Sandra merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah seharian bepergian bersama kelima sahabatnya. Rasanya baru kali ini Sandra merasakan kembali bagaimana bahagianya saat bisa bersama-sama dengan sahabatnya pada saat ia benar-benar butuh, seperti sekarang. Selain itu kebanyakan di antara mereka memang sama-sama merasakan masalah yang sama hingga membuat mereka saling mengerti satu sama lain.
"Ah lelahnya.." gumam Sandra mengibas-ibaskan tangannya merasakan lembutnya seprai tempat tidurnya.
Namun, tiba-tiba saja momen kebahagian yang terpancar indah di bayangannya seketika sirna saat melihat fotonya bersama Arvind di meja yang ada di sampingnya. Baru saja Sandra merasa berbunga-bunga tetapi sekarang sudah merasa buruk lagi karena sadar bahwa kali ini ia benar-benar berakhir dengan Arvind. Hingga tak akan ada lagi kemungkinan untuknya harus dihubungi oleh Arvind setiap waktu seperti saat hubungan mereka baik-baik saja, tidak akan ada lagi yang akan menemaninya kapanpun, dimanapun dan bagaimana pun situasinya seperti biasa.
"Aduh kenapa gue kepikiran Arvind mulu sih! Gue kan gak ada hubungan lagi sama dia." Ujar Sandra kesal sendiri sembari menggulingkan badannya kesana kemari.
Sandra sedang tidak bisa memejamkan matanya karena merasa gelisah jika teringat terus dengan Arvind, padahal yang membuat keputusan seperti adalah Sandra sendiri.
"Ah gue gak tahan!" Ujar Sandra setengah berteriak sembari meraih ponselnya.
Tanpa sadar ia segera mengecek ponselnya dan memperhatikan notifikasi dari Arvind yang tidak ada sama sekali. Walaupun begitu Sandra hanya ingin tahu apakah Arvind pernah aktif atau tidak selama tidak berhubungan dengannya seperti sekarang. Dan Sandra tidak menahan diri lagi untuk tidak mencari tahu bagaimana kabar Arvind.
"Arvind aktif sekitar lima menit yang lalu tapi tidak juga menghubungi gue sama sekali."
Rasanya kesal melihat orang yang tadinya sangat perhatian tiba-tiba sangat tidak acuh seperti itu, semacam ingin pup tapi tidak bisa keluar.
"Kenapa dia gak ngehubungin gue ya, biasanya juga gini tapi akhir-akhirnya dihubungin juga." Sambung Sandra kemudian.
Karena tidak bisa menemukan informasi apa-apa jika hanya mengecek whatsapp milik Arvind. Hingga Sandra harus bersusah payah menstalk akun teman-teman Arvind di media sosial hanya karena ingin mencari satu informasi tentangnya.
"Kalau gini caranya gue nyesel sendiri punya pacar tapi gak punya akun medsos sama sekali sampai harus stalking temannya satu-satu siapa tau ada Arvind yang nyangkut." Gerutu Sandra yang kesal sendiri tetap memperhatikan ponsel dan sibuk menscroll layar ponselnya.
Rasanya sia-sia saja Sandra mencaritahy tentang Arvind jika yang dicari-cari tidak ditemukan juga. Dan yang ada hanya orang-orang yang tidak penting dan tiba-tiba asal muncul. Mungkin ini juga adalah salah satu alasan Arvind tidak ingin memiliki akun media sosial sama sekali kecuali untuk chatting saja.
"Stalking yang sia-sia, gak berfaedah banget." Gumam Sandra merebahkan tubuhnya kembali ke tempat tidur.
***
Ternyata bukan hanya Sandra saja yang merasa asing dengan apa yang menimpa hubungannya, melainkan Arvind juga merasakan hal yang sama. Sama-sama kesal dengan keadaan, sama-sama takut untuk saling menghubungi bahkan sebesar apapun keingintahuan itu.
Dari tadi Arvind bolak-balik mengecek ponsel siapa tahu akan ada notifikasi dari Sandra yang akan menarik kata-katanya dan mau mendengar penjelasan yang memang rada tidak masuk akal yang pasti akan terdengar seperti alasan semata. Sejak menemukan kembali ponselnya yang tertinggal di dalam mobil Papanya belum pernah sekali pun ia menghubungi Sandra karena takut akan membuat mood-nya rusak, selain itu Arvind juga ingin Sandra yang menghubunginya dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)
Teen Fiction(Complete) Sandra pikir, berpacaran dengan Arvind adalah salah satu kebahagiaan untuknya. Walaupun tahu bagaimana kisahb sang kekasih yang masih sering dikejar masa lalu, tetapi ia masih bisa menerima. Namun hal itu tidak bisa berlangsung lama, samp...