Karena tidak ingin membuat Arvind semakin risih dengan topik pembicaraan tentang Sandra, akhirnya Diandra memilih untuk mengalah saja dan lebih terfokus dengan apa yang memang menjadi tujuannya.
Diandra sudah mempertimbangkan semuanya sejak awal, ia tidak akan ikut terlalu jauh lagi untuk bermain memisahkan kedua sejoli yang membuatnya begitu terpuruk. Ia akan menggunakan orang lain yang juga sedang bermain api juga dengan mereka. Selama ini ia terlalu fokus dengan perasaannya sendiri tanpa menyadari bahwa ada pihak lain yang ikut bermain dalam area permainannya, dan oleh sebab itulah ia akan memutar balik permainan dimana ia hanya akan jadi penonton. Yang akhirnya akan bersorak gembira saat kemenangan tiba, karena ia sendiri yang akan menikmati hasilnya.
“Kalau gitu maaf ya soal pertanyaan-pertanyaan tadi, seperti ajakan aku tadi. Aku punya tawaran untuk kamu, sehubungan dengan keahlian kamu main gendang.
"Aku sama yang anak-anak seni kekurangan pemain gendang, padahal lomba kesenian daerah sebentar lagi, aku mau minta tolong sama kamu buat bantuin kami. Bahkan pembina seni juga udah kewalahan cari anggota.” Diandra segera menjelaskan maksudnya meminta bertemu sejak pagi tadi.
Arvind tidak langsung menjawab, ia masih sedikit mencuri-curi pandang kepada Sandra dan teman-temannya. Arvind tidak tahu harus menjawab apa, jika ia tolak mungkin akan membuat Diandra tersinggung lantaran pagi tadi ia sudah menerima niat Diandra dengan terbuka tidak mungkin juga ia mengatakan tidak saat semua orang tahu bahwa permintaan Diandra itu memang adalah keahliannya. Ditambah lagi , ada guru yang ikut berharap pada Diandra agar bisa mengajaknya yang itu berarti secara tidak langsung ada banyak pihak yang mengharapkannya untuk ikut bergabung.
Masih belum ada jawaban untuk permintaan Diandra, ia masih berkutat dengan pikirannya bercampur aduk dan Sandra mendominasi isi pikirannya itu. Jika ia terima itu berarti hubungannya dengan Sandra akan semakin rumit.
“Vind? Kenapa bengong?” Ujar Diandra membuyarkan lamunan Arvind yang berhasil membuatnya salah tingkah.
“Eh? Anu.. jadi itu latihannya gimana?” sahut Arvind terbata.
“Maksud kamu?”
“Maksudnya latihannya setiap kapan? Gue bantuin buat lomba doang, kan? Gak harus gabung di kesenian dulu?” Jawab Arvind memastikan bagaimana maksud permintaan Diandra.
Jangan sampai ia terperangkap dalam hal-hal yang tidak bisa ia selesaikan nanti. Ia juga tidak ingin hanya karena hal ini membuatnya semakin jauh dari Sandra.
“Oh itu, tenang aja. Aku udah bilang sama pembina, kamu Cuma bantuin sampai selesai lomba kok.” Jelas Diandra lagi.
“Ya udah kalau gitu.”
“Yaudah gimana maksudnya?”
“Aku bantuin.”
“Beneran?”
“Iya beneran, tapi cuman sampai lomba selesai.” Arvind mengingatkan.
Diandra tidak menjawab, ia tersenyum simpul memperlihatkan raut kebahagiaan mendnegar jawaban Arvind. Bahkan walau hanya sampai batas perlombaan ia bisa bersama-sama Arvind tidak apa, bisa ia pastikan semuanya selesai sampai hari itu. Dan sesederhana itulah kebahagiaan Diandra terhadap Arvind, asalkan dengan Arvind ia bisa melakukan apa saja untuk bahagia.
“Kenapa jadi lo yang bengong sampai senyum-senyum gitu?” celetuk Arvind tiba-tiba dengan penuh selidik.
“Haha gak apa-apa. Aku Cuma mau bilang makasih aja udah menerima permintaan aku. Dan makasih untuk bantuannya.” Sahut Diandra masih dengan senyuman manisnya.
Arvind hanya mangut-mangut saja mendengarkan penuturan Diandra yang menurutnya terlihat tulus.
Ia hanya bisa berharap, setelah semua ini ia bisa kembali fokus untuk memperbaiki hubungannya dengan Sandra. Setelah tahu bagaimana hasil dari permainan Irsal, ia akan memutuskan akan di kemanakan dan di bagaimanakan kelanjutan kisah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)
Teen Fiction(Complete) Sandra pikir, berpacaran dengan Arvind adalah salah satu kebahagiaan untuknya. Walaupun tahu bagaimana kisahb sang kekasih yang masih sering dikejar masa lalu, tetapi ia masih bisa menerima. Namun hal itu tidak bisa berlangsung lama, samp...