Karena tidak ingin terlihat seperti orang yang sedang patah hati, Sandra mengusahakan agar dirinya tetap terlihat baik-baik saja dengan terus terlihat tersenyum bahkan sewaktu-waktu tertawa lebar. Seolah-olah ia sedang tidak dalam masalah, dan setidaknya dengan bertingkah seperti itu sudah ada sedikit banyak yang membuat orang-orang tidak berpikiran aneh tentangnya lagi. Seperti gagal move on misalnya.
Sandra memasuki ruang kelasnya dengan super ceria, menyapa temannya satu-satu yang membalasnya dengan tatapan bingung dan senyuman tidak tega. Perlakuan itu berhasil membuatnya kehilangan semangat yang sudah ia pupuk dengan susah payah dari rumah. Selain itu, bukan hanya mereka yang ia sapa namun teman-teman yang belum sempat ia sapa seolah sedang menyiratkan bahwa ia benar-benar butuh untuk dikasihani. Sementara ia sudah dan sedang tidak kenapa-kenapa.
Tidak ingin berburuk sangka terlebih dahulu, ia lebih memilih untuk segera berjalan menuju kursinya. Yang terlihat sudah ada teman-temannya yang sedang asik berbagi cerita bahkan temannya yang tidak berada satu kelas dengannya juga sudah turut bergabung, terlihat sangat serius sampai-sampai tidak menyadari kedatangannya dari arah pintu. Hingga Fajar menyadari kehadirannya.
"Ssstt! Sandra udah datang!"
"Jangan dilanjut."
"Istirahat nanti aja."
"Diem-diem."
Sandra mengernyit, yang sekilas mendengar teman-temannya itu saling berbisik dan seolah memberi kode untuk berhenti membahas apa yang menjadi pembahasan mereka. Ia tidak langsung berpikiran aneh-aneh, lantaran sudah memperingati dirinya sendiri agar tetap berpositif thingking apapun yang terjadi. Karena kapan ia berpikiran negatif, semua masalah hanya akan tambah runyam dan sulit untuk diatasi. Dan ia tidak ingin hal seperti itu terjadi untuk kesekian kalinya.
Namun, siapa juga yang bisa mencegah pikiran negatif itu datang jika situasinya seperti sekarang. Semua orang sibuk bercerita satu sama lain dengan serunya, dan saat kau datang semua orang berlomba-lomba untuk terdiam dan terlihat biasa-biasa saja seolah tidak ada yang terjadi sama sekali.
"Mereka kenapa sih? Kenapa langsung diem semua." Gumam Sandra yang berusaha untuk menahan dirinya.
"Hai, Beb." Seru Fajar yang berdiri dari kursi yang ia tempati lantaran itu adalah kursi kepunyaan Sandra.
"Apaan babeb-babeb." Celetuk Sandra menyimpan tas dan melirik teman-temannya satu persatu. "Kalian kenapa? Kok diem semua? Tadi kayak ada yang seru gitu."
Semua orang masih terdiam, tidak ada yang menjawab pertanyaan Sandra. Dan ia juga tidak ingin memaksa teman-temannya membicarakan sesuatu hal yang memang berniat untuk disembunyikan. Ia duduk sambil merogoh ponselnya, rasanya canggung saja saat rasa penasaran sangat tidak bisa dikendalikan namun semua orang bersikukuh berbohong untuk menyembunyikan apa yang ingin kalian tahu.
Hanya ada dua hal kemungkinan kenapa ada orang yang memilih berbohong padamu. Pertama karena itu bukan urusanmu dan yang kedua sesuatu hal yang disembunyikan itu adalah tentangmu atau hal-hal yang bisa menyakitimu. Dan Sandra sadar betul akan dua kemungkinan itu, ia tidak ingin memaksakan yang pada akhirnya ia yang akan terluka sendirian. Kadang hidup memang tidak seadil itu, namun bukan berarti bisa membuat kita untuk terus jatuh. Ia hanya bisa mengantisipasi hal-hal itu.
"Tumben, kalian juga pada nongkrong di sini." Ujar Sandra masih menatap ponselnya tanpa menengok ke arah teman-temannya.
"Iya nih. Lagi bosan aja di kelas, mending kesini." Sahut Cherly sambil menengok ke arah Nanda. "Iya enggak? Haha."
Nanda yang tiba-tiba disebut namanya hanya bisa tersenyum kecut dan mengangguk. Sedikit kikuk memang, saat sudah kedapatan namun masih berusaha untuk menyembunyikan.
"Lo baik-baik aja, kan?" Tanya Wirly tiba-tiba yang berhasil membuat Sandra mengangkat wajah kemudian mengernyit.
"Maksud lo?"
"Yeh! Gue tanya lo baik-baik aja, kan? Soalnya lo kayak gak mood gitu." Wirly menarik napas.
"Iya. Gue baik, tenang aja." Jawab Sandra seadanya.
"Kalau baik-baik aja, jangan badmood gitu dong." Celetuk Cherly yang memang kurang bisa menahan kata-katanya jika merasa ada yang perlu ia katakan.
"Ap-,"
"Kalian gak bosen di dalam kelas mulu? Ke kantin yuk." Ajak Fajar tiba-tiba.
Sandra menatap Fajar. "Ini masih pagi, gue aja baru dateng. Lo maen ke kantin aja, gak jelas deh."
"Hehehe. Lumayanlah nongkrong di sana, toh hari ini kan jumat. Kita harus senam dulu baru masuk belajar, itu pun senamnya juga bergiliran. Gak langsung kita juga kali."
"Astaga Fajar. Gak usah kesana, mending di sini aja. Nanti kalau temen-teman kelas lu udah keluar lo tutup rapat tuh pintu, suruh kunci dari luar. Supaya gak ada yang curiga." Sambung Nanda yang sedang mengeluarkan dua bungkus cemilan.
"Apaan tuh?" Tanya Wirly.
"Pesanan Gaby, nih." Jawabnya.
Gaby yang sedari tadi hanya diam saja sambil fokus pada ponselnya segera mendongak sesaat setelah namanya disebut oleh Nanda.
"Ada apaan?"
"Nih pesanan lo." Nanda melemparkan dua bungkus cemilan kepadanya.
"Oh iya juga ya." Gaby segera meraih makanan itu. "Nih uang lo."
Nanda hanya tersenyum simpul melihat lembaran uang yang diberikan Gaby.
"Lo kenapa diem-diem mulu dari tadi? Kita negur Sandra, kok malah lo lagi yang diem-diem." Celetuk Cherly yang mulai gemas dengan teman-temannya itu.
Baru saja ia hendak menyemprot teman-temannya karena telah menyembunyikan sesuatu darinya, padahal sudah jelas-jelas tidak ada yang bisa berbohong padanya. Bahkan tak seorang pun yang sampai menyinggung pembicaraan mereka sebelumnya. Seandainya bukan gara-gara ia sedang menahan diri agar terlihat biasa-biasa saja, sudah ia maki-maki teman-temannya yang bersekongkol ini. Dan lagi ia juga ingin mendengarkan ada apa dengan Gaby yang tak biasanya diam-diam. Paling juga ia yang akan lebih dulu tertawa lebar jika ada sesuatu, karena sikap tak peduliannya.
"Lo kenapa? Ada masalah? Cerita gih." Ujar Sandra yang berusaha membujuk Gaby.
"Gak papa. Kayak biasa aja gitu." Jawab Gaby sekenanya yang langsung dipahami oleh yang lain.
"Kenapa lagi? Nuduh lo selingkuh lagi? Padahal nyatanya dia yang selingkuh." Sambung Nanda.
Gaby mengangguk.
"Kenapa sih cowok itu suka banget nuduh. Belum kelar soal Sandra sekarang Gaby, sama-sama diselingkuhi pula." Celetuk Cherly tanpa menoleh sedikit pun dari ponselnya.
Seketika suasananya jadi sunyi dan canggung.
"Gue diselingkuhi?"
Cherly terbelalak dan perlahan mengangkat kepalanya untuk menatap teman-temannya yang juga sedang menatapnya. Terlebih lagi Sandra yang jelas-jelas disebut namanya lebih dahulu.
Cherly tersenyum kikuk. "San..."
"Jawab? Gue diapain lo bilang tadi?" Ekspresi Sandra berubah menjadi datar. "Arvind selingkuh gitu?"
Mampus.
***
Yeaay akhirnya update lagi guys.
Gimana kesannya setelah membaca part ini? Suka enggak?Semoga suka ya.
Salam sayang
- K a t a l a h
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)
Teen Fiction(Complete) Sandra pikir, berpacaran dengan Arvind adalah salah satu kebahagiaan untuknya. Walaupun tahu bagaimana kisahb sang kekasih yang masih sering dikejar masa lalu, tetapi ia masih bisa menerima. Namun hal itu tidak bisa berlangsung lama, samp...