Chapter 20 [Masih Sakit]

1K 34 0
                                    

Sandra memutuskan untuk tidak berangkat sekolah, rasanya tubuhnya masih lemah untuk kembali beraktivitas. Walaupun sebenarnya bukan itu yang menjadi alasannya tidak ingin pergi ke sekolah. Sandra merasa menyedihkan ketika mengetahui bahwa saat keadaannya sedang membutuhkan seseorang, tetapi seseorang itu tidak kunjung menghubunginya.

"Beneran lo gak mau ke sekolah?" Tanya orang yang berdiri di depannya yang tak lain adalah Nanda.

"Iya. Tolong ya bawain ke kelas gue, kasih aja sama Gaby. Gaby udah di sekolah makanya gue minta tolong sama lo." Ujar Sandra dengan lesu.

Sepertinya Nanda mengerti keadaan Sandra yang seperti itu, hingga Nanda tidak terlalu banyak bertanya pada Sandra. Bukan hanya Nanda namun yang juga sudah mengerti bagaimana Sandra, karena Sandra cenderung akan menjauh dari hal-hal yang bisa membuatnya merasa tambah buruk.

"Yaudah, gue pergi dulu. Lo istirahat aja." Ujar Nanda pamit pada Sandra yang memegangi keningnya sembari memperhatikan Nanda pergi dari rumahnya.

Sandra terbayang dengan awal ia bersama dengan Arvind. Rasanya memang tidak wajar bagaimana cara mereka bersama, hanya saja pikirannya itu tidak bisa mengalahkan kenyataan. Sandra merasa Arvind sudah membuangnya dengan memperlakukannya seperti itu saat Sandra sedang butuh-butuhnya.

Daripada terus memikirkan hal-hal aneh, Sandra melangkahkan kakinya kembali memasuki rumahnya menuju lantai dua dimana kamarnya berada. Sandra tidak memasuki kamar, ia berjalan lurus hingga sampai di balkom rumahnya. Menyandarkan tubuhnya di sebuah kursi kesayangannya yang menjadi tempat melepas penatnya. Mungkin kali ini Sandra benar-benar butuh istirahat dari semua aktivitasnya yang melelahkan termasuk memikirkan tingkah Arvind yang mendadak berubah.

Sandra meraih ponselnya dan sebuah novel yang ada di kursi, pikirannya seketika jadi oleng karena tidak tahu harus melakukan apa. Apakah harus bermain ponsel dulu atau membaca novek saja. Bahkan untuk istirahat pun Sandra merasa menyedihkan tidak tahu harus melakukan apa terlebih dahulu.

"Gue kenapa sih, bahkan biar untuk menghibur diri aja bingung." Ujar Sandra menepuk jidatnya kesal.

Kali ini ponsel dan novel sama-sama menarik untuk ia perhatikan, rasanya jika bisa seperti itu ia bisa melupakan Arvind sejenak.

"Baca dulu atau main hp dulu ya." Ujar Sandra menimbang-nimbang sembari melirik ponsel dan novelnya bergantian.

"Ini mah gue asli malas aja, gak sakit. Haha," sambung Sandra yang merasa lucu pada dirinya sendiri.

Setelah lama berpikir, Sandra memutuskan untuk membaca novel saja daripada bermain dengan ponselnya. Jika tetap bersama ponselnya, Sandra akan tetap mengingat Arvind yang tidak menghubunginya sama sekali. Rasanya ingin sekali Sandra menguliti Arvind yang tidak pekaan itu, bisa-bisa ia bertingkah seperti itu.

Sandra sudah berusaha untuk tidak berpikiran negatif dengan mengisi waktu kosongnya dengan berbagai kegiatan, namun tetap saja yang namanya pikiran negatif tidak akan pernah bisa dicegah selama orang yang menjadi tokoh utama dalam pikiran itu melakukan hal-hal aneh yang tidak biasa ia lakukan.

***

Seperti biasa Arvind akan menunggu di depan kelasnya menunggu Sandra untuk lewat. Hanya saja, kali ini Arvind tidak menemukan sosok Sandra melintas di depan kelasnya padahal ia sudah berusaha keras untuk datang lebih pagi agar bisa mendapati Sandra. Arvind ingin menjelaskan semua yang terjadi sebelum hal-hal yang ditakutkannya terjadi.

Manik mata Arvind menangkap sosok Cherly dan Nanda yang berjalan bersama di halaman sekolah. Arvind akan bertanya pada kedua orang itu jika sudah sampai di kelas, berhubung ketiganya berada di kelas yang sama.

"Nungguin Sandra?" Ujar Cherly sesampainya di depan Arvind bersama Nanda.

Arvind yang hendak bertanya tidak jadi bersuara karena sudah ditanya lebih dulu. Setidaknya Arvind tidak harus memulai pembicaraan agar bisa mengetahui tentang Sandra.

"Iya. Lo gak tau dimana dia?"

"Sandra gak ke sekolah. Katanya masih sakit." Ujar Nanda ikut bergabung dalam pembicaraan Cherly dan Arvind.

"Masih sakit?" Tanya Arvind kembali tidak percaya.

"Iya. Masa lo gak tau, emang lo gak hubungin dia apa?" Ujar Cherly yang sengaja memancing Arvind berbicara tanpa sengaja.

Arvind terkejut hanya saja berusaha untuk terlihat terkejut.

"Gue hubungin dia kok."

"Oh yaudah baguslah, lo jengukin aja dia ke rumahnya supaya lo tau keadaan yang lebih pasti." Ujar Nanda yang berusaha melerai keadaan sebelum Cherly berhasil memanas-manasi Arvind.

"Iya."

"Yaudah kita masuk duluan." Sambung Cherly sembari berlalu lebih dulu.

"Mending lo jelasin daripada terjadi kesalahpahaman yang lebih parah dari ini." Bisik Nanda memberi saran sembari ikut berlalu ke dalam kelas bersama Cherly.

Arvind sekilas ikut berbalik melirik Nanda karena kata-katanya barusan, hanya saja Arvind tidak bisa mengerti lebih jauh maksudnya. Namun, lebih dari itu Arvind harap tidak akan terjadi apa-apa pada Sandra maupun hubungannya yang seperti akan berada dalam masalah lagi gara-gara ponselnya itu.

Semakin lama berpikir, Arvind semakin tidak tahu harus memulai darimana jika bertemu dengan Sandra karena Arvind tahu dengan jelas bagaimana Sandra. Sandra tidak akan mudah percaya jika masalahnya adalah dia yang hilang tiba-tiba, bahkan Arvind sekalipun akan melakukan seperti itu jika Arvind yang merasakan lebih dulu.

Karena merasa percuma saja berdiri di depan kelas setelah tahu bahwa orang yang ditunggu-tunggu tidak akan datang, Arvind melangkahkan kakinya kembali memasuki kelas yang sudah ramai.

Rasanya aneh juga jika tidak ada Sandra yang mengunjunginya seperti biasa, bahkan Arvind juga merasa akhir-akhir ini memiliki banyak masalah pada hubungannya dengan Sandra. Ingin sekali Arvind menuntaskan segalanya dan menjalani hubungan seperti yang lain tanpa adanya berbagai permasalahan yang datang silih berganti.

Belum lagi perkara Diandra yang entah apakah masih selalu datang membuat Sandra risih. Dan sekarang ia akan berada di fase sulit karena akan jarang menghubungi Sandra sampai ponselnya kembali.

Arvind menyandarkan tubuhnya di kursinya sembari mengatur posisinya meraih buku dan pensil. Rasanya ia perlu menjernihkan pikiran dengan menggambar. Biasanya Arvind tidak memiliki waktu untuk menggambar meskipun memiliki keinginan karena saling kontekan dengan Sandra.

Berbeda dengan kali ini, mau tidak mau Arvind hanya bisa mengisi waktu kosong dengan menggambar sembari menunggu bel masuk berbunyi. Bisa saja Arvind bergabung dengan temannya yang lain untuk menghibur diri, hanya saja sepertinya itu bukan ide yang bagus. Jika bersama dengan mereka kebanyakan hanya akan membahas Sandra gara-gara kekepoan mereka, jadi lebih baik ia menghindar saja.

"Sandra lagi ngapain sih. Kenapa juga dia harus gak ke sekolah, padahal biasanya sakit bakal ke sekolah, lah sekarang malah gak pergi." Gumam Arvind sembari menggambar garis demi garis untuk membentuk pola gambarannya.

***
PART 20 ORANG KETIGA UPDATE
BAGAIMANA KESANNYA?
SEMOGA SUKA

SALAM KENAL
- KATALAH

 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang