelasnya. Ia sengaja keluar belakangan agar tidak terlalu menarik perhatian, walaupun dengan Tasya turun dari mobilnya sudah cukup menarik perhatian orang-orang.

Ia mengunci mobilnya dengan remote dan segera berjalan menuju koridor kelas yang dipenuhi oleh banyak murid. Dan sekilas ia melihat ada Gaby yang sedang bercerita dengan Cherly, itu menandakan mereka melihat apa yang dilakukannya.

Arvind masih berjalan dengan santai tanpa dosa, tidak peduli dengan tatapan sekitar termasuk kehadiran Gaby dan Cherly. Setidaknya tidak sia-sia usahanya pagi ini kalau ada dua orang sahabat Sandra yang langsung melihat perbuatannya.

Baru kali ini ia melakukan sesuatu hal yang begitu mencolok hanya karena ingin menarik perhatian Sandra, baginya jika untuk memperbaiki hubungannya dengan Sandra akan ia lakukan sebisa mungkin yang penting dampaknya adalah baik.

“Arvind!”

Belum jauh ia berjalan dari tempat Gaby dan Cherly seseorang sudah memanggilnya sehingga otomatis membuatnya segera berbalik melihat siapa di belakang sana yang sedang menyebut namanya.

Arvind sedikit terkejut melihat Diandra melambaikan tangannya namun segera ditepisnya karena kesempatan seperti ini tidak akan dua kali, dan kesempatan ini sangat bagus mereka sedang berada di jarak yang tidak jauh dari keberadaan Gaby dan Cherly.

Ia bisa melihat dengan jelas tatapan sinis dari kedua sahabat Sandra itu pada Diandra dan juga dirinya yang sekarang ini sedang berdiri saling berhadapan.

“Ada apa?” tanya Arvind sebelum Diandra memulai pembicaraannya.

Diandra tersenyum. “Kamu ada waktu? Ada yang perlu aku bicarain.”

Arvind menimbang-nimbang ajakan Diandra, seingatnya ia memiliki banyak waktu apalagi setelah putus terlalu banyak waktu kosongnya yang terbuang sia-sia.

“Mau bicarain apa?” tanya Arvind yang sudah penasaran duluan.

“Aku mau minta tolong, tapi kalau kamu gak ada waktu ya nanti aja.” Ujar Diandra kemudian.

“Eh! Tenang aja, gue ada waktu kok. Jam istirahat sebentar gimana?” ujar Arvind memberi penawaran.

Diandra mengangguk mantap. “Oke deh. Sebentar kita ketemu di kantin, jangan lupa lho.”

Arvind hanya terkekeh menanggapi perkataan Diandra yang memang terdengar bercanda. Toh selama ini ia memang tidak pernah memusuhi Diandra pasca putus dulu, dan lagi ia juga tidak bermaksud akan memberi harapan untuk balikan. Karena hatinya sudah terlanjur dikunci oleh Sandra. Yang ia jadikan prinsip sejak dulu adalah mantan tidak harus dimusuhi dan tidak harus diajak balikan, jadi teman biasa lagi juga sudah cukup.

Tapi harus digaris bawahi bahwa ia dengan Sandra tidak berstatus mantan, melainkan pasangannya yang saling marahan saja. Toh kenyataannya Sandra minta putus di saat ia tidak ingin menyetujuinya, dan hanya mendeklarasikan keputusannya sendiri.

“Eh!” teriak Diandra yang tiba-tiba kehilangan keseimbangan gara-gara disenggol senior yang tidak bertanggung jawab.

Alhasil ia terjatuh di pelukan Arvind yang juga hampir kehilangan keseimbangan seandainya tidak segera berpegang pada tiang yang ada di belakangnya.

 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang