Chapter 15 [Galau]

1.2K 32 0
                                    

Tak ada kegiatan yang dapat dilakukan Sandra, tempat yang dapat dikunjungi dalam keadaan seperti itu hanyalah teman-temannya. Setidaknya berkumpul dengan teman-teman mampu mengurangi beban pikiran yang melonjak. Sandra membaringkan tubuhnya di samping Gaby, belum keluar sepatah katapun dari mulut Sandra hingga Gaby yang memulai.

"Lo kenapa lagi?" tanya Gaby yang sibuk-sibuknya melakukan siaran langsung di instagramnya.

Sandra menoleh ke arah Gaby kemudian tersenyum kecut, belum dijawab. Masih tetap diam memperhatikan tingkah Gaby yang keanak-anakan.

"Woy lo kenapa sih?" ujar Gaby gemas.

"Diandra deket banget sama Arana ya?" Sandra angkat suara.

"Arana? Oh iya ya kemarin gue liat di instastorynya," Diandra meninggalkan siaran langsungnya dan bergabung dengan Sandra yang masih menatapnya. "Mungkin gak sih dia lagi mencoba deketin Arvind lewat Anara?"

Seketika Sandra melotot mendengar penuturan Gaby, yang sempat juga ia pikirkan. Bisa saja, tidak ada yang tidak mungkin.

"Masa iya?"

"Gini nih, kan Diandra udah minta maaf ke Arvind seperti yang lo bilang tapi gak berhasil, siapa tau dia berusaha lewat Arana. Lantaran Arvind kan sayang banget sama adeknya." jelas Gaby yang sedikit melebih-lebihkan.

Sandra yang mendengar penuturan itupun terpancing, tetapi ucapan Gaby ada benarnya juga. Sandra memikirkan bagaimana dia harus berhati-hati dengan situasi yang dialaminya sekarang. Jika meman benar bahwa Diandra mendekati Anara karena ingin lebih dekat lagi dengan Arvin seperti dulu, itu akan membahayakannya. Tapi di sisi lain, Sandra ingin mempercayai Arvind sebagai pacarnya. Mempercayai Arvind bahwa ia pasti bisa menjaga hatinya.

"Tapi Gaby, kalau memang perkataan lo bener. Gue gak bisa apa-apa, karena sekarang aja gue udah mulai patah semangat. Kalau emang nantinya Arvind pengen balik sama dia enggak apa-apa deh, gue udah capek juga." Ujar Sandra yang kembali menyandarkan tubuhnya di tepi ranjang.

Gaby yang mendengar perkataan Sandra seketika mengernyit kebingungan. "Maksud lo?"

"Gini By, semua yang akan terjadi itu tergantung dari Arvind. Tergantung dari keputusannya, apakah dia ingin kembali dengan masalalunya atau tetap bertahan dengan gue sebagai masa sekarangnya. Karena kita gak bisa maksain kehendak kita untuk ngatur jalan kehidupan orang lain. Karena kapan gue lakuin itu, sama aja gue nyakitin orang yang gue sayang secara perlahan namun pasti dengan luka yang gak bakal pernah gue bayangin gimana parahnya."

Gaby memalingkan muka menatap Sandra, memahami dalam-dalam ucapan yang baru saja di dengarnya. "Lo emangnya gak takut gitu kalau Arvind ninggalin lo?"

Sandra menarik napas perlahan "Ya pastilah takut, tapi setakut-takutnya gue kehilangan dia yah gue harus ngasih dia jalan buat milih, jalan mana yang pengen dia laluin. Kalau emang dia lebih milih kembali sama masalalunya itu berarti dia bukan orang yang ditakdirin buat gue, dan gue yakin pasti dibalik semua itu ada hikmah tersendirinya. Tuhan itu adil dalam memberikan seneng maupun sakit buat kita."

Seketika Gaby dibuat baper oleh Sandra, Gaby hanya bisa senyam-senyum sendiri mendengarkan penuturan Sandra.

"Wah wah.. kok hari ini lo jadi bijak banget sih. Gue hampir gak bisa ngenalin lo, apa bener ini Sandra sahabat gue atau Sandra yang lain dan lagi kesambet hantu lari-larian," ujar Gaby mencubit pipi Sandra.

"Saaakit tau, yah gue Sandra-lah. Gue aslinya emang gini kok, Hahaha" ujar Sandra meraih remote tv yang ada di sampingnya.

"Lo tuh ya, gue lagi cerita lo  malah cibirin gue. Gue serius, kalau emang bakal kayak gitu gue ikhlas. Itu artinya, gue sama Arvind itu cuma ditakdirkan untuk jadi sahabat yang saling mengisi kekosongan masing-masing , dan bakal kembali melihat kenyataan saat tokoh utama ceweknya udah pulang."

 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang