Setelah mendapat pesan singkat dari Tasya, buru-buru Arvind meninggalkan Diandra di kantin sendirian. Ia tidak tahu apa yang direncanakan oleh Tasya dengan mendatangi kelasnya, sebenarnya tidak masalah ia mendatangi kelasnya atau langsung bertemu saja dimana ia dan Diandra berada. Hanya saja yang sedikit membebaninya adalah bagaimana jika Sandra tahu perihal dirinya dengan Tasya.
Seharusnya ia tidak takut, seharusnya ia senang jika Sandra tahu karena di situlah ia bisa tahu apakah Sandra masih peduli dengannya atau tidak. Tapi, saat tahu bahwa nantinya Sandra akan terluka dengan semua yang direncanakan membuatnya berubah pikiran. Namun, mau bagaimana lagi jika ceritanya sudah berbeda.
Sepanjang perjalanannya menuju kelas, sekelebat bayangan Sandra marah padanya semakin terpampang jelas. Ia tidak bisa menghindar dari pemikiran-pemikiran itu, karena laki-laki juga punya rasa khawatir yang berlebih bukan hanya perempuan saja. Jika diberi kesempatan untuk memilih, Ia akan lebih memilih untuk diam saja menunggu amarah Sandra reda daripada harus bermain perasaan seperti ini.
Hanya karena ingin membuktikan apakah Sandra masih peduli atau tidak sampai harus menyakiti perasaan sendiri, bahkan yang tanpa ditanya dan dicari tahu pun ia juga tahu kalau Sandra masih peduli padanya.
Dari kejauhan, tepat di depan kelasnya. Ia melihat ada Tasya berdiri bersama seorang temannya, melihat Tasya berdiri di situ saja sudah membuatnya kesal. Ia tidak ingin begitu kentara berhubungan dengan orang lain, orang-orang akan berpikir bahwa ia yang berselingkuh dari Sandra. Padahal semuanya hanya rencana semata, tak ada sama sekali niat untuk menggantikan posisi Sandra.
“Tasya.” Panggil Arvind.
“Eh kak, maaf ya jadi ngerepotin sampai ke sini.” Sahut Tasya merasa bersalah saat Arvind muncul dan memanggil namanya.
“Gak apa-apa. Memangnya ada apa?” tanya Arvind yang niatnya ingin membuat Tasya to the point saja tanpa harus bertele-tele sebelum orang lain apalagi teman-teman Sandra datang melihat.
“Aku bawain makanan buat kakak.” Ujarnya seraya menyerahkan sebuah tas kecil yang berisi kotak makanan yang entah kapan adanya.
Arvind menerawang hingga pagi tadi saat ia mengantar Tasya ke sekolah, ia sama sekali tidak melihat adanya tas-tas kecil itu. Dan lagi, kenapa tidak diberikan tadi pagi saja sebelum berpisah di parkiran. Arvind mencebik kesal lantaran adik kelasnya ini sedang menggencarkan kode pendekatan dengan sangat jelas. Dan ia tidak suka hal-hal yang seperti itu.
“Kenapa gak kasih tadi pagi?” cecar Arvind pada Tasya lagi.
Ia sangat suka mempermalukan orang lain yang mengganggunya, jika bukan karena rencana Irsal yang ingin melihat kepedulian Sandra ia juga tidak akan mau dekat-dekat dengan Tasya lagi jika urusannya sudah kelar nanti. Dan jika diperhatikan lagi sepertinya adik kelasnya ini sudah sembuh tinggal otaknya yang sakit karena tidak mau jujur.
Tasya tersenyum salah tingkah kemudian melirik teman di sebelahnya. “Aku lupa kak, hehe.”
Mau tidak mau Arvind meraih tas kecil itu seperti yang diharapkan oleh Tasya.
“Makasih ya.”
Tasya tersenyum simpul mendengar ucapan terima kasih dari Arvind. Begitu pula Arvind berkeharusan membalas senyuman itu dengan senyum tipis andalannya. Tasya melirik temannya yang juga sedang ikut tersenyum sepertinya.
“Sama-sama kak,-“ Ujar Tasya menggantung. “Kalau gitu kita balik ke kelas dulu ya.”
Arvind hanya mengangguk melihat Tasya pergi dari hadapannya sembari memperhatikan kemana arah perginya Tasya dengan temannya itu. Sayangnya kedua matanya harus bertemu dengan mata Sandra yang sedang berdiri bersama Fajar, Gaby ditambah lagi dengan Cherly yang sudah bergabung dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)
Teen Fiction(Complete) Sandra pikir, berpacaran dengan Arvind adalah salah satu kebahagiaan untuknya. Walaupun tahu bagaimana kisahb sang kekasih yang masih sering dikejar masa lalu, tetapi ia masih bisa menerima. Namun hal itu tidak bisa berlangsung lama, samp...